Temporary Boyfriend 1
//Cerita pendek tentang seorang gadis yang menginginkan seorang pacar yang sempurna, ikuti kisahnya.\\
"Aku sangat merindukanmu, Hinata. Supaya aku bisa melihatmu saat aku merindukanmu, aku akan menyimpanmu dalam hatiku." ujar Neji sambil tersenyum, Hinata lalu membalas senyuman Neji.
"Hatchi."
Entah untuk seberapa kalinya Hinata bersin karena membersihkan penghapus papan tulis, "Ah, kapan ini berakhir?" kata Hinata, "Aku akan membantumu." ujar Neji tiba-tiba ada di samping Hinata. Neji mengambil penghapus yang di tangan Hinata dan menepuknya, Hinata tersenyum, "Terima kasih banyak, Neji-kun." kata Hinata.
"Memori kita sudah tersimpan di penghapus papan tulis ini kan?" tanya Neji, Hinata mengangguk pelan, "Iya." jawabnya, "Kalau begitu, penghapus ini akan tersimpan di saku ku." ucap Neji sambil memasukkan penghapus papan tulis tersebut ke dalam saku celananya sementara Hinata terdiam melihat apa yang di lakukan Neji. Neji yang menyadari itu langsung menatap Hinata sambil mendekat ke arahnya, "Wah, wah, apa ini? Apa Neji-kun akan menciumku?" tanya Hinata dalam hati.
Namun tidak sesuai perkiraan, Neji berjalan cepat melewati Hinata menuju dompet berwarna pink milik Sakura. "Wah, coba lihat dompet ini, cantik sekali." Ujar Neji sambil memasukkan dompetnya Sakura ke dalam saku celananya juga., "Hey Neji-kun, kamu tidak boleh melakukannya, itu namanya mencuri, letakkan kembali!" titah Hinata namun Neji malah tersenyum.
"Hey! Kenapa dompetku ada di sakumu?" tanya Sakura yang tiba-tiba berada di samping Hinata. "Jangan membuat orang deg-degan dengan senyummu setelah kau mencuri sepeti itu!" ujar Sakura. "Dompetmu telah tersimpan di saku ku." ucap Neji sambil tertawa-tawa kecil. Sementara Hinata dan Sakura menatap Neji dengan wajah flat.
.
"Paman!" kata Hinata pada Jiraiya sambil meletakkan kotak tadi, "Dia bukan pacar yang selalu menyimpanku, tapi pacar yang suka mencuri dan menyimpan barang! Dia membuat aku malu di depan Sakura." ujar Hinata kesal, "Uwah ternyata, baiklah aku akan menggantinya, bagaimana dengan yang ini?" kata Jiraiya dan memperlihatkan kotak lagi. Hinata membaca tulisan di kotak itu. "Pacar yang seperti manga?"
Keesokan harinya...
Hinata berjalan dan masuk ke ruang musik lalu duduk di sebuah bangku. "Ih, kenapa dia belum ada?" tanya Hinata sambil mencari-cari sosok pacarnya. Tiba-tiba terdengar suara piano yang di mainkan seseorang, langsung saja ia menoleh ke arah piano itu dan mendapati seorang laki-laki tampan berambut raven sedang memainkan piano.
"Apa yang salah dengannya?" tanya Obito sambil berjalan melewati mereka. Sasuke lalu berdiri dengan mengatakan, "Bangkit."
"He? kemana Shino-kun?" tanya Hinata setelah ia berbalik dan tidak mendapati siapapun. "Ah, mungkin perasaanku saja." ujar Hinata lalu menghadap cermin lagi. "HA!" jerit Hinata melihat Shino di belakangnya, dan lagi-lagi saat ia berbalik Shino tidak ada. "HA!" Jerit Hinata lagi kemudian ia menutup matanya ketika Shino berada di belakangnya dan membuka sebagian pakaiannya. "AH! SHINO-KUN!" teriak Hinata. Tak lama kemudian Hinata membuka matanya dan mendapati Shino memakai pakaian Peterpan dan membawa tongkatnya Tinker Bell, "A-apa ini?" tanya Hinata, "Jangan sakit, Hinata-chan. Jangan sakit." kata Shino, "Iya, aku tak akan sakit, pergilah, aku akan mengganti pakaianku." jawab Hinata, "Jangan sakit." kata Shino lagi, "Keluarlah!" teriak Hinata.
.
"Paman." kata Hinata, "Lagi?" tanya Jiraiya, "Lagi." jawab Hinata. Jiraiya mencari-cari kotak yang tepat, "Ce-cepatlah, aku kedinginan, aku rasa aku akan sakit sekarang." ujar Hinata. "Sakit? Ah, ini dia." Jiraiya memberikan kotak lagi, "Pacar yang merawatku?"
Keesokan harinya... Sunday, 07.00 a.m
Hinata masih terlelap dalam tidurnya, ia sedikit pusing sekarang karena kemarin kehujanan dan gara-gara Shino ia tak bisa mengganti pakaiannya.
Krek
Suara pintu terbuka, "Hinata-chan, bangunlah." kata seseorang, Hinata lalu membuka matanya dengan malas dan bangkit dari tidurnya menjadi duduk, "Apa, Kankuro-kun? Aku masih pusing dan mengantuk." tanya Hinata. Kankuro tersenyum, "Sebab itulah aku sudah memasak untukmu, bersiaplah. Aku menunggumu di ruang makan." jawab Kankuro, Hinata menghela nafas.
"Ayo buka mulutmu dan makan ini." ucap Kankuro sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulut Hinata, Hinata dengan canggung membuka mulut dan memakan makanan yang di berikan Kankuro. "A-ah, Kankuro-kun, aku akan makan sendiri." ujar Hinata.
"U-uh, pedas."
"Pedas? Ini pedas? Tunggu sebentar, aku akan mencucinya untukmu. Hinata-chan mengatakan kalau ini pedas.'' Kata Kankuro sebelum melumat makanan itu sampai putih bersih tanpa ada warna merah sedikitpun. "Ini, sudah. Makanlah." kata Kankuro, "A-ah, tidak mau." jawab Hinata pelan, takut membuat Kankuro sakit hati. "Tidak mau? kalau begitu aku yang makan." ucap Kankuro lalu memakan makanan yang sudah ia lumat tadi.
"Aih, dia seperti ibuku saja." kata Hinata
Krek
Hinata menoleh mendapati Kankuro terlihat membawa lap putih di pundaknya, "Kenapa kamarmu berantakan begini? Lihatlah di sana! Rambut! Rambut! Rambut!" ujar Kankuro kesal, lalu Kankuro mengumpulkan rambut yang berserakan di lantai, "Bersihkan kamarmu, baru kau bisa keluar!" Ucap Kankuro lalu keluar meninggalkan Hinata yang menatap dirinya dengan tatapan heran.
.
"Paman Jiraiya, aku sudah muak dengan semua ini!" kata Hinata dan melempar kotaknya ke arah kotak yang lain. "Tidak cocok lagi? aku yakin ada yang cocok denganmu, mau coba yang ini?" tanya Jiraiya. "Pacar yang membuatku tertawa?"
Keesokan harinya...
Hinata berjalan di koridor dengan wajah terlihat murung ketika melihat selembar kertas. "Ah aku tidak tau lagi." kata Hinata. Seseorang lalu mendorong pelan pundak Hinata yang membuat punggung Hinata menabrak dinding, orang itu lalu mengunci Hinata dengan satu tangannya dan menatap Hinata. "Hinata-chan." kata Naruto, "I-iya?" balas Hinata. "Kenapa kau murung begitu?" tanya Naruto, "Tidak, ini hanya karena nilaiku turun drastis, aku tidak tau lagi harus bagaimana." jawab Hinata dan ia kembali murung, "Begitu? liat ini." kata Naruto. Hinata langsung memperhatikan wajah Naruto memulai membuat ekspresi-ekspresi aneh yang membuat Hinata tertawa kecil, Naruto lalu tersenyum, "Bagus, tersenyumlah, Hinata-chan. Kau lebih cantik kalau kau tersenyum begitu." ujar Naruto, Hinata tersenyum kecil, "Aha, terima kasih, kalau kamu mau aku tersenyum, kamu harus menghibur aku terus, ok?" kata Hinata, Naruto tertawa sambil menggaruk belakang kepalanya, "Baiklah."
"Hey, Hinata-chan. Ada apa dengan nilaimu? Kudengar bukannya belajar tapi kau malah menemui pacarmu!" bentak Iruka, "Ma-maafkan aku, sensei." balas Hinata sambil terus menunduk. Sesuatu berwarna kuning menarik perhatian Hinata, setelah di lihat ternyata itu adalah rambutnya Naruto yang berada di belakang Iruke dengan memasang ekspresi aneh yang membuat Hinata terkekeh, "Apa ini? Sensei memarahimu tapi kau malah tertawa?" bentak Iruka lagi, "Ah, aku benar-benar minta maaf, sensei." balas Hinata. Di luar kelas terlihat Naruto juga memasang wajah aneh yang lagi-lagi membuat Hinata tertawa, "Ah, maafkan aku, sensei." ujar Hinata yang langsung berlari ke luar kelas. "Hey! Kembali ke sini!" Teriak Iruka.
"Naruto-kun, apa yang kamu lakukan?" tanya Hinata, bukannya menjawab tapi Naruto malah bertingkah aneh, "Kamu menyebalkan, Naruto-kun." ucap Hinata. Naruto tersenyum kecil lalu memegang kedua bahu Hinata. "Maaf, Hinata-chan. Aku hanya ingin membuatmu tersenyum, maaf jika membuatmu kesal." ujar Naruto, Hinata lalu tersenyum kecil, "Baiklah, tidak apa-apa, aku mengerti kok." jawab Hinata, "Terima kasih." balas Naruto. Mereka lalu tersenyum.
"Hey, kau tersimpan di hatiku!"
Hinata dan Naruto menoleh ke arah suara dan mendapati Neji berlari-lari kecil sambil terus mengatakan Kau tersimpan di hatiku. Neji lalu mendekati Hinata dan Naruto, "Kau telah ku simpan di hatiku!" kata Neji pada Naruto yang sejak tadi diam, "Kau juga ku simpan di hatiku!" balas Naruto, Naruto dan Neji lalu berpegangan tangan dan pergi sambil berlari kecil dan melompat, "Hey! Naruto-kun!" teriak Hinata memanggi Naruto.
.
"Paman! Ini semua penipuan! Kembalikan uangku!" kata Hinata dan lagi-lagi ia melempar kotaknya, "He-he-hey, jangan menyerah dulu, kita coba yang ini." kata Jiraiya, "Sudah, lupakan saja!" ujar Hinata yang langsung pergi begitu saja. Jiraiya menatap kepergian Hinata sambil mengangkat pundaknya.
Gendre : Comedy, Romance, School
Pairing : NejiHina, SasuHina, ShinoHina, KuroHina, NaruHina
Warning!! OOC, Rate T, Fic Gaje, Alur acak-acakan, Typo, Fanfic Bergambar, Lawakan Garing
Selamat membaca ^^
Temporary Boyfriend
Seorang gadis bersurai indigo bernama Hinata tengah duduk di kursinya sambil membaca manga favoritnya, dalam manga itu menceritakan tentang seorang gadis yang mempunyai pacar yang sempurna, tampan, baik, dan segalanya.
"Saat kecil, aku kira akan ada laki-laki seperti dalam manga ketika di sekolah. Namun kenyataannya..."
Hinata menurunkan manganya dan langsung terlihat Chouji tepat di depan bangkunya dengan senyuman yang menggelikan menurut Hinata. "Yo! Hinata-chan! Hari ini kau cantik sekali, bagaimana kalau kau jadi pacarku? Kumohon." Ujar Chouji, Hinata terdiam dengan wajah tanpa ekspresi sambil melemparkan tatapan bosan ke arah Chouji. "Tidak." tolak Hinata dengan singkat.
.
"Aku juga ingin memiliki pacar yang tampan." ujar Hinata sambil berdiri menunggu angkutan umum untuknya pulang. Namun tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah mobil yang berada di seberang jalan yang bertuliskan Temporary Boyfriend. "Oh? apa itu?" tanya Hinata pada dirinya, karena penasaran ia lalu menyebrangi jalan dan menghampiri mobil tersebut.
"Hai nak, sepertinya kau ingin mempunyai pacar yang tampan." kata Jiraiya, sang penjaga mobil itu, Hinata berdecak kagum, "Bagaimana paman bisa tau?" tanya Hinata, Jiraiya terkekeh, "Kelihatan dari wajahmu yang kusut itu." jawab Jiraiya, Hinata langsung menggerutu, "Aish, apa-apaan paman ini." gerutu Hinata.
"Kalau begitu, pilih salah satu orang di sini. Setelah itu kau akan dapat pacar yang kau inginkan." kata Jiraiya dengan menunjukkan sebuah buku berisi kriteria laki-laki pilihan Hinata. Hinata lalu tersenyum, "Oah benarkah? Sangat banyak sekali, hm...bagaimana kalau yang ini? Pacar yang selalu menyimpanku?" kata Hinata, "Pilihan bagus, ambil ini." balas Jiraiya seraya memberikan sebuah kotak. "Terima kasih paman." kata Hinata sambil tersenyum.
Keesokan harinya...
Hinata terus menoleh ke sana ke mari, "Ada apa ini? Kenapa pacarku belum juga muncul? apa ini semua bohong?" hati Hinata sudah mulai kacau sekarang menunggu sang pacar yang tak kunjung datang (aweu).
"Hinata-chan."
Hinata langsung mengerutkan keningnya dan ia berbalik ke arah suara yang memanggilnya. Ternyata seorang laki-laki berambut panjang berada di belakangnya dengan senyuman yang menawan.
Hinata mematung, "Kamu siapa?" tanyanya, "Menurutmu siapa?" kata Neji, Hinata lalu menatap Neji dengan seksama, "Apa kamu...pacarku?" tanya Hinata dan dijawab anggukan dari Neji."Aku sangat merindukanmu, Hinata. Supaya aku bisa melihatmu saat aku merindukanmu, aku akan menyimpanmu dalam hatiku." ujar Neji sambil tersenyum, Hinata lalu membalas senyuman Neji.
"Hatchi."
Entah untuk seberapa kalinya Hinata bersin karena membersihkan penghapus papan tulis, "Ah, kapan ini berakhir?" kata Hinata, "Aku akan membantumu." ujar Neji tiba-tiba ada di samping Hinata. Neji mengambil penghapus yang di tangan Hinata dan menepuknya, Hinata tersenyum, "Terima kasih banyak, Neji-kun." kata Hinata.
"Memori kita sudah tersimpan di penghapus papan tulis ini kan?" tanya Neji, Hinata mengangguk pelan, "Iya." jawabnya, "Kalau begitu, penghapus ini akan tersimpan di saku ku." ucap Neji sambil memasukkan penghapus papan tulis tersebut ke dalam saku celananya sementara Hinata terdiam melihat apa yang di lakukan Neji. Neji yang menyadari itu langsung menatap Hinata sambil mendekat ke arahnya, "Wah, wah, apa ini? Apa Neji-kun akan menciumku?" tanya Hinata dalam hati.
Namun tidak sesuai perkiraan, Neji berjalan cepat melewati Hinata menuju dompet berwarna pink milik Sakura. "Wah, coba lihat dompet ini, cantik sekali." Ujar Neji sambil memasukkan dompetnya Sakura ke dalam saku celananya juga., "Hey Neji-kun, kamu tidak boleh melakukannya, itu namanya mencuri, letakkan kembali!" titah Hinata namun Neji malah tersenyum.
"Hey! Kenapa dompetku ada di sakumu?" tanya Sakura yang tiba-tiba berada di samping Hinata. "Jangan membuat orang deg-degan dengan senyummu setelah kau mencuri sepeti itu!" ujar Sakura. "Dompetmu telah tersimpan di saku ku." ucap Neji sambil tertawa-tawa kecil. Sementara Hinata dan Sakura menatap Neji dengan wajah flat.
.
"Paman!" kata Hinata pada Jiraiya sambil meletakkan kotak tadi, "Dia bukan pacar yang selalu menyimpanku, tapi pacar yang suka mencuri dan menyimpan barang! Dia membuat aku malu di depan Sakura." ujar Hinata kesal, "Uwah ternyata, baiklah aku akan menggantinya, bagaimana dengan yang ini?" kata Jiraiya dan memperlihatkan kotak lagi. Hinata membaca tulisan di kotak itu. "Pacar yang seperti manga?"
Keesokan harinya...
Hinata berjalan dan masuk ke ruang musik lalu duduk di sebuah bangku. "Ih, kenapa dia belum ada?" tanya Hinata sambil mencari-cari sosok pacarnya. Tiba-tiba terdengar suara piano yang di mainkan seseorang, langsung saja ia menoleh ke arah piano itu dan mendapati seorang laki-laki tampan berambut raven sedang memainkan piano.
Hinata mendekat ke arah Sasuke dan berdiri di sampingnya. "Wah, kamu hebat bermain piano." puji Hinata, "Ya, bagaimana denganmu? Maukah kau bermain denganku?" tanya Sasuke, Hinata mengangguk. Setelah itu mereka bermain piano dengan memainkan sebuah lagu. Dan setelah lagunya berakhir, Sasuke menatap Hinata dan mendekatkan wajahnya, mata Hinata membulat sempurnya, bibir Sasuke semakin dekat dengan wajahnya.
"Dug dug dug dug." (maksudnya dia mengikuti cara penulisan di manga/komik)
Hinata mengerutkan keningnya. "Apa?"
"Hey apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Obito, "Menatap menatap." kata Sasuke, ia dan Hinata langsung berdiri dan berbalik ke arah Obito.
"Kau mengganggu cinta kami, apa kamu tertarik pada gadisku ini?" tanya Sasuke, Obito mulai kikuk. "Tidak bisa di biarkan, ayo maju!" kata Sasuke sambil mengepalkan kedua tangannya. "Berlari." kata Sasuke seraya berlari ke arah Obito, "Apa maksudmu?" tanya Obito sambil mendorong Sasuke sampai terjatuh.
"Terjatuh."
"Sebenarnya apa yang kamu lakukan? Kamu membuat aku malu, Sasuke-kun." ujar Hinata sambil menatap Sasuke, "Aku membuatmu malu?" tanya Sasuke yang dijawab anggukan Hinata. "Berlinang air mata." ujar Sasuke dengan kertas putih membentuk air mata di pipinya yang entah datang dari mana. "Sudahlah, hentikan." ucap Hinata kesal dan langsung berbalik meninggalkan Sasuke.
.
"Berlari." kata Hinata meniru Sasuke, "Ah, kaget!" kata Jiraiya tak mau kalah. "Paman! ini penipuan!" ucap Hinata kesal, "Apa kamu menyerah?" tanya Jiraiya yang membuat Hinata terdiam, "Ambil ini." JIraiya memberi kotak lagi "Pacar yang membuatku berdebar?"
Keesokan harinya...
"Ah, bagaimana aku bisa pergi ke perpustakaan di seberang sementara sekarang ini hujan?" tanya Hinata, "Ayo." kata seseorang, Hinata mendongak melihat orang itu, ternyata itu pacarnya yang sedang memayungi Hinata dengan jaket panjang miliknya. "Terima kasih." Kata Hinata dengan senyumannya.
"Ah pakaian ku basah karena kehujanan tadi, sebaiknya aku ganti baju." Ujar Hinata yang tengah berada di toilet wanita. "He?" Hinata terkejut ketika melihat bayangan Shino berada di belakangnya dari cermin. "Ah, Shino-kun, apa yang kamu lakukan di-""He? kemana Shino-kun?" tanya Hinata setelah ia berbalik dan tidak mendapati siapapun. "Ah, mungkin perasaanku saja." ujar Hinata lalu menghadap cermin lagi. "HA!" jerit Hinata melihat Shino di belakangnya, dan lagi-lagi saat ia berbalik Shino tidak ada. "HA!" Jerit Hinata lagi kemudian ia menutup matanya ketika Shino berada di belakangnya dan membuka sebagian pakaiannya. "AH! SHINO-KUN!" teriak Hinata. Tak lama kemudian Hinata membuka matanya dan mendapati Shino memakai pakaian Peterpan dan membawa tongkatnya Tinker Bell, "A-apa ini?" tanya Hinata, "Jangan sakit, Hinata-chan. Jangan sakit." kata Shino, "Iya, aku tak akan sakit, pergilah, aku akan mengganti pakaianku." jawab Hinata, "Jangan sakit." kata Shino lagi, "Keluarlah!" teriak Hinata.
.
"Paman." kata Hinata, "Lagi?" tanya Jiraiya, "Lagi." jawab Hinata. Jiraiya mencari-cari kotak yang tepat, "Ce-cepatlah, aku kedinginan, aku rasa aku akan sakit sekarang." ujar Hinata. "Sakit? Ah, ini dia." Jiraiya memberikan kotak lagi, "Pacar yang merawatku?"
Keesokan harinya... Sunday, 07.00 a.m
Hinata masih terlelap dalam tidurnya, ia sedikit pusing sekarang karena kemarin kehujanan dan gara-gara Shino ia tak bisa mengganti pakaiannya.
Krek
Suara pintu terbuka, "Hinata-chan, bangunlah." kata seseorang, Hinata lalu membuka matanya dengan malas dan bangkit dari tidurnya menjadi duduk, "Apa, Kankuro-kun? Aku masih pusing dan mengantuk." tanya Hinata. Kankuro tersenyum, "Sebab itulah aku sudah memasak untukmu, bersiaplah. Aku menunggumu di ruang makan." jawab Kankuro, Hinata menghela nafas.
"Ayo buka mulutmu dan makan ini." ucap Kankuro sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulut Hinata, Hinata dengan canggung membuka mulut dan memakan makanan yang di berikan Kankuro. "A-ah, Kankuro-kun, aku akan makan sendiri." ujar Hinata.
"U-uh, pedas."
"Pedas? Ini pedas? Tunggu sebentar, aku akan mencucinya untukmu. Hinata-chan mengatakan kalau ini pedas.'' Kata Kankuro sebelum melumat makanan itu sampai putih bersih tanpa ada warna merah sedikitpun. "Ini, sudah. Makanlah." kata Kankuro, "A-ah, tidak mau." jawab Hinata pelan, takut membuat Kankuro sakit hati. "Tidak mau? kalau begitu aku yang makan." ucap Kankuro lalu memakan makanan yang sudah ia lumat tadi.
"Aih, dia seperti ibuku saja." kata Hinata
Krek
Hinata menoleh mendapati Kankuro terlihat membawa lap putih di pundaknya, "Kenapa kamarmu berantakan begini? Lihatlah di sana! Rambut! Rambut! Rambut!" ujar Kankuro kesal, lalu Kankuro mengumpulkan rambut yang berserakan di lantai, "Bersihkan kamarmu, baru kau bisa keluar!" Ucap Kankuro lalu keluar meninggalkan Hinata yang menatap dirinya dengan tatapan heran.
.
"Paman Jiraiya, aku sudah muak dengan semua ini!" kata Hinata dan melempar kotaknya ke arah kotak yang lain. "Tidak cocok lagi? aku yakin ada yang cocok denganmu, mau coba yang ini?" tanya Jiraiya. "Pacar yang membuatku tertawa?"
Keesokan harinya...
Hinata berjalan di koridor dengan wajah terlihat murung ketika melihat selembar kertas. "Ah aku tidak tau lagi." kata Hinata. Seseorang lalu mendorong pelan pundak Hinata yang membuat punggung Hinata menabrak dinding, orang itu lalu mengunci Hinata dengan satu tangannya dan menatap Hinata. "Hinata-chan." kata Naruto, "I-iya?" balas Hinata. "Kenapa kau murung begitu?" tanya Naruto, "Tidak, ini hanya karena nilaiku turun drastis, aku tidak tau lagi harus bagaimana." jawab Hinata dan ia kembali murung, "Begitu? liat ini." kata Naruto. Hinata langsung memperhatikan wajah Naruto memulai membuat ekspresi-ekspresi aneh yang membuat Hinata tertawa kecil, Naruto lalu tersenyum, "Bagus, tersenyumlah, Hinata-chan. Kau lebih cantik kalau kau tersenyum begitu." ujar Naruto, Hinata tersenyum kecil, "Aha, terima kasih, kalau kamu mau aku tersenyum, kamu harus menghibur aku terus, ok?" kata Hinata, Naruto tertawa sambil menggaruk belakang kepalanya, "Baiklah."
"Hey, Hinata-chan. Ada apa dengan nilaimu? Kudengar bukannya belajar tapi kau malah menemui pacarmu!" bentak Iruka, "Ma-maafkan aku, sensei." balas Hinata sambil terus menunduk. Sesuatu berwarna kuning menarik perhatian Hinata, setelah di lihat ternyata itu adalah rambutnya Naruto yang berada di belakang Iruke dengan memasang ekspresi aneh yang membuat Hinata terkekeh, "Apa ini? Sensei memarahimu tapi kau malah tertawa?" bentak Iruka lagi, "Ah, aku benar-benar minta maaf, sensei." balas Hinata. Di luar kelas terlihat Naruto juga memasang wajah aneh yang lagi-lagi membuat Hinata tertawa, "Ah, maafkan aku, sensei." ujar Hinata yang langsung berlari ke luar kelas. "Hey! Kembali ke sini!" Teriak Iruka.
"Naruto-kun, apa yang kamu lakukan?" tanya Hinata, bukannya menjawab tapi Naruto malah bertingkah aneh, "Kamu menyebalkan, Naruto-kun." ucap Hinata. Naruto tersenyum kecil lalu memegang kedua bahu Hinata. "Maaf, Hinata-chan. Aku hanya ingin membuatmu tersenyum, maaf jika membuatmu kesal." ujar Naruto, Hinata lalu tersenyum kecil, "Baiklah, tidak apa-apa, aku mengerti kok." jawab Hinata, "Terima kasih." balas Naruto. Mereka lalu tersenyum.
"Hey, kau tersimpan di hatiku!"
Hinata dan Naruto menoleh ke arah suara dan mendapati Neji berlari-lari kecil sambil terus mengatakan Kau tersimpan di hatiku. Neji lalu mendekati Hinata dan Naruto, "Kau telah ku simpan di hatiku!" kata Neji pada Naruto yang sejak tadi diam, "Kau juga ku simpan di hatiku!" balas Naruto, Naruto dan Neji lalu berpegangan tangan dan pergi sambil berlari kecil dan melompat, "Hey! Naruto-kun!" teriak Hinata memanggi Naruto.
.
"Paman! Ini semua penipuan! Kembalikan uangku!" kata Hinata dan lagi-lagi ia melempar kotaknya, "He-he-hey, jangan menyerah dulu, kita coba yang ini." kata Jiraiya, "Sudah, lupakan saja!" ujar Hinata yang langsung pergi begitu saja. Jiraiya menatap kepergian Hinata sambil mengangkat pundaknya.
.
Wqwqwq genre comedy pertama, ngga lucu? biarinlah, niat saya menghibur kok bukan melucu. Oh ya, di Temporary Boyfriend ini saya belum keluarin semuanya loh, kalo mau ntar chapter depan saya tambahin 5 lagi deh, itupun kalo mau.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian^^
Arigatou^^
Komentar
Posting Komentar