Nii-san! part.1

//Kisah kakak beradik yang sebenarnya bukan saudara kandung. Tak heran jika perasaan muncul diantara mereka berdua.\\

Gendre : School, Romance

Pairing : SasuHina, NaruSaku

Warning!! OOC, Fic Gaje, Alur acak-acakan, Typo, FanFic Bergambar

Selamat membaca ^^

Nii-san! 


Di Konoha sedang terjadi perang dunia ke 3, ninja-ninja perlahan gugur dalam peperangan ini dan hanya menyisakan beberapa ninja saja. 
     "Sasuke, ini adalah Hinata, dia adalah anak dari sahabat ibu. Tapi sekarang dia sebatang kara karena orang tua dan keluarganya telah gugur di peperangan. Ibu mau kau jaga dia ya? usianya hanya berbeda beberapa bulan denganmu. Anggaplah dia sebagai adikmu." kata Mikoto pada putranya, Sasuke. "Ibu akan berangkat." lanjut Mikoto. Sasuke kecil mengangguk pelan, "Ibu, pastikan ibu kembali dengan selamat, ya?" kata Sasuke, Mikoto tersenyum, "Iya." jawab Mikoto.
     Sasuke yang berusia 4 tahun itu menatap Hinata kecil yang sedang tertidur pulas. Ia mendekati Hinata dan mengelus puncak kepalanya.

     "Adik?"

.
14 tahun kemudian...

Ini adalah hari Minggu dan sekolah libur, karenanya Hinata masih tertidur di ranjangnya, dan sesekali merubah posisi tidurnya. Tubuhnya yang mengigil ditutupi oleh selimut tebal nan hangat yang membuat tidurnya makin lelap.

Brush...

Hinata langsung membuka matanya dan bangkit dari tidurnya, kemudian ia mendongak dan mendapati kakaknya, Sasuke membawa gelas kosong sambil menatapnya datar. Hinata mengerucutkan bibirnya dan mengelap wajahnya yang basah karena air.  "Apa-apaan ini nii-san? kenapa nii-san melakukan ini?'' tanya Hinata sambil menatap Sasuke, Sasuke memalingkan wajahnya, "Kita akan berolahraga ke luar sebelum besok kita ujian." jawab Sasuke, Hinata mengerutkan keningnya, "Olahraga?" gumamnya sambil melirik jam di mejanya.
     "Nii-san ini sakit atau apa? ini masih pukul 3 pagi. Mana ada orang berolahraga di jam segini." kata Hinata, namun Sasuke tak bergeming dan membalikkan badannya lalu berjalan. "He-hey! a-apa nii-san baru saja mengacuhkan aku? kembali kesini, nii-san!" kata Hinata kesal, Sasuke menghentikan langkahnya sambil melirik Hinata, "Semakin cepat kau bersiap, semakin cepat kita selesai." kata Sasuke sambil melanjutkan langkahnya. Hinata menghela nafas dan menjatuhkan tubuhnya ke kasur.
.
     "Ayo lari duluan." kata Sasuke, Hinata menatap Sasuke sambil mengerutkan keningnya. "Kenapa duluan? kenapa tidak bersama-sama saja?" tanya Hinata, seperti biasa Sasuke balas menatap Hinata dengan tatapan datar. "Kau duluan berlari, aku menjagamu dari belakang." jawab Sasuke. "Ta-tapi..."

     "Cepat."

Hinata langsung terdiam saat Sasuke mendorong punggungnya sambil mengatakan itu. Hinata lalu berlari kecil dan diikuti Sasuke dari belakang. "Kau lambat sekali, ayo lebih cepat!" kata Sasuke, Hinata menarik nafasnya, "Iya iya aku akan tambah kecepatannya." kata Hinata lalu mempercepat langkahnya. Sasuke menatap punggung Hinata yang berjarak dekat dengannya. "Masih lambat, cepat!" kata Sasuke sambil mendorong punggung Hinata. Hinata menoleh kearah Sasuke sambil mengerucutkan bibirnya dan menatapnya tajam, ia lalu berbalik dan berlari dengan cepat. Sasuke menatap punggung Hinata sambil terkekeh, "Dasar." katanya lirih sambil berlari mengejar Hinata.
.
     "Hosh, hosh...ni-nii-san, sudah dulu ya, hosh, aku lelah." kata Hinata sambil berjongkok. Sasuke menatap Hinata. "Baru setengah jam saja kau sudah kelelahan begini." kata Sasuke sambil melihat jam di menara jam kota yang menunjukkan pukul 4 pagi (mereka berangkat pukul setengah 4). Hinata menoleh kearah Sasuke sambil menatapnya, "Aku ini berbeda denganmu, nii-san." kata Hinata, "Hm, baiklah terserah kau saja.'' kata Sasuke sambil melangkah ke depan Hinata, "Ni-nii-san mau kemana? j-jangan tinggalkan aku." kata Hinata, Sasuke menoleh kearah Hinata. "Kalau begitu ayo bangun dan berjalan, tidak usah lari." kata Sasuke, Hinata menunduk dan berdiri, kemudian ia berjalan mengikuti Sasuke.
.
    Hinata menutup mulutnya dan meringis pelan, berharap Sasuke tak mendengarnya. Namun sayang, telinga Sasuke yang tajam itu pun mendengarnya, Sasuke lalu berbalik. "Kenapa?" tanya Sasuke, Hinata menunduk, "A-anou...anou...t-tidak kenapa-kenapa kok." jawab Hinata sambil tersenyum menatap Sasuke. Sasuke membalikkan badannya dan kembali berjalan.

     "A-ah..."

Sasuke menoleh menatap Hinata yang menunduk sambil menutup mulutnya. Sasuke mendekat kearah Hinata, "Katakan yang sebenarnya." kata Sasuke, Hinata menatap Sasuke dengan air mata di matanya yang membuat Sasuke khawatir.

     "Ka-kakiku sakit."

Sasuke menghela nafasnya dan menggelengkan kepalanya, "Ku kira hal yang penting." kata Sasuke, Sasuke lalu berbalik.

     "Ni-nii-san..."

     "Apa?" tanya Sasuke sambil berjongkok di depan Hinata, "A-apa yang nii-san lakukan?" tanya Hinata sambil menatap punggung Sasuke, Sasuke menarik nafasnya, "Kakimu sakit, bukan? ayo naik." kata Sasuke, Hinata menunduk.
      "Apa yang kau tunggu? ayo cepat naik." kata Sasuke, Hinata terdiam sambil menatap Sasuke, "A-apa boleh?" tanya Hinata, Sasuke menghela nafasnya dan berbalik. "Bukannya aku yang menyuruhmu naik?" kata Sasuke. Hinata menunduk lagi. "Ta-tapi..."

     "Hua!!"

Hinata membulatkan matanya sambil menatap rambut Sasuke yang sedang menggendongnya. "N-ni-nii-nii-san." kata Hinata, "Berisik." balas Sasuke.


.
    Hinata menoleh kesana-kemari memperhatikan sekelilingnya. "Nii-san, i-ini kan bukan jalan ke rumah." kata Hinata, "Kita akan pergi menemui orang tua kita dulu." jawab Sasuke, Hinata tersenyum.
.
Sasuke dan Hinata sama-sama tersenyum sambil menatap batu nisan bertuliskan nama, Hiashi Hyuga dan Mikoto Uchiha. Hinata tampak menyatukan tangannya dan menutup matanya, berdoa dalam hati. Sementara Sasuke tertunduk, "Ibu bilang akan kembali dengan selamat, tapi kenapa?" tanya Sasuke lirih, air mata telah menggenang di pelupuk matanya.

     "Nii-san?"

Sasuke langsung mengelap matanya dan menoleh ke arah Hinata, "Apa?" balas Sasuke, Hinata memegang tangan Sasuke sambil menatapnya, "Nii-san, apa nii-san menangis?" tanya Hinata. Sasuke memalingkan wajahnya, "Tidak." jawab Sasuke singkat sambil menarik tangan Hinata, "Ayo pulang." katanya.
.
Keesokan harinya...
     "Bagaimana menyelesaikan ini?" kata Kiba sambil menjambak rambutnya. "Hoi, Shino. Kita ini teman kan?" tanya Kiba sambil menyentuh tangan Shino. Shino memalingkan wajahnya dan menarik tangannya, "Tak usah basa-basi begitu. Katakan apa mau mu." kata Shino, Kiba tersenyum bahagia, "Kau ini pengertian sekali padaku, kau memang teman terbaikku." kata Kiba.
      "Beritahu aku jawaban nomor 30-50." kata Kiba, Shino menatap Kiba tajam, "Enak sekali jidatmu itu!" kata Shino. Kiba memonyongkan bibirnya, "Tadi kan kau bilang 'Katakan apa mau mu.' tapi sekarang apa?" kata Kiba, "Aku memang bilang begitu, tapi aku tidak bilang akan membantumu." jawab Shino. Kiba mengerutkan keningnya, "Jahat." kata Kiba sementara Shino memalingkan pandangannya kembali pada kertas ujian.
.
     "Ok, tes tulis kalian sudah selesai, dan aku sudah periksa hasil ujian kalian. Bagi kalian yang mendapat lebih dari 3 nilai merah, maka kalian harus melaksanakan remedial, aku tunggu pulang sekolah di ruang guru." kata Kurenai. "Baik." jawab mereka serentak.
.
     "A-apa? n-nii-san di remedial?" tanya Hinata tak percaya, Sasuke menarik nafasnya, "Berisik.'' kata Sasuke. Hinata lalu duduk di depan Sasuke, "Kenapa ini bisa terjadi? kenapa nii-san bisa di remedial?" tanya Hinata. Sasuke menatap Hinata bosan, "Aku mendapat 7 nilai merah dari 8 mata pelajaran." jawab Sasuke, Hinata memelototi Sasuke, "Nii-san, bisa-bisanya nii-san setenang ini saat akan di remendial." kata Hinata, Sasuke balas menatap Hinata dengan tatapan tajam menusuk, "Berani sekali kau memelototiku." kata Sasuke, Hinata lalu mengubah tatapannya menjadi sama tajamnya seperti Sasuke, "Nii-san macam apa kamu ini? seharusnya nii-san memberikan contoh baik u-untuk adiknya, aku. Tapi malah begini." kata Hinata.
     "Jadi kau menyalahkanku untuk semua ini?" tanya Sasuke dingin, "Aku tidak menyalahkan nii-san, memang nii-san yang salah, kok." jawab Hinata, "Sudahlah, kita segera ke ruang olahraga untuk tes selanjutnya. Tak akan ada habisnya berdebat dengan gadis cerewet sepertimu." kata Sasuke sambil bangkit dari duduknya dan melangkah keluar kelas, Hinata lalu bangkit dan menatap tajam punggung Sasuke, "N-nii-san!! a-aku peringatkan padamu! kamu a-akan menyesal telah bilang 'cerewet' padaku!!" kata Hinata kesal, "Berisik." balas Sasuke.
.
     "Baik, sekarang waktunya tes olahraga. Kalian akan aku tes bermain bola voli dengan teknik serve." kata Guy, "Iya, pak!" jawab siswa serentak. "Aku akan mengurutkan kalian dari absen." lanjut Guy sambil membuka-buka buku absen.
     "Aburame Shino." kata Guy, Shino langsung berdiri tegap dan berjalan kearah lapangan voli. "Ini bolanya." kata Guy sambil melempar bola voli kearah Shino dan langsung di terimanya. Salah satu tangan Shino memegang bola dan tangan yang satunya mengepal, ia lalu melambungkan bolanya kemudian bola dipukul di bagian bawah dengan ayunan tangan dari belakang ke depan.
     "Bagus." kata Guy sambil menuliskan nilai di buku absennya. "Selanjutnya, Uchiha Sasuke." lanjut Guy. Sasuke menyerigai, "Lihat kemampuanku di bidang olahraga, gadis cerewet." batin Sasuke sambil menatap Hinata tajam. "Ini bolanya." kata Guy sambil melemparkan bola pada Sasuke. Setelah ia menangkap bolanya, Sasuke memantul-mantulkan bolanya beberapa kali ke lantai. Kemudian ia menegapkan tubuhnya dan satu tangannya memegang bola, ia melambungkan bolanya dan memukulnya dengan jari rapat dengan sekuat tenaga, sehingga bolanya melambung keatas.
     "Bagus." kata Guy sambil menuliskan nilai. "Haruno Sakura." kata Guy, Sakura lalu maju, ia melambungkan bola dan memukulnya.
.
     "Uchiha Hinata." kata Guy, Hinata berdiri dan melangkah ke lapangan voli, Guy lalu melempar bola voli kearah Hinata dan langsung diterimanya. Hinata lalu memantul-mantulkan bola ke lantai sambil sesekali menarik nafas dalam-dalam, ia sangat payah dalam hal olahraga. Ia lalu menegapkan tubuhnya dan satu tangannya memegang bola, ia lalu melambungkan bolanya dan kemudian memukul bola dengan tangan mengapal.

Buk

Hinata langsung menunduk, bukannya melambung ke depan bolanya malah melambung ke sembarang arah, langsung saja kekehan teman-teman terdengar di telinganya. Ia menarik nafas lagi sambil melangkah kembali ke tempat. "Ck ck ck, tak ada perubahan. Padahal otakmu sangat cerdas, tapi dalam olahraga kau begini." kata Guy, Hinata makin menunduk menyembunyikan rona merah di pipinya.

     "Yamanaka Ino."

Hinata melirik ke arah Sasuke dari balik poni-poni tebalnya, itu dia senyuman yang sudah pasti Sasuke tunjukkan padanya, ia sudah menebaknya sejak awal.


Pukul 17.00...
     Sasuke baru saja menyelesaikan remedialnya. "Jangan lupa belajar lagi." kata Kurenai. "Hn." jawab Sasuke sambil keluar dari ruang guru. Keadaan sekolah sangat berbeda ketika sore hari, cahaya matahari pun tak terang seperti saat pagi dan siang hari. "Tch, Hinata pasti meninggalkan ku." dengus Sasuke.

     Sasuke membuka pintu rumahnya, namun pintunya masih di kunci. "Eh? kenapa masih di kunci?" tanya Sasuke, ia lalu berjalan menuju sebuah pot bunga dan mengangkatnya, terlihat sebuah kunci di sana dan Sasuke langsung mengambilnya lalu kembali ke depan pintu rumah. "Kemana anak itu pergi?" tanya Sasuke sambil memasukkan kunci ke dalam lubang kuncinya. "Apa mungkin masih di sekolah?" tanya Sasuke lagi sambil membuka pintunya. Sasuke langsung masuk ke dalam kamarnya dan melempar tas ke kasurnya. Ia lalu membuka lemari pakaian dan mengambil salah satu kaos.
.
     "Hinata, apa kau tak ingin pulang?" tanya Asuma, sang penjaga sekolah. Ia khawatir kalau siswi tercerdas itu sakit kalau terus-terusan bermain voli di ruang olahraga sampai larut begini.

Buk

     "Mungkin sebentar lagi, pak." jawab Hinata sambil melambungkan bola. "Aku masih ingin berlatih main voli dulu." lanjut Hinata lalu memukul bolanya. "Baiklah, jangan lupa bereskan semua ini ya? biar nanti bapak kunci." kata Asuma, Hinata tersenyum kearah Asuma. "Iya, pak." jawab Hinata. "Oh ya, apa kakakmu takkan cemas? apa dia tau kau ada di sini?" tanya Asuma.

Buk

Hinata mematung, ia lalu menoleh kearah Asuma, "Tidak apa-apa pak." jawab Hinata sambil tersenyum. Asuma menarik nafas lega, "Baiklah, bapak tinggal dulu ya? dah..." kata Asuma sambil berjalan ke luar ruangan olahraga. Hinata kembali mematung, "O-oh iya, nii-san bagaimana ya? apa remedialnya sudah selesai? pasti belum. Kalaupun sudah, dia pasti mencariku dulu. Eh, tapi apa tidak apa-apa membuatnya repot mencariku? dia pasti tidak akan mengira kalau aku ada di sini. Ah biarkan saja, dia juga selalu merepotkan aku." kata Hinata sambil melambungkan bola lagi dan memukulnya.
.
Pukul 21.00...
     "Hosh, hosh, pak, apa, hosh, apa bapak melihat Hinata?" tanya Sasuke pada Asuma, "Hm, tadi bapak lihat Hinata ada di ruang olahraga sedang bermain voli." jawab Asuma, Sasuke menarik nafasnya, "Dia itu ya!" dengus Sasuke sambil berlari lagi menuju ruang olahraga.

     Sasuke membuka sedikit pintu ruang olahraga, terlihat tubuh mungil Hinata sedang memukul bola di banjiri keringat pada pakaiannya. Sesekali Hinata mengelap keringat di wajahnya menggunakan tangannya. Ia lalu membuka pintu itu dan langsung berjalan mendekat kearah Hinata.
     "Pak, sebentar lagi." kata Hinata tanpa melihat dulu siapa yang menyentuh pundaknya, "Pulang." bisik Sasuke di telinga Hinata, bulu kuduk Hinata langsung berdiri dan ia lalu berbalik kearah Sasuke, "Nii-san? kenapa nii-san di sini?" tanya Hinata. "Seharusnya aku yang bertanya, sedang apa kau jam segini di sekolah, huh? kau tak tau ya, aku lelah mencarimu kerumah teman-temanmu, tapi ternyata kau ada di sini." kata Sasuke kesal, Hinata menunduk, "Maaf nii-san." kata Hinata lirih. "Sudahlah, bereskan semua ini, kita pulang." kata Sasuke sambil menurunkan tangan Hinata. "Iya, nii-san." kata Hinata sambil berjalan dengan pincang menuju troli tempat menyimpan bola voli.

Tunggu!

Pincang?!

Sasuke mengambil tangan Hinata dan membuat Hinata berbalik kearahnya, "Kakimu dalam masalah, duduk saja di sana, biar aku yang bereskan semua." kata Sasuke sambil menunjuk sebuah bangku, "Ta-tapi nii-san, aku yang menggunakan ini, biarkan aku yang membereskannya." kata Hinata, "Berisik, cerewet." kata Sasuke yang sukses membuat Hinata mengerucutkan mulutnya, "Jangan sebut aku cerewet, nii-san!" teriak Hinata dan membuat Sasuke menutup telinga menggunakan tangannya. "Berisik! kau itu banyak bicara artinya kau itu cerewet." kata Sasuke.

     "Aku tidak cerewet! nii-san yang cerewet! nii-san yang banyak bicara! aku kan-"

Sasuke menyumpal mulut Hinata dengan tangannya, "Sudah selesai bicara? sekarang duduklah." kata Sasuke lirih sambil melepas tangannya dari mulut Hinata.

Selesai merapikan...

Sasuke berdiri di hadapan Hinata sambil melipat tangan di depan dadanya, "Bagaimana kau akan pulang?" tanya Sasuke, "Berjalan." jawab Hinata. Sasuke lalu berjongkok sambil menarik pelan kaki Hinata yang tampak membiru, "Kau yakin?" tanya Sasuke.

     "Tentu saja aku yakin, aku bisa kok berjalan sendiri tanpa-ouch!"

Hinata langsung duduk lagi setelah barusan ia berdiri namun kakinya terasa sakit, "Hm?" kata Sasuke. Hinata langsung mendongak menatap Sasuke dengan mata yang berkaca-kaca, "Ni-nii-san, lalu bagaimana aku pulang?" tanya Hinata, Sasuke menunduk balas menatap Hinata. "Lakukan cara apapun." jawab Sasuke sambil berbalik dan melangkah, "Ah! Nii-san, jangan pergi, Nii-san!!" teriak Hinata, Sasuke terus berjalan sambil menutup telinganya, "Ni-nii-san!" kata Hinata sambil berdiri.

     "A-a..."

Hinata membuka matanya, dan yang pertama ia lihat adalah wajah Sasuke, "Nii-san." kata Hinata sambil tersenyum, "Dasar kau ini, bagaimana kalau tadi kau jatuh?" tanya Sasuke, "Salah nii-san sendiri karena pergi meninggalkan aku." balas Hinata. Sasuke menghela nafas dan membalikan badannya, "Ni-nii-san." kata Hinata. "Berisik." balas Sasuke sambil berjongkok, "Ayo naik. Kalau kau bicara lagi, aku akan benar-benar meninggalkanmu." kata Sasuke, Hinata menunduk menatap punggung Sasuke yang tertutup kaos berwarna biru tua itu, ia lalu menurunkan tubuhnya dan mengalungkan lengannya di leher Sasuke sementara Sasuke lalu berdiri sambil mengangkat tubuh Hinata.

     "Ah Hinata kenapa?" tanya Asuma, "Hn, hanya manja, minta di gendong." jawab Sasuke, langsung saja Hinata mencubit bahu Sasuke dan membuat Sasuke meringis. "Baiklah pak, kami pulang dulu." kata Sasuke, "Ah, iya iya." jawab Asuma. Sasuke lalu melangkah lagi.

     "Mengapa kau selalu membuat kakimu cedera? apa jangan-jangan kau sengaja melakukannya supaya aku gendong?" tanya Sasuke sedikit menggoda, Hinata lalu mencubit bahu Sasuke lagi, "Jangan asal bicara, nii-san." kata Hinata kesal, sementara Sasuke hanya tersenyum kecil. "Oh ya, nii-san, bagaimana remedial nii-san tadi?" tanya Hinata, "Aku tidak lulus, senin aku akan remedial lagi." jawab Sasuke enteng, "Apa?? remedial kedua? nii-san harus banyak belajar!" balas Hinata, Sasuke mendengus, "Belajar itu membosankan, aku selalu mengantuk kalau belajar." jawab Sasuke, Hinata mengerucutkan bibirnya, "Bagaimana kalau nii-san tidak lulus?" tanya Hinata yang membuat Sasuke menghentikan langkahnya, "Kalau aku tidak lulus, tapi setidaknya kau lulus kan?" kata Sasuke sambil kembali melangkah.

     "Ta-tapi kan nii-"

     "Kau ini berisik sekali, sudah diam!" potong Sasuke dan membuat Hinata berhenti bersuara.
.
Keesokan harinya...

     Minggu pagi yang cerah, matahari bersinar terang dari balik kaca jendela, waktu yang tepat untuk melepas penat bagi Sasuke. Ia segera menjatuhkan diri pada kasur dan menutup tubuhnya dengan selimut. Awalnya memang berjalan dengan mulus, Sasuke menutup matanya dan terlelap sebelum...

     "Nii-san!"

Hinata menarik selimut yang menutupi tubuh Sasuke dan melemparnya ke sembarang arah, "Nii-san ayo bangun, aku akan membantumu belajar!" kata Hinata sambil menarik tangan Sasuke, "Tch diam kau! aku tak mau belajar! kau saja yang belajar!" gerutu Sasuke namun Hinata tak bisa diam saat kakaknya berada diambang kehancuran. "Tidak menerima penolakan! ayo cepat cepat bangun!" kata Hinata sambil terus menarik tangan Sasuke, dan terpaksa akhirnya Sasuke menuruti perkataan Hinata dan bangun lalu duduk di sebuah meja yang sudah ada beberapa buku dan makanan ringan di sana.
     "Kau yang menyiapkan ini?" tanya Sasuke sambil melihat sekelilingnya dan di jawab dengan anggukan kepala dari Hinata. "Bagaimana kakimu?" tanya Sasuke lagi, Hinata lalu menunduk melihat kakinya dan menatap Sasuke lagi sambil tersenyum, "Sudah tidak apa-apa kok, anggap saja ini semua sebagai ucapan terima kasihku karena kemarin nii-san sudah mencemaskan aku." jawab Hinata. "Hn terserah kau saja." balas Sasuke.
.
Pukul 15.00

Sasuke terus memandangi wajah Hinata yang sedang mengoceh menerangkan tentang pelajaran, senyuman tipis terlukis di wajahnya. Sudah lama, lama sekali perasaan terlarang ini muncul di hatinya, perasaan cinta seseorang kepada lawan jenisnya. Keinginan untuk memiliki adik   angkat   nya seutuhnya, bukan sebagai saudara melainkan pasangan hidup. Walau Sasuke tau itu takkan mungkin terjadi, Hinata memang bukan adik kandungnya dan ia bisa saja memaksa Hinata untuk menikah dengannya saat sudah lulus nanti, tapi pesan Anggaplah dia sebagai adikmu dari ibunya lah yang membuatnya tak bisa melakukannya.

     "Ha..belajarnya sudah sampai di sini." kata Sasuke sambil berdiri dan bersiap pergi, namun Hinata menahan tangan Sasuke, "Ta-tapi ini masih belum selesai, nii-san." kata Hinata, Sasuke lalu menoleh dan menunduk menatap adiknya itu, "Kita sudah belajar sejak pagi hari. Aku tak tahan melihatnya, rasanya kepalaku mau pecah melihat angka-angka itu." jawab Sasuke. "Ta-tapi..."

     "Tenang saja, aku sudah paham kok."

Hinata terdiam mematung ketika Sasuke menjawabnya dengan sebuah senyuman di wajahnya dan tanpa ia sadari, tangan Sasuke telah terlepas darinya.
.
Keesokan harinya...

     "Uchiha Sasuke, ikut bersamaku ke ruang guru sekarang." kata Kurenai, Sasuke menghela nafas dan bangkit dari duduknya. "Nii-san." kata Hinata yang duduk di samping Sasuke, Sasuke lalu menoleh kearah Hinata, "Apa?" tanya Sasuke, Hinata tersenyum, "Berusahalah." jawab Hinata, rona merah tipis menghiasi pipi Sasuke. Kurenai lalu keluar kelas dan di ikuti Sasuke dari belakang. Sementara Hinata, ia menyatukan kedua tangannya sambil menutup matanya berdoa agar nii-sannya lulus dalam remedial keduanya.

 Sasuke masuk ke dalam kelasnya dan melihat sekelilingnya, hampir semuanya tersenyum disana, ada apa ini? ia lalu menoleh kesana kemari mencari sosok Hinata yang tak kunjung ia temukan. Ia malah melihat Naruto dan Sakura yang tampak sedang bermesraan disana, tunggu dulu! ini tidak benar! pasti ada yang salah disini. Lalu Sasuke menghampiri Kiba yang berada tak jauh dari sana.
     "Apa yang terjadi?" tanya Sasuke, Kiba lalu menoleh, "Oh, itu, Naruto baru saja menembak Sakura di hadapan kami semua." jawab Kiba, Sasuke membulatkan matanya, "La-lalu Hinata, dimana Hinata?" tanya Sasuke lagi, Kiba mengangkat bahunya, "Aku melihatnya beberapa menit yang lalu, setelah Sakura menerima Naruto, Hinata berlari keluar kelas, waktu aku tanyai, dia menjawab kalau dia harus ke toilet dulu sebentar. Sekarang aku tak tau dimana dia." jawab Kiba, Sasuke mengangguk simpul, "Terima kasih." kata Sasuke, Kiba tersenyum, "Ah ya, jangan sungkan." balasnya.
     Sasuke berlari dengan cepatnya menuju toilet perempuan, "Naruto menembak Sakura di depan semuanya? yang benar saja, Hinata tak akan mampu menahannya." umpat Sasuke.
Sampailah ia di depan toilet perempuan, terlihat Ino keluar dari sana dan Sasuke langsung mencegatnya, "Tunggu Ino." kata Sasuke, Ino langsung berhenti dan tersenyum sambil menatap Sasuke, "Ada apa Sasuke? tak biasanya kamu bicara padaku." tanya Ino, Sasuke menghela nafas, "Apa ada Hinata di dalam?" tanya Sasuke, Ino lalu menoleh kearah toilet wanita, "Kurasa tidak." jawab Ino, Sasuke lalu menghela nafasnya lagi, "Oh ya ampun, kemana aku harus mencarinya?" tanya Sasuke. Ino lalu membulatkan matanya, "Oh ya Sasuke, kalau tidak salah tadi aku melihat seorang gadis berlari menuju atap sekolah, aku memang tidak melihat wajahnya tapi dia mirip sekali dengan Hinata. Kurasa itu Hinata." kata Ino, Sasuke lalu menoleh kearah tangga, "Hm, atap sekolah ya? terima kasih." balas Sasuke, Ino tersenyum sambil melambaikan tangannya pada Sasuke yang berlari kearah tangga.

     "Hiks...Na-na-na-na...Naruto...hiks...kenapa...Sa-sakura? pa-pa-padahal hiks Sakura tau ka-kalau aku...a-aku menyukai Naruto. Ta-tapi...hiks tapi kenapa ka-kamu menerima Naruto ya-yang menembakmu?" kata Hinata disertai isakan tangis. Air mata tak henti-hentinya meleleh dari kedua matanya ketika mengingat kejadian beberapa menit lalu.

Flashback

 Kring...

Bel tanda istirahat telah berbunyi, Hinata segera menyelesaikan tugasnya dan menutup bukunya lalu memasukkannya ke dalam tas birunya. Sebuah senyuman terukir di wajahnya memikirkan Sasuke yang selesai remedial, ia jadi ingin tau bagaimana hasilnya.

     "Hoi..."

Semua pandangan tertuju pada Naruto, seorang pemuda yang telah Hinata sukai sejak pertama kali masuk ke sekolah ini. Terlihat Naruto memegang tangan Sakura dan membawanya kedepan kelas, "Oi! apa yang akan kau lakukan?" tanya Chouji. Naruto menoleh lalu meluruskan kepalanya menatap Sakura, ia lalu menumpukan tubuhnya di satu kakinya, "Sakura, sudah lama aku ingin mengatakan ini padamu. Tapi, aku tidak punya keberanian untuk mengatakannya. Aku pikir aku akan mendapat penyesalan kalau tidak ku katakan mengingat setelah lulus nanti kita akan berpisah." kata Naruto, ia lalu melihat sekelilingnya dan kembali pada Sakura, "Aku sudah menyukaimu sejak pertama masuk ke kelas ini, Sakura. Aku harap kau mau menerimaku." lanjut Naruto, suara tak percaya terdengar dari semua orang yang ada disana, tak terkecuali Hinata. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya dan siap jatuh. Hinata menutup matanya dan menunduk berharap Sakura tak menerimanya.
     Sakura tersenyum dan mengangguk pelan, "Aku menerimamu." kata Sakura, Hinata langsung membulatkan matanya dan mendongak menatap Sakura tak percaya, "Sa-sa..."

     "KYA!!"

Suara jerit histeris teman-teman mereka langsung menggema di dalam kelas itu. Semua langsung mendekat kearah Naruto dan Sakura untuk memberi selamat. Kecuali Hinata yang langsung berlari keluar kelas.

     "Hinata."

Hinata lalu menoleh dan mendapati Kiba disana. "Ki-kiba? a-ada apa?" tanya Hinata, "Kau mau kemana?" tanya Kiba, Hinata terdiam dan menunduk lalu kembali mendongak menatap Kiba sambil tersenyum, "A-aku harus ke toilet dulu sebentar." jawab Hinata. Kiba mengangguk paham. "Baiklah." balas Kiba.

End Flashback 

     "Hiks...kenapa i-i-i-ini terjadi? hiks..." kata Hinata lirih sambil masih terisak. Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundaknya dan membuat ia terlonjak.

     "Hinata."

Hinata membulatkan matanya, ia kenal betul suara itu, suara yang berat, dingin dan juga datar, nii-sannya. Segera saja ia menghapus air mata di pipinya dan juga yang masih menggenang di pelupuk matanya. "Kau baik-baik saja?" tanya Sasuke, Hinata menarik nafasnya dan menghembuskannya perlahan lalu berbalik kearah Sasuke dengan sebuah senyuman terukir di wajahnya. "Iya a-aku baik, memangnya aku kenapa?" kata Hinata. Sasuke memutar bola matanya bosan, "Jangan tunjukkan senyuman palsu padaku." kata Sasuke dingin yang membuat senyuman itu langsung pudar, "Baiklah." balas Hinata. "Oh ya, nii-san. Bagaimana remedialnya?" tanya Hinata. "Aku lulus." jawab Sasuke, Hinata lalu tersenyum, "Syukurlah, s-selamat ya, nii-san." kata Hinata.

     "Aku sudah tau semuanya."

     "Tentang apa?".

     "Naruto."

Hinata langsung memalingkan wajahnya, "A-aku baik-baik saja kok, la-lagipula aku sudah tidak menyukai dia." kata Hinata, satu tangan Sasuke memegang pundak Hinata dan satunya memegang dagu Hinata yang langsung menghadapkan wajah Hinata pada wajahnya. "Benarkah? lalu apa ini?" tanya Sasuke sambil mengelap air mata yang mulai mengucur dari mata Hinata.

     "Hiks...Hiks..."

Suara isakan tangis dari Hinata yang langsung menghujam hati Sasuke. Hinata mengangkat kedua tangannya dan memegang tangan Sasuke yang berada di pipinya, "Ra-ra-ras-ras-rasanya sakit, nii-san. Hiks. L-lebih sakit daripada teriris pisau saat memasak. Hiks." kata Hinata sambil terisak. Sasuke menatap mata Hinata dalam, ia tak menemukan keceriaan yang biasanya ada di mata Hinata melainkan rasa sakit yang juga membuat hatinya sakit melihat air mata terus-terusan mengucur dari mata Hinata.
  

     "Sudah cukup. Jangan menangis karena laki-laki dan gadis tidak berguna itu." kata Sasuke dingin, "Hiks...Hiks..." suara isak tangis Hinata lagi. Sasuke menarik nafasnya dan menurunkan kedua tangannya dari pundak dan pipi Hinata. Hinata mendongak menatap Sasuke, "Ni-nii-san." kata Hinata lirih.
     Sasuke memajukan langkahnya mempersempit jaraknya dengan Hinata sementara Hinata memilih menunduk. Sasuke lalu mengalungkan tangannya di pinggang Hinata dan mendekatkan tubuh Hinata pada tubuhnya, Hinata mendongak, "N-nii-san?" kata Hinata dengan nada kaget. Sasuke menunduk balas menatap Hinata sambil mengelus puncak kepala Hinata. Rona merah muncul di pipi keduanya.

     "A-aku tidak tau bagaimana melakukannya, tapi, peluklah aku dan kalau kau mau, kau boleh menangis di pelukanku."

Hinata membulatkan matanya, sungguh baru pertama kali ia melihat nii-sannya begini. Sasuke memalingkan wajahnya dan melepas tangannya dari Hinata.

     "Kalau kau tak mau-"

Sasuke menunduk melihat Hinata yang memeluknya erat, sangat erat. Ia tak mampu berkata-kata lagi, lidahnya kelu, dan yang bisa ia lakukan hanyalah membalas pelukan Hinata dan membiarkan Hinata menangis di pelukannya.

Malam...
      Sejak selesai makan malam tadi Hinata langsung masuk dalam kamarnya dan terduduk di pojokan dengan wajah yang ditenggelamkan  diantara tangan dan lutut. Ia masih mengingat kejadian tadi, walau Sasuke sudah menenasihatinya dan ia sudah merasa baikan tadi, namun tetap saja hatinya masih terasa sakit. Kata-kata yang Naruto lontarkan untuk menembak Sakura dan jawaban Sakura terus terngiang di telinganya. Air mata pun tak mau berhenti turun melalui pipinya.

     "Aku sudah menyukaimu sejak pertama masuk ke kelas ini, Sakura."


Hinata mendongak dan menutup telinga dengan tangannya sambil terus memejamkan matanya, "Hiks, he-hentikan." kata Hinata lirih.

     "Hinata?"

Hinata lalu membuka matanya dan langsung berdiri menegapkan tubuhnya, "Nii-san? tidak, nii-san tidak boleh melihat aku dengan keadaan begini." kata Hinata lirih, lalu ia segera menghapus bekas air mata di pipinya dan mengusap matanya. Hinata lalu berjalan kearah pintu dan membukanya, "Iya, nii-san?" tanya Hinata sambil tersenyum, Sasuke membulatkan matanya dan menatap Hinata tajam setelah melihat kelopak mata Hinata yang sedikit membengkak dan matanya yang juga sedikit merah, "Kau habis menangis ya?" tanya Sasuke, Hinata menunduk sebelum mendongak menatap Sasuke dan menjawab, "Tidak kok, mungkin aku mengantuk karenanya mataku begini. Sudah ya nii-san aku tidur dulu, aku sudah mengantuk. Selamat malam." kata Hinata sambil menutup pintu kamarnya.
     "Aku tau kau menangis dan kau bukan mengantuk. Kau takkan pernah menunduk sebelum menjawab pertanyaan ku kalau kau bicara dengan jujur." kata Sasuke lirih lalu berlalu menuju kamarnya. Sementara dari balik pintu, Hinata bersandar sambil memegang dadanya, "Maaf nii-san." katanya lirih.
.
     Sudah satu minggu berlalu setelah kejadian itu, kejadian paling menyakitkan bagi Hinata. Dan setelah satu minggu itu, hatinya makin sakit saja melihat Naruto dan Sakura setiap hari bermesraan di depannya.

Pulang sekolah...
     "Hinata! Hinata! tolong Naruto!" kata Sakura sambil memegang kedua tangan Hinata, "Ke-kenapa?" tanya Hinata, "Sasuke, Sasuke tadi menyeret Naruto dengan penuh amarah dan kami tidak tau alasannya. Tolonglah Naruto, Hinata. Sasuke kan kakakmu." jawab Sakura, "Nii-san? ke-kemana mereka?" tanya Hinata lagi, Sakura lalu menarik lengan Hinata, "Belakang sekolah." jawab Sakura.

Sasuke menghempaskan tubuh Naruto ke tembok dan mengangkat kerah baju Naruto, "Apa-apaan kau ini, huh? apa yang kau lakukan?" tanya Naruto sambil menatap Sasuke yang menatapnya tajam menusuk. "Kau yang 'apa-apaan'! kau menyakiti Hinata!" kata Sasuke setengah membentak, "Hinata? memangnya apa yang kulakukan sehingga menyakitinya?" tanya Naruto, Sasuke menarik nafas kesal, "Kau-"

     "Nii-san!"

Sasuke dan Naruto langsung menoleh kearah suara dan mendapati Hinata dan Sakura yang berlari menghampiri mereka, Sasuke lalu melepaskan kerah baju Naruto yang tadi ia angkat, "Apa yang kau lakukan, Sasuke?" tanya Sakura, Sasuke tak menjawab dan malah menatap Hinata, "A-apa yang nii-san lakukan?" tanya Hinata.
     "Aku ingin memberi pelajaran kepada orang ini." jawab Sasuke dingin, "Pelajaran? apa yang telah Naruto lakukan padamu hingga kau ingin memberinya pelajaran?" tanya Sakura, "Kau dan dia telah menyakiti Hinata." jawab Sasuke tanpa mengalihkan tatapannya dari Hinata, Sakura membulatkan matanya, "Hinata, apa yang telah kami lakukan sehingga menyakitimu?" tanya Sakura, Hinata menunduk, "Tidak kok! kalian tolong pulanglah, dan soal ini, maaf ya nii-san suka bercanda." jawab Hinata. Sakura dan Naruto lalu mengangguk dan berjalan menjauh dari mereka berdua, "Oh ya, lain kali kalau bercanda, jangan berlebihan." kata Naruto sambil terus berjalan tanpa melihat Sasuke. Punggung mereka lalu menghilang di tikungan dan menyisakan Sasuke dan Hinata di sana yang masih terus saling beradu tatapan tajam.
     "Apa yang nii-san lakukan?" tanya Hinata, "Bukannya tadi aku bilang kalau aku ingin memberika pelajaran padanya." jawab Sasuke, "Kenapa? apa karena aku? apa karena kejadian itu?" tanya Hinata lagi, "Ya." jawab Sasuke singkat. Hinata lalu menunduk, "Aku sudah melupakan semuanya, nii-san." kata Hinata, "Tidak, kau belum bisa melupakannya. Aku selalu mendengar samar-samar isak tangis dari dalam kamarmu, setiap hari kau selalu menangis karena mereka." balas Sasuke sambil masih terus menatap Hinata di balik poninya. Hinata lalu mendongak dan menatap Sasuke lagi dengan air mata di sudut matanya.

     "Jangan campuri urusanku, nii-san!"

     "Aku adalah kakakmu!"

     "Tapi aku tidak mau nii-san mencampurinya!"

     "Baiklah, kau tak mau aku ikut campur kan? baiklah. Kalau begitu aku takkan ikut campur, dan kau, kau juga jangan ikut campur dengan urusanku." jawab Sasuke sambil melempar pandangannya ke depan dan berjalan melewati Hinata. Sementara Hinata terdiam mematung di sana dengan air mata yang mengucur deras dari matanya.

     "Menurutmu, apa maksud Sasuke dengan 'menyakiti Hinata'? memang apa yang telah kita lakukan pada Hinata?" tanya Naruto sambil memandang Sakura yang tampak sedang berfikir. "Aku juga tidak tau, Naruto. Tapi aku rasa kita memang telah menyakiti Hinata, lihat saja matanya Sasuke, penuh amarah." jawab Sakura. Namun tiba-tiba Sakura menghentikan langkahnya dengan mata yang membulat sempurna, "Kenapa?" tanya Naruto. Sakura lalu menoleh, "Naruto, pulanglah duluan, kurasa aku tau apa maksud Sasuke 'menyakiti Hinata'." kata Sakura. "Aku ikut." kata Naruto yang dibalas gelengan dari Sakura, "Tidak boleh, ini masalahku dengan Hinata." jawab Sakura sambil berbalik lalu berlari kembali ke tempat Hinata. Sementara Naruto menatap punggung Sakura yang mekin menjauh, "Ada apa ini sebenarnya?" tanya Naruto.

Hinata terduduk di rumput dan punggungnya menyentuh tembok, "Apa aku salah ya bilang begitu pada nii-san?" tanya Hinata, air mata kembali mengucur dari sudut matanya, ia lalu menenggelamkan wajahnya diantara tangan dan lututnya, "Hiks, kalau aku memang salah, hiks, nii-san pasti sangat marah padaku, hiks, aku belum pernah melihat nii-san seperti tadi, hiks." kata Hinata di sela tangisannya.

     "Hinata."

Hinata lalu mengangkat wajahnya dan menoleh kearah suara, "Sa-sakura?" kata Hinata, ia lalu menghapus air matanya sambil bangkit mendekati Sakura, "Kenapa kamu di sini, Sakura?" tanya Hinata, Sakura menunduk, "Maaf, Hinata." kata Sakura lirih, Hinata menatap Sakura heran, "Maaf? kenapa? untuk apa?" tanya Hinata tidak mengerti. Sakura lalu mengangkat kepalanya dan menatap Hinata dalam, "Aku tau apa maksud Sasuke 'menyakiti Hinata'. Aku tau itu salahku, maafkan aku. Ketika kau bilang kalau kau menyukai Naruto, aku pun langsung ikut menyukai Naruto. Sungguh, Hinata maafkan aku." jawab Sakura, Hinata mematung mendengar jawaban Sakura, "Kalau kau mau, aku bisa memutuskan Naruto sekarang juga." lanjut Sakura, Hinata langsung terlonjak, "Tidak, tidak, tidak, jangan lakukan itu, kalau kamu menyukainya maka jangan putuskan dia. Lagipula aku sudah melupakannya kok, tenang saja."  balas Hinata sambil tersenyum. Sakura menunduk lalu menatap Hinata lagi sambil membalas senyumannya, langkahnya lalu maju dan ia mendekap tubuh Hinata, "Terima kasih." kata Sakura, Hinata lalu tersenyum lagi sambil membalas pelukan Sakura, "Tidak masalah." balas Hinata.
.
.
Wqwqwq gimana? gaje? udah tau kok. Rencananya sih, rencana, nanti bakalan ada pasangan baru lah saya pasangannya mana toh? :'v, yang melibatkan Sasuke sama  Hinata, Sasuke cemburu liat Hinata jadi lebih deket sama          , dan Hinata juga cemburu karena liat Sasuke sering bareng sama           trus ternyata Sasuke sama          tuh pacaran, (waduh) tapi ingat ya pren, itu masih rencananya aja, saya juga masih bingung mau gimana nanti kelanjutannya. Tapi kalo mau tau, tunggu aja lah  ya :v

Q : "Min, kenapa pake di sensor(?) segala sih nama pasangan baru Sasuke sama Hinata nya? kenapa gak disebut aja coba?"
A : "Sengaja biar bikin kalian penarasan :v."

Q : "Tapi min, endingnya bakalan SasuHina atau mereka sama pasangan barunya?"
A : "Gatau juga sih, soalnya masih belum kepikiran. Ini juga masih bingung sama masih mikirin mantan pacar sama gebetan  buat part selanjutnya."

Q : "Rencananya mau sampe berapa part?"
A : "Gatau juga, kalo gak kepanjangan ya mungkin 2 part, tapi kalo panjangnya kebangetan (ulala :v) mau di bikin 3 part, soalnya part depan mau fokus dulu ke Sasuke & Hinata sama pasangan barunya." 

Q : "Bakal tetep ada gambarnya gak min?"
A : "Iya diusahain, gambar juga di sesuaikan sama keadaan."

Ok sekian dari saya. So, mau nunggu part selanjutnya ya? ya? ya?

Silahkan tinggalkan jejak kalian dengan menginjak-injak hp kalian memberikan komentar. Gak mau juga gapapa kok :') 

Next?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wolf : Mine

Vampire : Sorry