Vampire : Sorry
Link part sebelumnya klik disini
//Kepergian Sasuke membuat Hinata depresi dan ceroboh sampai mencoba bunuh diri, tapi untungnya Hinata masih bisa selamat. Hinata lalu meminta agar ia dijadikan vampir, sama seperti Sasuke.\\
--
"Ya, inilah aku yang sebenarnya. Uzumaki Naruto, sahabat kecilmu ini adalah seorang werewolf."
--
//Kepergian Sasuke membuat Hinata depresi dan ceroboh sampai mencoba bunuh diri, tapi untungnya Hinata masih bisa selamat. Hinata lalu meminta agar ia dijadikan vampir, sama seperti Sasuke.\\
Gendre : School, Romance, Fantasy
Pairing : SasuHina
Warning!! Fic Gaje, Alur acak-acakan, Typo, FanFic Bergambar, Beradegan Kiss
Selamat membaca ^^
Vampire : Sorry
--
"Ya, inilah aku yang sebenarnya. Uzumaki Naruto, sahabat kecilmu ini adalah seorang werewolf."
--
.
21 Desember
Sasuke menatap tubuh Hinata yang tertidur diatas ranjang rumah sakit, ia merasa bersalah pada Hinata atas apa yang telah terjadi padanya beberapa waktu lalu. Sesekali ia melirik pada keluarganya yang berada diluar ruangan dan Naruto yang duduk disebuah kursi disana.
"Terima kasih. Kalau kau tak ada, Suigetsu akan benar-benar mengigit Hinata, dan itu bahaya untuknya." kata Sasuke. Naruto menatap Sasuke dan tersenyum kecut padanya. "Seharusnya kau jaga Hinata dan masalah Suigetsu, dia sudah ku lenyapkan. " balas Naruto. "Sejak keberadaanmu dalam hidupnya, aku merasa bahwa dia bukan dia yang dulu. Kau telah merubahnya!" lanjut Naruto sambil menatap Sasuke tajam. Sementara Sasuke tertunduk merasa bersalah.
"Aku akan pergi darinya." kata Sasuke, Naruto mendelik, "Pergilah! jauh-jauh lah kau darinya!" balas Naruto. "Ya, akan ku lakukan. Besok petang aku akan pergi. Aku ingin membuatnya senang dulu dihari ulang tahunnya." jawab Sasuke. Naruto mendecih.
"Nghh..."
Sasuke dan Naruto menoleh kearah Hinata, lalu Hinata perlahan membuka matanya.
"Sudah bangun, hm?" tanya Sasuke, Hinata tersenyum lembut. "Bagaimana keadaanmu, Hinata?" tanya Naruto. Hinata menatap Naruto, "Aku baik, terima kasih." jawab Hinata dan tersenyum.
Hening...
"Ah, haha. Siapa malam ini yang akan menjagamu?" tanya Naruto memecah keheningan. "Hm, senin Naori, selasa Izuna, rabu paman Fugaku, kamis Sarada, jum'at Hikaku, sabtu bibi Mikoto, dan sekarang adalah minggu, itu berarti kamu, kan?" jawab Hinata. "Oh iya! aku lupa! hehe." balas Naruto, Hinata tersenyum simpul.
"Ini adalah hari terakhirmu dirumah sakit. Besok pagi kau akan pulang." kata Sasuke, "Iya." balas Hinata sambil tersenyum gembira.
.
Malam...
"Hinata, kau tau kan aku adalah werewolf. Kau masih mau bersahabat denganku?" tanya Naruto, Hinata tertawa kecil, "Siapa pun kamu, aku akan tetap menerima kamu sebagai sahabatku." jawab Hinata. Naruto terdiam sejenak sebelum mengatakan, "Taukah kau, Hinata? aku ingin kita lebih dari sahabat." kata Naruto, Hinata menatap Naruto tak paham, "Maksud kamu saudara?" tanya Hinata. Naruto menghela nafas sahabatnya ini sangat polos dan tidak peka. "Bukan itu." jawab Naruto. "Lalu apa?" tanya Hinata, Naruto menarik nafasnya dalam.
"Bisa di katakan, aku mencintaimu."
Hinata terdiam, "Na-naruto..." kata Hinata, "Bagaimana? kau membalas cintaku?" tanya Naruto, "A-a-ano, a-aku, a-a-aku. Be-begini, Naruto. K-kamu sudah aku anggap seperti kakakku, ja-jadi..."
"Aku paham, maaf."
Hinata menatap Naruto yang hendak beranjak pergi, ia segera memegang erat lengan Naruto. "Ma-maaf, Naruto. Jangan marah padaku." kata Hinata lirih, Naruto menoleh dan tersenyum miris pada Hinata, "Aku tidak marah, aku rasa aku perlu ke toilet sebentar." balas Naruto, perlahan ia melepaskan lengan Hinata darinya. "Aku takkan lama." katanya sambil pergi melangkah. Hinata menatap kepergian Naruto dengan rasa bersalah.
"Apa aku salah?"
.
Keesokan harinya...
"HINATA~" kata Sakura dan langsung memeluk erat Hinata dan Hinata hanya tersenyum lembut. "Hinata, kemana saja kau? kau baik-baik saja, kan? aku dengar kau masuk rumah sakit. Kenapa?" tanya Sakura, Hinata terdiam dan melirik Sasuke yang ada di sampingnya. "Dia hanya terjatuh.'' jawab Sasuke. Sakura menatap keduanya tidak percaya, "Kalian berbohong! mana mungkin orang jatuh sampai dirawat di rumah sakit." kata Sakura, "Aku berkata benar, percayalah." balas Sasuke, Sakura terdiam sebelum berkata, "Baiklah, aku mempercayaimu." kata Sakura.
"Kau akan sekolah dan tinggal di Konoha lagi, kan?" tanya Sakura, Hinata tersenyum, "Tentu saja aku akan di Konoha." jawab Hinata, lagi-lagi Sakura memeluknya dengan erat.
.
"Temui aku di hutan dekat sekolah, Hinata."
Sebuah pesan singkat dari Sasuke, membuat Hinata bertanya-tanya kenapa Sasuke menyuruhnya kesana.
.
Sampailah mereka di tempat yang di maksudkan. Sasuke mendekat kearah Hinata dan menyodorkan sesuatu padanya. "Tanjobi no oiwai o iu, Hinata.'' kata Sasuke, ia lalu memberikan setangkai bunga pada Hinata, namun Hinata sama sekali tidak merespon bahkan tersenyun pun tidak. ''Kenapa? kau tidak senang?" tanya Sasuke. "A-aku senang, tapi... Aku berfikir kalau aku akan terus bertambah umur dan menua, maka aku akan lebih tua darimu, Sasuke." jawab Hinata, Sasuke terkekeh dan merangkum wajah Hinata. "Usiaku sudah 107 tahun, sedangkan kau masih 17 tahun." kata Sasuke, Hinata mundur satu langkah dan menunduk.
"Kamu benar, a-aku telah jatuh cinta pada seorang laki-laki tua berwajah muda." kata Hinata lirih, Sasuke yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak. "Kenapa? i-itu bukan lawakan." kata Hinata. "Ya, haha kau benar tentang pria tua berwajah muda itu.'' balas Sasuke dan masih tertawa. Namun tiba-tiba tawanya berhenti dan wajahnya terlihat murung. Hinata mendongak menatap Sasuke, "Kenapa?" tanya Hinata.
"Sebenarnya, alasanku kemari bukan hanya untuk mengucapkan selamat."
"Lalu?"
"Aku ingin memberitahu mu kalau kami harus pergi dari Konoha." kata Sasuke, "Apa maksudmu 'kami'?" tanya Hinata, Sasuke menarik nafasnya, "Keluargaku dan aku akan meninggalkan Konoha." ulang Sasuke.
"Kenapa?"
"Kami harus menjauh darimu, demi keselamatanmu juga." jawab Sasuke, Hinata kembali menunduk dan tubuhnya bergetar menahan tangis. Sasuke menyentuh dagu Hinata dan mengangkatnya, ia menatap Hinata dalam, dan Hinata menggenggam tangan Sasuke, "Ja-jangan.." kata Hinata, Sasuke tersenyum lembut. "Lupakan aku, Hinata." kata Sasuke, ia lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Hinata dan mereka menutup matanya. Ciuman singkat di bibir keduanya, dan Sasuke langsung menghilang dengan cepat meninggalkan Hinata yang sedang menangis itu.
"Sa-sasuke, hiks."
.
Hinata melangkah dengan langkah gontai kedalam rumah Sakura, Sakura yang tau Hinata sudah kembali langsung menghampirinya, "Apa ya hadiah ulang tahunnya? mau cerita padaku?" goda Sakura, Hinata tidak merespon, hanya menatap lurus kosong dan masih terus melangkah menuju kamarnya.
"Eh? ada apa denganmu?" tanya Sakura, "Aku hanya butuh sendiri." jawab Hinata lemas. "Baiklah, aku akan pergi ke swalayan dulu. Kau mau sekalian ku belikan?" tanya Sakura, dijawab dengan gelengan kepala lemah dari Hinata. "Ok, Jaa." balas Sakura.
.
Beberapa bulan kemudian...
Sakura mulai khawatir dengan keadaan sahabatnya itu. Sejak Sasuke meminta bertemu dengan Hinata 22 Desember lalu, Sasuke menghilang dan Hinata menjadi sangat pendiam. Bahkan sudah lebih dari 1 bulan ini Hinata tidak masuk sekolah dengan alasan kurang enak badan. Sakura sudah mencoba menghibur dan mengajak Hinata keluar, namun Hinata tetap dalam kamarnya.
.
"Hinata."
Suara itu...
Hinata menoleh kearah suara, ia melihat Sasuke ada dihadapannya sambil menyentuh pundaknya.
"Sa-sasuke, kamu, kamu kembali." kata Hinata, senyuman terlukis di wajah pucatnya. Namun senyuman itu kembali pudar saat Hinata menyentuh tangan Sasuke yang sedang menyentuh pundaknya itu dan tiba-tiba Sasuke menghilang. Hinata menunduk dan menangis sambil memeluk tubuhnya sendiri. Sakura melihat Hinata dari sela-sela pintu yang sedikit terbuka, ia merasa sangat sedih melihat keadaan Hinata. Sakura lalu segera merogoh saku celananya dan memainkan ponselnya. Ibu jarinya dengan lihai mengetik sebuah pesan yang akan ia kirim pada seseorang.
.
"Hai, Hinata!!" kata Naruto penuh semangat seolah tak ada yang terjadi pada mereka, Hinata menoleh kearah Naruto lalu kembali menunduk. Naruto lalu mendekat dan duduk disamping Hinata.
"Kau kenapa? belakangan ini aku tidak melihatmu di sekolah. Ada apa?"
"Tidak apa-apa."
Naruto menatap Hinata dengan tatapan khawatir. 'Dia tidak baik.' batin Naruto. "Kau yakin tidak apa-apa?" tanya Naruto, Hinata menatap Naruto dan tersenyum lemah. "Aku tidak apa-apa, Naruto. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku.'' jawab Hinata.
"Baiklah, kau tau alasanku kesini?" tanya Naruto, "Tidak." jawab Hinata singkat. "Aku ingin mengajakmu keluar jalan-jalan. Bagaimana?" ajak Naruto, Hinata tampak berfikir sebelum berkata, "Maaf, aku tidak bisa." jawab Hinata, Naruto mengerucutkan bibirnya. "Ayolah..." kata Naruto. "Tidak, Naruto. Maaf aku ingin sendiri. Kamu pulang saja, maaf." balas Hinata sambil kembali menunduk. Naruto terdiam, ia lalu berdiri dan melangkah keluar kamarnya, meninggalkan Hinata dengan tatapan kosong itu.
"Hinata."
Suara itu lagi, Hinata menoleh dan lagi-lagi Sasuke berada di hadapannya, ia tau bahwa itu hanya halusinasi. "Aku membencimu, Sasuke." kata Hinata, membuat Sasuke memasang raut muka sedih.
"Kenapa kamu datang ketika aku membencimu dan pergi ketika aku mencintaimu? apa mau mu sebenarnya? kembali kesini, Sasuke. Kembali padaku..."
Sakura dan Naruto mengintip Hinata, mereka sama-sama merasa sedih melihat Hinata. 'Sasuke...Kau!' batin Naruto kesal.
.
.
"Eh? kau masuk sekolah lagi?" tanya Sakura, Hinata tersenyum. "Iya, aku rasa tidak ada gunanya aku terus menyesali kepergiannya. Aku harus menjalani hidupku seperti biasa." jawab Hinata, bayangan Sasuke muncul lagi, kali ini bayangan itu tersenyum. Namun Hinata kali ini mengabaikannya. "Maaf Sakura, atas sikapku akhir-akhir ini." kata Hinata, "Tidak apa-apa. Aku mengerti." balas Sakura sambil memeluk Hinata dan dibalas dengan pelukan Hinata.
.
"Hey Hinata! kamu kembali. Bagaimana kabarmu?" tanya Ino, anak kelas kimia. Hinata tersenyum. "Aku baik, um... Dimana Naruto?" kata Hinata. Ino menoleh kesana kemari, "Entahlah, biasanya dia di kantin bersama teman-temannya." jawab Ino, Hinata terdiam.
"Terima kasih, Ino." kata Hinata, ia lalu berlari menuju ke kantin untuk menemui Naruto. Ia merasa bersalah pada Naruto atas sikapnya waktu itu.
.
Naruto terdiam melamun. Walau teman-temannya asyik bercerita tentang perempuan yang mereka taksir, Naruto sama sekali tidak menanggapi cerita-cerita mereka.
"Hoi! kau kenapa? belakangan ini aku lihat kau selalu melamun begitu. Memikirkan apa?'' tanya Lee, "Ya pastinya memikirkan Hinata, kan? haha ceritanya, dia ditolak Hinata." timpal Kiba. "Hm, aku memang memikirkan Hinata. Tapi bukan masalah itu. Aku mengkhawatirkan keadaannya." jawab Naruto.
"Aku sudah baik, Naruto."
Naruto dan teman-temannya menoleh, "Hinata." kata Lee, "Kau sudah kembali!!" kata Kiba. Hinata tersenyum dan mendekati mereka. Ia lalu duduk didepan Naruto dan menunduk. "Gomen ne, Naruto." kata Hinata, Naruto tersenyum lega, "Aku senang kau sudah kembali." Kiba dan Lee menatap mereka berdua bergantian, "Tunggu, tunggu, Hinata! kenapa kau tidak masuk sekolah? alasanmu memang sakit, tapi aku meragukanmu." tanya Lee, "Iya, kalau kau sakit, kenapa Sakura dan Naruto melarang kami menjengukmu?" tanya Kiba. Naruto mendengus, "Aku kan sudah bilang, dia itu masih sangat sakit. Aku takut dia terganggu dan menjadi makin sakit." jawab Naruto.
"Sudahlah, aku sudah sembuh."
.
Malam hari...
Hinata menatap kosong kebayangan Sasuke, "Kenapa kamu datang? bukannya aku menyuruhmu pergi? aku membencimu, sungguh!" kata Hinata sambil terus melempari bayangan itu dengan bantal. Bayangan Sasuke selalu muncul dimanapun dan kapanpun dia berada.
"Kenapa kamu sangat keras kepala? ayo pergi!"
Bayangan Sasuke itu menghilang, Hinata menunduk dan menangis sejadi-jadinya. "Aku membencimu, Sasuke." katanya lirih.
.
Hinata berjalan digelapnya malam, ia memutuskan untuk berjalan-jalan sendirian. Sakura tadinya memaksa menemani Hinata, namun Hinata menolaknya.
Hinata lalu melihat sekumpulan geng motor melambaikan tangannya pada Hinata. Hinata lalu mendekat kearah geng motor itu. Namun tiba-tiba bayangan Sasuke muncul lagi.
"Jangan Hinata." kata bayangan itu lirih, Hinata tak mempedulikannya dan terus melangkah diikuti bayangan Sasuke dari belakang. "Hai, cantik. Aku Gaara. Mau naik?" tawar Gaara, salah satu dari geng motor tadi. Hinata mengangguk pelan. Gaara lalu memberikan helm nya pada Hinata.
"Jangan, Hinata. Berhenti. Jangan bertindak ceroboh." kata bayangan Sasuke lagi sambil menahan lengan Hinata. Namun Hinata kembali tak mempedulikannya dan memakai helm itu. Ia lalu naik ke motor Gaara.
"Berhenti, Hinata." kata Sasuke, Hinata meminta Gaara melajukan motornya, Gaara mengangkat jempolnya dan melajukan motornya dengan kencang, membuat Hinata menutup matanya karena takut. "Berhenti, Hinata. Jangan lakukan ini." walaupun matanya tertutup, ia tetap bisa mendengar suara Sasuke di telinganya.
"Be-berhenti!" kata Hinata. Namun Gaara tidak mendengarnya dan masih terus melajukan motonya dengan sangat kencang. "G-ga-gaara, berhenti!" kata Hinata. Gaara yang mendengar itu langsung menghentikan motor nya. Hinata langsung turun dan melepaskan helm nya lalu memberikannya pada Gaara. "Kenapa?'' tanya Gaara, Hinata menunduk. "Se-sepertinya aku tidak cocok dengan motor. A-aku pulang dulu, terima kasih." jawab Hinata dan langsung berlari.
.
Hinata duduk dibangku taman Konoha, walaupun ini sudah malam namun taman ini masih ramai.
"Bagus, Hinata."
Hinata menoleh dan mendapati bayangan Sasuke duduk disebelahnya. "Jangan lakukan hal itu lagi." kata Sasuke. Hinata terdiam dan menatap bayangan itu kosong, "Kamu membuatku sakit, Sasuke." kata Hinata lirih, Sasuke memasang raut wajah sedih.
"Maaf."
.
.
"Hey, mau jalan-jalan?" ajak Naruto, Hinata menghela nafas. "Tidak, aku sedang malas. Aku ingin sendiri." jawab Hinata, Naruto lalu menarik lengan Hinata. "Ayolah..." kata Naruto.
.
"Kenapa ke sini?" tanya Hinata sambil melihat sekelilingnya. Tebing yang tinggi dan laut dibawahnya, membuat Hinata merinding. "Lihat itu." kata Naruto sambil menunjuk sesuatu, Hinata mengikuti arah tunjuk Naruto dan terlihat teman-teman mereka yang entah sedang apa, Shikamaru, Hanzaki, dan Agari. Namun satu yang membuatnya panik, Shikamaru hendak dijatuh kan dari tebing itu oleh Hanzaki dan Agari. "Hey! apa yang kalian lakukan?!" teriak Hinata, ia hendak berlari kearah mereka tapi Naruto menahannya. "Kenapa kamu menahan aku? Shikamaru bisa celaka." kata Hinata, Naruto terkekeh, "Mereka memang selalu melakukannya.'' jawab Naruto. Hinata lalu melihat kearah mereka lagi, dan ternyata Shikamaru baik-baik saja. Hinata lalu menatap Naruto, "A-apa, mereka juga werewolf?" tanya Hinata, Naruto terdiam sebelum menganggukan kepalanya pelan.
.
.
.
Hinata berlari menuju tebing yang saat itu Naruto mengajaknya dan berdiri diujungnya.
"Kamu membuat aku gila, Sasuke!"
Tak ada yang bisa mendengar teriakannya karena tempat itu sepi. Hinata menunduk dan air mata jatuh mengenai batuan disana. Ia lalu meluruskan kepalanya dan menajamkan tatapannya. Ia merentangkan tangannya dan memejamkan matanya, lalu menjatuhkan diri ke laut dibawah tebing itu.
Bayangan Sasuke muncul di samping tubuh Hinata. Hinata membuka matanya dan melihat Sasuke, Hinata lalu tersenyum menatap Sasuke. "Aku mencintaimu, Sasuke." kata Hinata lirih, bayangan Sasuke tersenyum dan menghilang. Dan Hinata menutup matanya lagi.
Ia membuka matanya dan yang pertama ia lihat adalah air. Ia tak bergerak, membiarkan dirinya tenggelam. Satu yang membuatnya tak tenang. Seseorang berambut merah berenang kearahnya, ia seperti mengenal orang itu, itu seperti...
Karin
Hinata membulatkan matanya, ia takut pada Karin. Hinata menggerak-gerakkan tubuhnya, mencoba berenang menjauh dari Karin. Saking paniknya, tak sadar bahwa didepannya ada tebing dan akhirnya kepala Hinata menabrak tebing itu. Meski buram, Hinata dapat melihat Karin mendekat kearahnya.
.
Naruto menidurkan tubuh Hinata di pinggir lautan, "Apa yang kau lakukan, Hinata?" tanya Naruto pada Hinata yang masih pingsan. Ia beberapa kali menekan dada Hinata dan memberinya nafas buatan.
"Uhuk!"
Hinata mengeluarkan air dalam mulutnya dan perlahan membuka matanya. "Apa?" tanya Naruto dingin.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan? kau ingin mati, huh?"
"Kenapa kau jadi begini? apa gara-gara vampir bodoh itu?"
"Jangan bodoh, Hinata! jangan ceroboh!"
Caci maki Naruto katakan pada Hinata yang baru sadar itu, Hinata malah tak mendengarkan Naruto dan melihat kearah laut dengan tatapan kosong. "Hey! kau dengar aku tidak?" tanya Naruto. "Iya aku dengar." jawab Hinata, ia lalu mengubah posisinya jadi duduk. Naruto menghela nafas panjang, ia tau kalau sahabatnya ini tidak mendengarkannya.
Naruto menggendong tubuh Hinata ala bridal style menuju rumahnya. "Mau apa kerumahmu?" tanya Hinata, "Ganti pakaianmu, kau tak bisa pulang dengan pakaian basah. Sakura akan mewawancaraimu, mau kau jawab apa?" kata Naruto. Hinata mengangguk paham. "Kamu benar." jawab Hinata. Sementara di sisi lain Karin menatap mereka dari dasar laut dengan tatapan tajam.
.
"Bagaimana?" tanya Naruto, Hinata menatap pakaian yang ia pakai, terlihat sangat kebesaran. "Ini terlalu besar." jawab Hinata, Kushina-ibu Naruto- terkekeh. "Itu baju bibi yang paling kecil. Masa kebesaran. Mungkin kamu yang terlalu kecil." goda Kushina, membuat Hinata menunduk malu dan Naruto tertawa terbahak-bahak.
"Jangan lakukan itu lagi."
Hinata makin menunduk, "Maaf." kata Hinata lirih.
.
Rumah Sakura...
"Langsung masuk. Jangan kemana-mana." kata Naruto, Hinata mengangguk. "Terima kasih." kata Hinata lalu masuk dalam rumahnya. Namun Naruto tak segera pulang karena melihat satu mobil terparkir di depan rumah Sakura.
Hinata melihat kesana kemari, "Kemana Sakura?" tanyanya dalam hati.
"Hinata."
Hinata menoleh dan ia terkejut karena ada seseorang dihadapannya.
"Naori?"
Hinata berjalan cepat memeluk Naori, "Naori, aku merindukanmu." kata Hinata. "Aku juga merindukanmu. Aku melihat kau jatuh dari tebing. Aku kesini untuk memeriksanya." balas Naori, Hinata melepas pelukannya. "Naruto menolong aku." jawab Hinata, "Naruto? tapi aku tidak melihatnya di bayangan. Lagipula, Naruto itu bukannya werewolf?" tanya Naori, "Iya, memang." jawab Hinata.
Drrt...Drrt...
Suara ponsel Naori menandakan ada telpon masuk. Naori lalu mengangkatnya.
"Apa? jangan bercanda, Hikaku!"
"Baiklah baik, aku datang."
"Ada apa, Naori?" tanya Hinata khawatir, "Sasuke, dia pergi ke istana Otsutsuki untuk menyerahkan nyawanya, dia kira kau benar-benar sudah mati. Kau harus ikut denganku." jawab Naori dan segera menarik tangan Hinata keluar.
"Hinata, mau kemana kau?" tanya Naruto, "Aku akan ikut bersama Naori menyusul Sasuke." jawab Hinata sambil masuk ke dalam mobil Naori. Naruto berlari menghampiri Hinata, "Tunggu! untuk apa?" tanya Naruto lagi.
"Sasuke pergi ke istana Otsutsuki untuk menyerahkan nyawanya, dia mengira Hinata sudah mati." jawab Naori, Naruto menunduk. "Jangan pergi. Kau pilih aku atau vampir itu?" tanya Naruto, Hinata menunduk. "Maaf, Naruto. Saat ini Sasuke lebih penting.'' jawab Hinata, Naori melajukan mobilnya meninggalkan Naruto yang menatap kepergian mereka.
"Hinata."
.
.
Sasuke berjalan dengan langkah gontai menuju ruangan ketua otsutsuki. Dia membuka pintu ruangannya dan terlihatlah Hagoromo, Hamura, dan Indra. Mereka menatap kearah Sasuke.
"Sungguh, vampir yang menyedihkan, Sasuke." kata Indra, di sambut dengan tawa mengejek dari Hagoromo dan Hamura. Sasuke dengan tatapan kosong dan langkah gontai itu mendekat kearah mereka dan menjatuhkan tubuhnya menjadikan kakinya sebagai tumpuan. "Aku Uchiha Sasuke berlutut di hadapan kalian." kata Sasuke, Hamura tertawa, "Kenapa kau ingin menyerahkan dirimu begini?" tanya Hamura mengejek. Sasuke menunduk. "Tak ada gunanya aku hidup. Orang yang sangat aku sayangi dan cintai telah meninggalkanku." jawab Sasuke lirih.
"Kalau begitu, gunakan jubah ini dan perlihatkan dirimu yang sebenarnya dihadapan orang-orang." kata Indra. Hagoromo melempar sebuah jubah merah kearah Sasuke. "Cepat." kata Hagoromo. Sasuke mengambil jubah itu dan berdiri dengan badan tegap. Ia lalu berbalik dan berjalan kearah luar.
.
"Dimana istana Otsutsuki itu?" tanya Hinata, "Sedikit lagi kita sampai." jawab Naori, ia melajukan mobilnya dengan sangat cepat sampai-sampai menabrak penjual dan orang.Namun ia tak peduli, yang penting Sasuke selamat. Tapi tiba-tiba seorang pengawas menghentikan mobilnya dan mau tak mau Naori meng-rem mobilnya. Naori lalu keluar bersama Hinata.
"Ada apa? aku buru-buru." kata Naori, "Maaf nona. Sedang ada upacara pemusnahan makhluk jahat disini, kendaraan tidak bisa lewat." kata petugas itu. Naori mendecih, "Dari sini kemana arah istananya?" tanya Hinata, "Dari sini kau lurus saja. Lalu setelah kau melihat menara jam belok ke kanan. Disanalah istananya, Hinata." jawab Naori, tanpa aba-aba Hinata berlari sekencang mungkin menuju istana Otsutsuki.
Dijalan, ia banyak menabrak orang-orang dan banyak berkata maaf. Didepannya sudah ia temukan menara jam, ia segera berbelok ke kanan dan berlari sekencang-kencangnya.
"Sasuke."
Dan, ia sampai di depan istana Otsutsuki tujuannya. Dengan nafas terengah-engah ia mencari-cari sosok Sasuke. 'Dimana kamu, Sasuke?' batin Hinata.
.
Sasuke membuka bajunya dan mengenakan jubah merah tadi, ia melangkah ke depan dan banyak orang di depannya. Orang-orang menatapnya heran, sementara Sasuke tak peduli. Ia maju perlahan-lahan sampai tubuhnya terkena sinar matahari dan berkilau bagai berlian. Ia membuka jubah itu sambil menutup matanya. 'Aku akan menemuimu, Hinata.' batin Sasuke.
"Tidak, Sasuke."
Sasuke membuka matanya ketika merasakan seseorang memeluk tubuhnya. Tubuh orang itu sangat hangat seperti...
"Hinata."
Sasuke tersenyum bahagia dan dengan cepat merangkum wajah Hinata dan menciumnya. Ia merindukan Hinatanya.
"Kau masih hidup, Hinata." kata Sasuke, Hinata tersenyum sambil menghapus air mata dari sudut matanya. Hinata lalu tersadar dan mendorong tubuh Sasuke kembali masuk kedalam meninggalkan orang-orang yang menatap mereka.
Hinata menatap Sasuke sambil tersenyum dan memeluknya, "Aku merindukanmu, Sasuke.'' kata Hinata, dibalas pelukan dari Sasuke. "Hosh, aku lega." kata seseorang dibelakang, mereka menoleh. "Naori." kata Hinata sambil tersenyum. Sasuke lalu melepaskan pelukan mereka. "Kau bilang, Hinata telah mati." kata Sasuke dingin, "Aku tidak tau kalau Naruto menyelamatkannya. Lagipula aku tidak melihatnya di bayanganku." jawab Naori.
"Sasuke, ketua memanggilmu."
Mereka menoleh, ada Kaguya disana. Sasuke mengangguk dan mengikuti Kaguya bersama Hinata dan Naori.
.
"Aku kira kau akan datang sendiri." kata Hagoromo, Indra lalu berkata. "Aku mencium bau darah disini." katanya, Hinata lalu segera bersembunyi dibalik badan Sasuke. "Kau membawa manusia kesini, Sasuke?" tanya Indra. "Ayo kemari, nona manusia." kata Hamura, Hinata mendongak menatap Sasuke yang menganggukan kepala padanya. Hinata lalu mendekat kearah Hamura. Hamura dengan cepat berpindah kebalakang Hinata dan menghirup aroma darahnya. "Oh... Darah yang nikmat." kata Hamura. Sasuke lalu menarik Hinata kearahnya dan menyembunyikannya dibelakang punggungnya. "Jangan macam-macam padanya!" kata Sasuke.
"Aaargh!!!!"
Hinata terkejut melihat Sasuke berteriak kesakitan. "Sa-sasuke!" kata Hinata. "Hentikan, nona Kaguya. Kumohon." kata Naori, Hinata menoleh kearah Kaguya yang sedang menatap tubuh Sasuke dengan mata yang memerah. Mereka menyebutnya tatapan mematikan.
"Kalau kau ingin Kaguya berhenti, serahkan gadis itu padaku." kata Hamura. "Aku datang, tuan." kata Hinata. "Jangan, Hinata! argh!" kata Sasuke sambil meringis kesakitan. "J-jangan! hentikan! a-aku akan datang kesana." kata Hinata, ia lalu langsung mendekat kearah Hamura. Hamura tersenyum bangga. "Aku akan menjadikanmu bagian dari kami, nona manusia." kata Hamura, membuat Hinata mundur satu langkah dan dengan cepat Hamura berada dibelakangnya dan memegangi Hinata sambil menghirup aroma darah dilehernya.
"Hinata!" kata Naori, ia mencoba mendekat kearah mereka namun teriakan sakit tiba-tiba keluar dari mulutnya, ya Kaguya memberikan tatapan mematikannya pada Naori.
"Argh! jangan lakukan apapun pada Hinata!" teriak Sasuke, Hinata menatap Sasuke dan Naori dengan nanar. "Aku bisa melihatnya! ah! dia akan jadi salah satu dari kita!" kata Naori, Hamura menoleh kearah Naori, "Benarkah?" tanya Hamura. "Ya, aku berkata benar! ah! Sasuke sendiri yang mengubahnya!" kata Naori, Hamura tersenyum kecut dan melepaskan Hinata. Kaguya lalu melepaskan tatapan mematikannya dari mereka berdua. Hinata lalu segera berlari kearah Sasuke dan Naori yang sudah terkulai tak berdaya. "Sa-sasuke, Na-naori.." kata Hinata.
.
.
"Kau bersungguh-sungguh melihatnya, Naori?" tanya Hikaku, "Ya, aku memang melihatnya." jawan Naori, "Lalu bagaimana?" tanya Izuna. "Entahlah." jawab Naori, "Aku tak ingin menggigit dan menjadikan Hinata vampir." kata Sasuke, membuat semua yang ada disana terdiam.
"Aku ingin menjadi vampir." kata Hinata tiba-tiba, membuat semua menoleh kearahnya. "Apa? aku salah, ya?" tanya Hinata. "Tidak, Hinata. Jangan." kata Sasuke. "Kenapa? aku mencintaimu dan ingin selamanya bersamamu." tanya Hinata. Sasuke menatap Hinata dan menunduk, "Menjadi vampir sangat menyedihkan." timpal Fugaku. "Tapi aku mau." kata Hinata, "Kau takkan menjadi apapun. Kau hanya akan menjadi manusia, dan akan terus seperti itu." kata Sasuke lirih. "Tidak, Sasuke. Aku ingin menjadi vampir." jawab Hinata. "JANGAN KERAS KEPALA!" bentak Sasuke, semua menoleh kearah Sasuke."Aku memang keras kepala. Tapi aku tidak peduli. Aku, aku menginginkannya, Sasuke." balas Hinata. "TAK ADA YANG INGIN HIDUP MENJADI VAMPIR! TAPI KAU! AKU TAK INGIN HIDUPMU HANCUR DENGAN MENJADI VAMPIR SEPERTIKU!" jawab Sasuke.
"Kau boleh minta apapun dariku kecuali itu."
Sasuke bangkit dari duduknya dan berjalan dengan langkah cepat menuju keluar. Hinata dan yang lainnya menatap kepergian Sasuke. Naori berjalan mendekati Hinata dan menyentuh pundaknya. "Tenanglah, kalau jadi vampir adalah pilihanmu. Aku akan membuatmu menjadi vampir, tapi nanti setelah kau lulus." kata Naori. Hinata menatap Naori, "Tapi, hari kelulusanku masih beberapa bulan lagi." jawab Hinata. Mikoto mendekati mereka dan menyentuh pundak Hinata yang lainnya. "Bersabarlah, nak. Bibi akan coba menjelaskannya pada Sasuke." kata Mikoto. Hinata tersenyum simpul.
.
"APA? KAU INGIN MENJADI VAMPIR?" tanya Naruto kaget, Hinata mengangguk sambil tersenyum. "Iya, aku mencintai Sasuke. Kalau aku menjadi vampir, aku akan hidup abadi bersamanya." jawab Hinata. Naruto menatap Hinata dalam, "Aku berharap kau tidak sungguh-sungguh dengan perkataanmu, Hinata." kata Naruto. "Aku serius." jawab Hinata. Naruto lalu menggebrak meja yang ada di depannya dan berdiri. "Vampir adalah makhluk yang paling menyedihkan yang pernah ada!" kata Naruto. Hinata ikut berdiri sambil menatap Naruto, "Aku tau, tapi aku sudah memikirkannya dan aku ingin tetap menjadi vampir." jawab Hinata. Naruto menatap Hinata dengan tajam. "Lebih baik kau mati untuk selamanya daripada menjadi makhluk yang menyedihkan itu." kata Naruto sambil berjalan mendekati Hinata. Ia lalu mengambil tangan Hinata dan meletakannya di dadanya. "Kau merasakannya? darah, daging, detak jantung, dan kehangatan?" kata Naruto lirih, Hinata menunduk. "Aku ingin kau memilihku daripada memilihnya." kata Naruto lagi. "Jika kau bersamaku, kau tak perlu berubah menjadi apapun." lanjut Naruto. Ia mengangkat dagu Hinata dan mencium bibirnya dengan ganas, "Hentikan!" kata Hinata disela-sela ciumannya. Naruto tak kunjung menghentikannya, sekuat tenaga Hinata mendorong dada Naruto menjauhkan tubuhnya dari tubuh Naruto. Naruto menatap Hinata yang menatapnya dengan horor, ia lalu terkekeh.
"Aku bersumpah setelah ini aku tak akan menciummu sebelum kau memintanya." kata Naruto, Hinata menatap Naruto dengan kesal lalu membalikkan tubuhnya dan pergi dari sana. "Aku tau kau akan memintanya dariku, Hinata." kata Naruto.
.
"Kita akan mendapatkan darah yang sangat berbeda dari biasanya! darah ini istimewa!" kata Karin pada vampir-vampir anak buahnya. "Karin! kapan kita akan mengambilnya?" tanya Juugo, Karin menyerigai sambil memperlihatkan taringnya. "2 hari lagi setelah pasukan kita benar-benar banyak untuk melawan keluarga Uchiha." jawab Karin, ia lalu tertawa bersama anak buahnya yang lain.
.
Naori terkesiap, matanya membulat memandakan ada yang tidak beres. "Kenapa, Naori?" tanya Izuna, "Karin... Karin dan anak buahnya akan datang untuk mengambil Hinata." kata Naori, Hinata menunduk, "Kenapa selalu aku?" tanya Hinata lirih, "Karena kau istimewa, Hinata." jawab Sasuke. "Istimewa apanya?" tanya Hinata tak mengerti. "Aku pun tak tau, aku tak bisa membaca fikiranmu, mungkin kau kebal." jawab Sasuke. "Hm, benar.'' kata Izuna.
"Pasukan mereka, sangat banyak, mereka para vampir ganas." kata Naori, "Mereka akan bertarung dengan kita." lanjut Naori.
"Kita harus minta bantuan werewolf." kata Fugaku, "Ya, kau benar. Vampir ganas sangat diburu oleh mereka." timpal Mikoto. "Tapi, apa mereka akan mau membantu kita?" tanya Sarada. "Kita coba saja." jawab Fugaku. "Naori, kapan mereka menyerang?" tanya Hikaku, "2 hari lagi." jawab Naori.
.
"Maukah?" tanya Fugaku pada Minato, ayah Naruto. Minato mengangguk-angguk. "Kami pasti akan ikut membantu. Selain vampir ganas adalah buruan kami, Hinata merupakan sahabat dekat Naruto, putera kami." jawab Minato, Naruto dan Kushina mengangguk setuju. "Kita susun rencana kita." kata Hikaku. "Hm, yang penting, kita jauhkan Hinata dari mereka." kata Naruto. "Bau tubuh Hinata akan tertutup oleh bauku. Hinata akan pergi bersamaku." lanjut Naruto sambil menatap Sasuke penuh kemenangan. "Aku akan menjaga Hinata." timpal Sasuke sambil menatap Naruto tajam.
"Begini saja, bagaimana kalau Naruto membawa Hinata pergi ke tempat yang tinggi, Sasuke membangun tenda di tempat tinggi itu untuk mereka tidur. Bau tubuh kami para werewolf akan bisa menutupi bau apa saja. Sementara yang lainnya mengalihkan perhatian vampir ganas itu, bagaimana?" tanya Kushina. Mereka mengangguk-angguk dan setuju. "Ide bagus, bibi Kushina." kata Sasuke. "Aku akan mengajak teman-temanku.'' kata Naruto. "Kita harus berlatih menghadapi mereka." kata Sarada, semuanya mengangguk.
.
.
Keesokan harinya...
Hinata menusuk tangannya sampai mengeluarkan darah. Ia lalu menempelkan darahnya itu pada pohon dan daun disana. "Kau berlebihan, Hinata." kata Naruto, "Diamlah." jawab Hinata.
"Siap?" tanya Naruto, Hinata mengangguk dan membiarkan dirinya digendong Naruto. Naruto hendak berlari sebelum suara Hinata menghentikannya. "Ada apa?" tanya Naruto. Hinata menatap Naruto.
"Naruto, jangan terlalu cepat ya larinya."
Naruto dan Hinata lalu tertawa.
.
Naruto dan Hinata telah sampai di tempat yang dimaksudkan. Dan Sasuke bersama tendanya sudah ada disana. Naruto lalu menurunkan Hinata, dan Hinata langsung berlari kearah Sasuke dan memeluknya. Sasuke membalas pelukannya sementara Naruto terdiam sambil melihat Hinata dan Sasuke berpelukan.
.
Malam...
Hinata mengigil kedinginan, walau sudah memakai pakaian hangat, tetap saja dia merasa kedinginan. Sasuke menatap Hinata, "Maaf, Hinata. Mungkin aku memilih tempat yang salah." kata Sasuke, Hinata tersenyum kecil. "K-k-ka-kamu tidak salah. I-ini sudah cukup. Aku, akan baik-baik saja." jawab Hinata dengan suara bergetar. "K-kamu kenapa belum tidur?" tanya Hinata. Sasuke terkekeh, "Kau lupa ya? aku kan vampir, aku takkan tidur." jawab Sasuke.
"Hu..uh aku tidak bisa tidur karena suara gigimu." kata Naruto tiba-tiba masuk, Sasuke dan Hinata menoleh kearah Naruto. Harusnya Naruto tidur di luar tenda. "Dia kedinginan." kata Sasuke, "Oh... Biar ku hangatkan." kata Naruto lalu mendekat, dengan cepat Sasuke memegang tangan Naruto, "Jangan berani-berani." kata Sasuke dingin. "Oh ayolah, dia akan sakit kalau terus begini. Dan itu semua karenamu." jawab Naruto, ia lalu berbaring bersama Hinata lalu memeluk Hinata. "Tidurlah, kau hangat sekarang." kata Naruto, Hinata tersenyum kecil dan perlahan memejamkan matanya. Sasuke menatap Hinata yang telah tertidur di pelukan Naruto.
"Akui saja, vampir. Kau takkan bisa melakukan ini. Tubuhku lebih hangat dari tubuhmu yang sedingin es." kata Naruto sambil menyerigai penuh kemenangan sementara Sasuke terdiam. "Apa aku bisa tanyakan sesuatu?" kata Naruto, Sasuke mengangguk. "Kalau Hinata berpaling darimu dan memilihku, apa kau akan membunuhku?" tanya Naruto, Sasuke menyerigai. "Itu ide yang bagus." jawabnya. Naruto mendecih, "Tapi aku tak akan melakukan itu dan menyakitinya." lanjut Sasuke, "Kau tau? kalau lah kita bukan musuh alami, mungkin aku akan menyukaimu.'' kata Sasuke, Naruto menyerigai, "Aku juga...tidak." balas Naruto.
"Besok pagi, Kushina akan kesini dan menggantikanku." kata Naruto, Sasuke mengangguk paham.
.
Keesokan harinya...
Vampir-vampir ganas telah berada dipinggir laut, mereka mulai melangkah menuju lapangan besar jalan ke rumah keluarga Uchiha.
"Mereka sedang menuju kesini." kata Naori. Ia, keluarga Uchiha, dan para werewolf itu segera bersiap. "Mereka datang!" kata Naori, beberapa detik kemudian puluhan vampir ganas berlari kearah mereka. Minato dan werewolf lainnya langsung menerjang mereka. Keluarga Uchiha pun tak mau kalah, mereka juga menerjang vampir-vampir ganas.
"Mereka sudah bertarung dengan vampir ganas." kata Sasuke, "Setelah ini kita bisa menikah dengan tenang." lanjut Sasuke, Naruto menatap Sasuke dan Hinata, "Kau akan menikahinya?" tanya Naruto, Hinata menatap Sasuke, "Sasuke." katanya. "Dia berhak tau." jawab Sasuke. Naruto berbalik melangkah. "Naruto!" kata Hinata, namun Naruto tak bergeming dan terus melangkah. Hinata mengejar Naruto namun ditahan oleh Sasuke. "Hinata." katanya. Hinata menoleh kearah Sasuke, "Lepaskan, Sasuke." kata Hinata sambil memaksa melepas tangannya dan mengejar Naruto.
Mereka sampai di sebuah tebing yang tak jauh dari sana, Naruto sudah berada di pinggir tebing dan siap melompat. "Naruto, jangan." kata Hinata. Naruto berbalik, "Kenapa jangan? berikan aku alasan." kata Naruto. Hinata menunduk, "Aku membutuhkanmu, Naruto." jawab Hinata. Naruto mendecih, "Itu bukan alasan yang bagus." kata Naruto. "Aku tidak mau kehilanganmu, sungguh." kata Hinata, "Masih belum bagus." balas Naruto, Naruto berbalik dan memajukan langkahnya.
"Naruto."
Naruto menghela nafasnya dan menunggu Hinata melanjutkan kata-katanya.
"Cium aku."
Naruto menoleh kearah Hinata dan menatap Hinata yang menunduk. "A-aku m-m-me-mintamu, untuk mencium aku." kata Hinata. Naruto tersenyum kecil dan menghampiri Hinata lalu memeluknya. Ia mendekatkan bibirnya pada bibir Hinata dan menciumnya.
Naruto lalu menyudahi ciumannya dan melepaskan tubuh Hinata. "Sampai nanti." kata Naruto sambil pergi melompat dan merubah dirinya menjadi serigala. Hinata masih mematung sambil menatap kepergian Naruto.
"Hinata."
Hinata menoleh, ternyata Sasuke ada disana. Hinata menunduk, "Kamu melihatnya." katanya, Sasuke terdiam, "Tidak. Tapi fikiran Naruto itu sangat jelas. Aku menahanmu tadi karena tau dia akan melakukannya." jawab Sasuke, Hinata terdiam.
"Maaf."
Sasuke membalikan badannya dengan cepat ketika ia mencium bau vampir lain disekitar mereka. "Hinata, kesini! sembunyi dibelakangku!" suruh Sasuke. "Kenapa?" tanya Hinata, "Vampir lain datang kesini.'' jawab Sasuke, Hinata lalu segera berlari dan sembunyi di belakang Sasuke. Sasuke menyerigai tipis, "Tak ku sangka kau akan sampai datang kesini." kata Sasuke.
Keluarlah seorang vampir ganas, "Karin.. Sudah ku duga." kata Sasuke, Karin lalu menyerigai dan menatap Hinata sangat tajam. "Serahkan dia." kata Karin. "Tidak." jawab Sasuke. Karin lalu menghilang dan muncul di belakang Sasuke dan Hinata. Ia lalu mendorong tubuh Sasuke dan menarik Hinata.
"Kau!" teriak Sasuke, "Apa? aku akan menggigitnya." kata Karin. Sasuke bergerak dengan cepat dan mendorong Karin dengan keras sampai ia menabrak batu besar disana. "UCHIHA SASUKE~!" teriak Karin, Karin lalu menerjang Sasuke dan Sasuke melawannya. Hinata memundurkan langkahnya melihat mereka bertarung. Lalu tak lama kemudian muncul Juugo dan ia pun langsung menyerang Sasuke. Dan Sasuke pun akhirnya tumbang. Juugo memegangi Sasuke dan Karin berusaha menarik kepala Sasuke. "Jangan! hentikan itu semua!" teriak Hinata. Namun mereka seakan tuli dan tak mendengarkan Hinata. Hinata menoleh kesana kemari dan mengambil sebuah batu.
Juugo dan Karin menghentikan aktifitasnya karena mencium bau darah. Sasuke membulatkan matanya dan menoleh kearah Hinata. Ia melihat tangan Hinata terluka dan darah mengucur dari tangannya, banyak sekali. Juugo dan Karin langsung berlari menghampiri Hinata.
Bugh...
Sasuke sudah ada di depan Hinata, Kushina dengan wujud serigalanya muncul dari balik semak, "Maaf terlambat." kata Kushina, ia langsung berlari menuju Juugo dan menarik Juugo, ia mengoyak tubuh Juugo sampai tubuhnya terpisah dengan kepalanya. Sementara Karin, Sasuke memegangi tubuh Karin dengan satu tangan, dan tangan lainnya menarik kepala Karin sampai terputus. Sasuke lalu mengambil korek api dan menyalakannya. Ia lalu melempar korek api menyala itu kearah Juugo dan Karin. Hinata menutup mulutnya dan matanya berkaca-kaca. "Me-mengerikan." katanya. Sasuke lalu berbalik menghadap Hinata dan mengambil tangannya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Sasuke sambil melihat luka dan darah itu. "Tak ada yang bisa aku lakukan, jadi aku lakukan ini." jawab Hinata. Sasuke hanya diam, ia lalu merobek sedikit pakaiannya dan menalikannya pada lengan Hinata. Sementara Kushina tersenyum menyaksikannya.
.
Sasuke dan Hinata kembali ke lapangan dan terlihat ada keluarga Uchiha, para werewolf, dan banyak api dimana-mana. "Kalian menang?" tanya Sasuke sambil melihat api yang masih menyala, dibalas anggukan dari semuanya.
"Tapi, kami tidak melihat Karin dan Juugo." kata Kushina. "Mereka sudah ku lenyapkan." jawab Sasuke, "Maksudmu?" tanya Naruto. "Tadi mereka datang ke tempat kami dan mereka ingin menggigit Hinata." jawab Sasuke. Naruto mendekat kearah Hinata dan mengambil tangannya.
"Apa ini? sebelumku pergi, ini tidak ada." tanya Naruto sambil melihat tangan Hinata yang diikat kain dan noda merah disana. "Entah apa yang Hinata lakukan." kata Sasuke sambil menatap Hinata yang juga menatapnya. Hinata menunduk, "Iya iya, aku salah. Maafkan aku." kata Hinata.
"Apa Sasuke menyakitimu?" bisik Naruto, "Bahkan dia tidak marah padaku." jawab Hinata pelan. Naruto lalu terdiam. Disisi lain Sasuke menyerigai sambil menatap mereka berdua.
.
Beberapa bulan kemudian...
"Inilah, hari kelulusan siswa dan siswi di KHS...~dan bla bla bla~" kata kepala sekolah, Jiraiya. Satu persatu siswa dan siswi naik keatas panggung dan memberikan masing-masing pidatonya. Dan kini, giliran Hinata yang naik keatas panggung. Hiashi-ayah Hinata- bertepuk tangan dengan bangganya melihat putri kesayangannya telah lulus.
"Aku Hyuuga Hinata. Ucapan terima kasih tak henti-hentinya aku ucapkan untuk orang-orang yang sangat berharga untukku. Dari mulai aku kecil sampai aku dewasa seperti ini.. Saat kecil, ketika aku ditanya oleh ibu guruku kalau sudah besar, kalian mau jadi apa? teman-temanku yang lain menjawab ingin menjadi guru, polisi, koki, dan lainnya. Hanya jawabanku saja yang berbeda, aku menjawab kalau sudah besar nanti, aku ingin menjadi seorang puteri." kata Hinata menyampaikan pidatonya, membuat semuanya terkekeh kecil.
"Tapi setelah aku masuk di Junior High School aku berfikir kalau aku ingin menjadi seorang guru karena aku melihat guru sangat hebat. Setelah semakin besar sampai sekarang, ketika ada yang bertanya akan jadi apa kamu, Hinata? maka aku akan menjawab dengan acuh, Siapa yang tau." lanjut Hinata, membuat semuanya tertawa dan memberikan tepuk tangan padanya.
"Itulah, Hyuuga Hinata. Kita lanjutkan ke...~bla bla bla~"
.
.
"Jadi? kau masih tetap ingin menjadi vampir, huh?" tanya Sasuke, Hinata mengangguk dan berkata iya dengan mantap. "Kau ingin aku yang mengigitmu?" tanya Sasuke sambil menyerigai, dan lagi-lagi, Hinata mengangguk dan berkata iya. "Tapi ada satu syarat, Hinata." kata Sasuke, "Syarat apa?" tanya Hinata. Sasuke tersenyum sambil merangkum wajah Hinata dan mengecup bibirnya.
"Menikahlah denganku."
.
.
"Ayah, aku tak percaya hari ini akan datang secepat ini." kata Hinata sambil menatap dirinya di cermin. Ia tersenyum melihat dirinya mengenakan gaun pernikahan berwarna putih.
"Ayah juga berfikir demikian. Tapi kau menemukan Sasuke terlalu cepat sehingga ayah harus cepat melepasmu pergi. Namamu juga akan berganti menjadi Uchiha Hinata." kata Hiashi. Hiashi lalu menggandeng tangah putrinya itu dan melangkah keluar.
Hinata tersenyum ketika melihat Sasuke sudah tersenyum padanya dengan mengenakan jas Hitam di altar pernikahan. Hiashi dan Hinata berjalan mendekat kearah Sasuke. "Aku serahkan putriku Hinata padamu." kata Hiashi, Sasuke tersenyum dan mengangguk. "Aku berjanji akan menjaga dan melindungi putrimu, tuan Hiashi." jawab Sasuke, Hiashi tersenyum sambil mengelus kepala Sasuke dan Hinata.
"Apa menurutmu Hinata sedang mengandung?" tanya Ino. "Ih kau ini! tentu tidak! Hinata adalah gadis yang baik, mana mungkin dia begitu." jawab Sakura. "Tapi, siapa yang menikah di usia 17 tahun?" tanya Ino. Membuat semua teman-temannya mengangkat bahu mereka.
"Baiklah tuan Uchiha, ulangi setelah aku." kata pendeta setelah mereka -Sasuke dan Hinata- berukar cincin. Sasuke mengangguk pelan. "Aku, Uchiha Sasuke berjanji akan menjaga dan melindungi Hinata, Isteriku. Dan aku akan selalu mencintainya." kata pendeta.
"Aku, Uchiha Sasuke berjanji akan menjaga dan melindungi Hinata, Istriku. Dan aku akan selalu mencintainya."
Hinata tersenyum sambil menatap Sasuke yang juga menatapnya. "Dan nyonya Hyuuga, ulangi setelah aku." kata pendeta lagi. Hinata mengangguk. "Dan aku Hyuuga Hinata akan selalu mencintai Sasuke, suamiku." kata pendeta.
"Dan aku Hyuuga Hinata akan selalu mencintai Sasuke, suamiku."
Sasuke tersenyum, "Sekarang kalian sudah resmi menjadi pasangan." kata pendeta. Seluruh tamu undangan berdiri dan bertepuk tangan dengan meriah untuk Sasuke dan Hinata. Sasuke lalu memeluk Hinata. "Aishiteru. Uchiha Hinata." bisik Sasuke yang membuat Hinata merona.
.
"Selamat ya, Hinata." kata Naruto. Hinata menatap Naruto, "Aku melihat keluargamu, tapi aku tidak melihatmu tadi. Kenapa kamu tidak datang?" tanya Hinata. Naruto tersenyum kecil, "Aku ada urusan sebentar tadi." jawab Naruto. Hinata hanya beroh.
Flashback
Naruto terdiam di pojok kamarnya dan menatap lantai dengan tatapan kosong. "Hinata." katanya lirih.
Tok.. Tok.. Tok..
"Naruto! Kau tak ingin datang ke pernikahannya Hinata?" tanya Kushina dari balik pintu. Naruto menghela nafasnya dan menjawab setengah berteriak. "Iya! ibu dan ayah duluan saja. Aku akan menyusul. Aku sedang sibuk." jawab Naruto. "Baiklah! jangan lupa datang, ya?" kata Kushina, "Ya." jawab Naruto.
Naruto lalu menjatuhkan dirinya pada kasur, "Hinata, tak ku sangka." katanya lirih. "Sebenarnya aku bukan sibuk. Tapi aku malas melihatmu tersenyum bahagia bersama vampir itu." lanjut Naruto. Ia lalu menutup matanya dan terlelap.
End Flashback
"Kau terlihat cantik, Hinata." kata Naruto, Hinata tersenyum dan berterima kasih padanya. "Andai aku yang menikah denganmu." kata Naruto membuat Hinata terkekeh. "Lucu sekali." balas Hinata.
"Bisakah aku berdansa denganmu?" tanya Naruto, Hinata tersenyum kecil. "Tentu." jawab Hinata. Naruto lalu mengulurkan tangannya dan langsung diterima oleh Hinata. Mereka lalu berdansa sambil tertawa-tawa. Sementara disisi lain, Sasuke menatap mereka sambil tersenyum kecut. "Bahkan saat Hinata telah menjadi istriku dia tetap mendekatinya." kata Sasuke lirih.
.
.
"Dimana Hinata?" tanya Naruto sambil menoleh kesana kemari mencari Hinata. "Tidak ada." jawab Izuna, "Kemana?" tanya Naruto lagi. "Dia dan Sasuke pergi untuk berbulan madu." jawab Hikaku. Naruto terdiam.
"Kapan mereka kembali?" tanya Naruto, "Entahlah, mereka bilang hanya beberapa hari." jawab Sarada. "Tenang saja, Naruto. Hinata takkan hamil. Para vampir tak akan mungkin mengandung." kata Fugaku. Naruto mengangguk pelan, "Aku pulang dulu." katanya sambil berlalu.
.
"Aku tidak menyangka kalau kita ditakdirkan." kata Hinata, Sasuke tersenyum sambil memeluk Hinata dan mereka bertatapan. "Lepaskan aku, vampir." kata Hinata. Sasuke terkekeh, ia lalu mengecup lembut bibir Hinata dan akhirnya Hinata berhenti bicara.
"Aku jadi teringat saat pertama kali kita bertemu, di tengah jalan." kata Sasuke sambil tertawa, Hinata membalas tertawa bersama Sasuke. "Untung saat itu aku datang. Kalau tidak..."
"Kalau tidak apa?"
"Aku takkan bisa memelukmu begini." jawab Sasuke sambil mempererat pelukannya. Hinata tertawa geli. Ia merangkum pipi Sasuke dan mengecup bibirnya. "Kita sudah menikah, kapan kamu jadikan aku vampir?" tanya Hinata, Sasuke menatap Hinata dalam dan menghela nafasnya. "Aku tidak tau apa aku tega melakukannya." jawab Sasuke dan Hinata lalu terdiam.
.
"HUEK!"
Sasuke berlari kearah kamar mandi setelah mendengar suara Hinata dari sana.
"HUEK!"
Sasuke membuka pintu kamar mandi dengan keras dan mendapati Hinata sedang menurunkan tubuhnya menghadap wastafel. Sasuke segera menghampiri Hinata dan menyentuh pundaknya.
"Kenapa Hinata?" tanya Sasuke khawatir. "A-a-aku tidak tau. A-aku, merasa mual." jawab Hinata. Sasuke membulatkan matanya, "Mu-mungkinkan? ti-tidak mungkin." kata Sasuke, Hinata menatap Sasuke sambil mengelap mulutnya, "Kenapa?" tanya Hinata. Sasuke balas menatap Hinata dan menarik tangannya.
"Kita pulang sekarang."
.
Tunggu part yang lainnya ya ^_^
^_^
Link part selanjutnya klik disini
"Kau akan sekolah dan tinggal di Konoha lagi, kan?" tanya Sakura, Hinata tersenyum, "Tentu saja aku akan di Konoha." jawab Hinata, lagi-lagi Sakura memeluknya dengan erat.
.
"Temui aku di hutan dekat sekolah, Hinata."
Sebuah pesan singkat dari Sasuke, membuat Hinata bertanya-tanya kenapa Sasuke menyuruhnya kesana.
.
Sampailah mereka di tempat yang di maksudkan. Sasuke mendekat kearah Hinata dan menyodorkan sesuatu padanya. "Tanjobi no oiwai o iu, Hinata.'' kata Sasuke, ia lalu memberikan setangkai bunga pada Hinata, namun Hinata sama sekali tidak merespon bahkan tersenyun pun tidak. ''Kenapa? kau tidak senang?" tanya Sasuke. "A-aku senang, tapi... Aku berfikir kalau aku akan terus bertambah umur dan menua, maka aku akan lebih tua darimu, Sasuke." jawab Hinata, Sasuke terkekeh dan merangkum wajah Hinata. "Usiaku sudah 107 tahun, sedangkan kau masih 17 tahun." kata Sasuke, Hinata mundur satu langkah dan menunduk.
"Kamu benar, a-aku telah jatuh cinta pada seorang laki-laki tua berwajah muda." kata Hinata lirih, Sasuke yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak. "Kenapa? i-itu bukan lawakan." kata Hinata. "Ya, haha kau benar tentang pria tua berwajah muda itu.'' balas Sasuke dan masih tertawa. Namun tiba-tiba tawanya berhenti dan wajahnya terlihat murung. Hinata mendongak menatap Sasuke, "Kenapa?" tanya Hinata.
"Sebenarnya, alasanku kemari bukan hanya untuk mengucapkan selamat."
"Lalu?"
"Aku ingin memberitahu mu kalau kami harus pergi dari Konoha." kata Sasuke, "Apa maksudmu 'kami'?" tanya Hinata, Sasuke menarik nafasnya, "Keluargaku dan aku akan meninggalkan Konoha." ulang Sasuke.
"Kenapa?"
"Kami harus menjauh darimu, demi keselamatanmu juga." jawab Sasuke, Hinata kembali menunduk dan tubuhnya bergetar menahan tangis. Sasuke menyentuh dagu Hinata dan mengangkatnya, ia menatap Hinata dalam, dan Hinata menggenggam tangan Sasuke, "Ja-jangan.." kata Hinata, Sasuke tersenyum lembut. "Lupakan aku, Hinata." kata Sasuke, ia lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Hinata dan mereka menutup matanya. Ciuman singkat di bibir keduanya, dan Sasuke langsung menghilang dengan cepat meninggalkan Hinata yang sedang menangis itu.
"Sa-sasuke, hiks."
.
Hinata melangkah dengan langkah gontai kedalam rumah Sakura, Sakura yang tau Hinata sudah kembali langsung menghampirinya, "Apa ya hadiah ulang tahunnya? mau cerita padaku?" goda Sakura, Hinata tidak merespon, hanya menatap lurus kosong dan masih terus melangkah menuju kamarnya.
"Eh? ada apa denganmu?" tanya Sakura, "Aku hanya butuh sendiri." jawab Hinata lemas. "Baiklah, aku akan pergi ke swalayan dulu. Kau mau sekalian ku belikan?" tanya Sakura, dijawab dengan gelengan kepala lemah dari Hinata. "Ok, Jaa." balas Sakura.
.
Beberapa bulan kemudian...
Sakura mulai khawatir dengan keadaan sahabatnya itu. Sejak Sasuke meminta bertemu dengan Hinata 22 Desember lalu, Sasuke menghilang dan Hinata menjadi sangat pendiam. Bahkan sudah lebih dari 1 bulan ini Hinata tidak masuk sekolah dengan alasan kurang enak badan. Sakura sudah mencoba menghibur dan mengajak Hinata keluar, namun Hinata tetap dalam kamarnya.
.
"Hinata."
Suara itu...
Hinata menoleh kearah suara, ia melihat Sasuke ada dihadapannya sambil menyentuh pundaknya.
"Sa-sasuke, kamu, kamu kembali." kata Hinata, senyuman terlukis di wajah pucatnya. Namun senyuman itu kembali pudar saat Hinata menyentuh tangan Sasuke yang sedang menyentuh pundaknya itu dan tiba-tiba Sasuke menghilang. Hinata menunduk dan menangis sambil memeluk tubuhnya sendiri. Sakura melihat Hinata dari sela-sela pintu yang sedikit terbuka, ia merasa sangat sedih melihat keadaan Hinata. Sakura lalu segera merogoh saku celananya dan memainkan ponselnya. Ibu jarinya dengan lihai mengetik sebuah pesan yang akan ia kirim pada seseorang.
.
"Hai, Hinata!!" kata Naruto penuh semangat seolah tak ada yang terjadi pada mereka, Hinata menoleh kearah Naruto lalu kembali menunduk. Naruto lalu mendekat dan duduk disamping Hinata.
"Kau kenapa? belakangan ini aku tidak melihatmu di sekolah. Ada apa?"
"Tidak apa-apa."
Naruto menatap Hinata dengan tatapan khawatir. 'Dia tidak baik.' batin Naruto. "Kau yakin tidak apa-apa?" tanya Naruto, Hinata menatap Naruto dan tersenyum lemah. "Aku tidak apa-apa, Naruto. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku.'' jawab Hinata.
"Baiklah, kau tau alasanku kesini?" tanya Naruto, "Tidak." jawab Hinata singkat. "Aku ingin mengajakmu keluar jalan-jalan. Bagaimana?" ajak Naruto, Hinata tampak berfikir sebelum berkata, "Maaf, aku tidak bisa." jawab Hinata, Naruto mengerucutkan bibirnya. "Ayolah..." kata Naruto. "Tidak, Naruto. Maaf aku ingin sendiri. Kamu pulang saja, maaf." balas Hinata sambil kembali menunduk. Naruto terdiam, ia lalu berdiri dan melangkah keluar kamarnya, meninggalkan Hinata dengan tatapan kosong itu.
"Hinata."
Suara itu lagi, Hinata menoleh dan lagi-lagi Sasuke berada di hadapannya, ia tau bahwa itu hanya halusinasi. "Aku membencimu, Sasuke." kata Hinata, membuat Sasuke memasang raut muka sedih.
"Kenapa kamu datang ketika aku membencimu dan pergi ketika aku mencintaimu? apa mau mu sebenarnya? kembali kesini, Sasuke. Kembali padaku..."
Sakura dan Naruto mengintip Hinata, mereka sama-sama merasa sedih melihat Hinata. 'Sasuke...Kau!' batin Naruto kesal.
.
.
"Eh? kau masuk sekolah lagi?" tanya Sakura, Hinata tersenyum. "Iya, aku rasa tidak ada gunanya aku terus menyesali kepergiannya. Aku harus menjalani hidupku seperti biasa." jawab Hinata, bayangan Sasuke muncul lagi, kali ini bayangan itu tersenyum. Namun Hinata kali ini mengabaikannya. "Maaf Sakura, atas sikapku akhir-akhir ini." kata Hinata, "Tidak apa-apa. Aku mengerti." balas Sakura sambil memeluk Hinata dan dibalas dengan pelukan Hinata.
.
"Hey Hinata! kamu kembali. Bagaimana kabarmu?" tanya Ino, anak kelas kimia. Hinata tersenyum. "Aku baik, um... Dimana Naruto?" kata Hinata. Ino menoleh kesana kemari, "Entahlah, biasanya dia di kantin bersama teman-temannya." jawab Ino, Hinata terdiam.
"Terima kasih, Ino." kata Hinata, ia lalu berlari menuju ke kantin untuk menemui Naruto. Ia merasa bersalah pada Naruto atas sikapnya waktu itu.
.
Naruto terdiam melamun. Walau teman-temannya asyik bercerita tentang perempuan yang mereka taksir, Naruto sama sekali tidak menanggapi cerita-cerita mereka.
"Hoi! kau kenapa? belakangan ini aku lihat kau selalu melamun begitu. Memikirkan apa?'' tanya Lee, "Ya pastinya memikirkan Hinata, kan? haha ceritanya, dia ditolak Hinata." timpal Kiba. "Hm, aku memang memikirkan Hinata. Tapi bukan masalah itu. Aku mengkhawatirkan keadaannya." jawab Naruto.
"Aku sudah baik, Naruto."
Naruto dan teman-temannya menoleh, "Hinata." kata Lee, "Kau sudah kembali!!" kata Kiba. Hinata tersenyum dan mendekati mereka. Ia lalu duduk didepan Naruto dan menunduk. "Gomen ne, Naruto." kata Hinata, Naruto tersenyum lega, "Aku senang kau sudah kembali." Kiba dan Lee menatap mereka berdua bergantian, "Tunggu, tunggu, Hinata! kenapa kau tidak masuk sekolah? alasanmu memang sakit, tapi aku meragukanmu." tanya Lee, "Iya, kalau kau sakit, kenapa Sakura dan Naruto melarang kami menjengukmu?" tanya Kiba. Naruto mendengus, "Aku kan sudah bilang, dia itu masih sangat sakit. Aku takut dia terganggu dan menjadi makin sakit." jawab Naruto.
"Sudahlah, aku sudah sembuh."
.
Malam hari...
Hinata menatap kosong kebayangan Sasuke, "Kenapa kamu datang? bukannya aku menyuruhmu pergi? aku membencimu, sungguh!" kata Hinata sambil terus melempari bayangan itu dengan bantal. Bayangan Sasuke selalu muncul dimanapun dan kapanpun dia berada.
"Kenapa kamu sangat keras kepala? ayo pergi!"
Bayangan Sasuke itu menghilang, Hinata menunduk dan menangis sejadi-jadinya. "Aku membencimu, Sasuke." katanya lirih.
.
Hinata berjalan digelapnya malam, ia memutuskan untuk berjalan-jalan sendirian. Sakura tadinya memaksa menemani Hinata, namun Hinata menolaknya.
Hinata lalu melihat sekumpulan geng motor melambaikan tangannya pada Hinata. Hinata lalu mendekat kearah geng motor itu. Namun tiba-tiba bayangan Sasuke muncul lagi.
"Jangan Hinata." kata bayangan itu lirih, Hinata tak mempedulikannya dan terus melangkah diikuti bayangan Sasuke dari belakang. "Hai, cantik. Aku Gaara. Mau naik?" tawar Gaara, salah satu dari geng motor tadi. Hinata mengangguk pelan. Gaara lalu memberikan helm nya pada Hinata.
"Jangan, Hinata. Berhenti. Jangan bertindak ceroboh." kata bayangan Sasuke lagi sambil menahan lengan Hinata. Namun Hinata kembali tak mempedulikannya dan memakai helm itu. Ia lalu naik ke motor Gaara.
"Berhenti, Hinata." kata Sasuke, Hinata meminta Gaara melajukan motornya, Gaara mengangkat jempolnya dan melajukan motornya dengan kencang, membuat Hinata menutup matanya karena takut. "Berhenti, Hinata. Jangan lakukan ini." walaupun matanya tertutup, ia tetap bisa mendengar suara Sasuke di telinganya.
"Be-berhenti!" kata Hinata. Namun Gaara tidak mendengarnya dan masih terus melajukan motonya dengan sangat kencang. "G-ga-gaara, berhenti!" kata Hinata. Gaara yang mendengar itu langsung menghentikan motor nya. Hinata langsung turun dan melepaskan helm nya lalu memberikannya pada Gaara. "Kenapa?'' tanya Gaara, Hinata menunduk. "Se-sepertinya aku tidak cocok dengan motor. A-aku pulang dulu, terima kasih." jawab Hinata dan langsung berlari.
.
Hinata duduk dibangku taman Konoha, walaupun ini sudah malam namun taman ini masih ramai.
"Bagus, Hinata."
Hinata menoleh dan mendapati bayangan Sasuke duduk disebelahnya. "Jangan lakukan hal itu lagi." kata Sasuke. Hinata terdiam dan menatap bayangan itu kosong, "Kamu membuatku sakit, Sasuke." kata Hinata lirih, Sasuke memasang raut wajah sedih.
"Maaf."
.
.
"Hey, mau jalan-jalan?" ajak Naruto, Hinata menghela nafas. "Tidak, aku sedang malas. Aku ingin sendiri." jawab Hinata, Naruto lalu menarik lengan Hinata. "Ayolah..." kata Naruto.
.
"Kenapa ke sini?" tanya Hinata sambil melihat sekelilingnya. Tebing yang tinggi dan laut dibawahnya, membuat Hinata merinding. "Lihat itu." kata Naruto sambil menunjuk sesuatu, Hinata mengikuti arah tunjuk Naruto dan terlihat teman-teman mereka yang entah sedang apa, Shikamaru, Hanzaki, dan Agari. Namun satu yang membuatnya panik, Shikamaru hendak dijatuh kan dari tebing itu oleh Hanzaki dan Agari. "Hey! apa yang kalian lakukan?!" teriak Hinata, ia hendak berlari kearah mereka tapi Naruto menahannya. "Kenapa kamu menahan aku? Shikamaru bisa celaka." kata Hinata, Naruto terkekeh, "Mereka memang selalu melakukannya.'' jawab Naruto. Hinata lalu melihat kearah mereka lagi, dan ternyata Shikamaru baik-baik saja. Hinata lalu menatap Naruto, "A-apa, mereka juga werewolf?" tanya Hinata, Naruto terdiam sebelum menganggukan kepalanya pelan.
.
.
.
Hinata berlari menuju tebing yang saat itu Naruto mengajaknya dan berdiri diujungnya.
"Kamu membuat aku gila, Sasuke!"
Tak ada yang bisa mendengar teriakannya karena tempat itu sepi. Hinata menunduk dan air mata jatuh mengenai batuan disana. Ia lalu meluruskan kepalanya dan menajamkan tatapannya. Ia merentangkan tangannya dan memejamkan matanya, lalu menjatuhkan diri ke laut dibawah tebing itu.
Bayangan Sasuke muncul di samping tubuh Hinata. Hinata membuka matanya dan melihat Sasuke, Hinata lalu tersenyum menatap Sasuke. "Aku mencintaimu, Sasuke." kata Hinata lirih, bayangan Sasuke tersenyum dan menghilang. Dan Hinata menutup matanya lagi.
Ia membuka matanya dan yang pertama ia lihat adalah air. Ia tak bergerak, membiarkan dirinya tenggelam. Satu yang membuatnya tak tenang. Seseorang berambut merah berenang kearahnya, ia seperti mengenal orang itu, itu seperti...
Karin
Hinata membulatkan matanya, ia takut pada Karin. Hinata menggerak-gerakkan tubuhnya, mencoba berenang menjauh dari Karin. Saking paniknya, tak sadar bahwa didepannya ada tebing dan akhirnya kepala Hinata menabrak tebing itu. Meski buram, Hinata dapat melihat Karin mendekat kearahnya.
.
Naruto menidurkan tubuh Hinata di pinggir lautan, "Apa yang kau lakukan, Hinata?" tanya Naruto pada Hinata yang masih pingsan. Ia beberapa kali menekan dada Hinata dan memberinya nafas buatan.
"Uhuk!"
Hinata mengeluarkan air dalam mulutnya dan perlahan membuka matanya. "Apa?" tanya Naruto dingin.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan? kau ingin mati, huh?"
"Kenapa kau jadi begini? apa gara-gara vampir bodoh itu?"
"Jangan bodoh, Hinata! jangan ceroboh!"
Caci maki Naruto katakan pada Hinata yang baru sadar itu, Hinata malah tak mendengarkan Naruto dan melihat kearah laut dengan tatapan kosong. "Hey! kau dengar aku tidak?" tanya Naruto. "Iya aku dengar." jawab Hinata, ia lalu mengubah posisinya jadi duduk. Naruto menghela nafas panjang, ia tau kalau sahabatnya ini tidak mendengarkannya.
Naruto menggendong tubuh Hinata ala bridal style menuju rumahnya. "Mau apa kerumahmu?" tanya Hinata, "Ganti pakaianmu, kau tak bisa pulang dengan pakaian basah. Sakura akan mewawancaraimu, mau kau jawab apa?" kata Naruto. Hinata mengangguk paham. "Kamu benar." jawab Hinata. Sementara di sisi lain Karin menatap mereka dari dasar laut dengan tatapan tajam.
.
"Bagaimana?" tanya Naruto, Hinata menatap pakaian yang ia pakai, terlihat sangat kebesaran. "Ini terlalu besar." jawab Hinata, Kushina-ibu Naruto- terkekeh. "Itu baju bibi yang paling kecil. Masa kebesaran. Mungkin kamu yang terlalu kecil." goda Kushina, membuat Hinata menunduk malu dan Naruto tertawa terbahak-bahak.
"Jangan lakukan itu lagi."
Hinata makin menunduk, "Maaf." kata Hinata lirih.
.
Rumah Sakura...
"Langsung masuk. Jangan kemana-mana." kata Naruto, Hinata mengangguk. "Terima kasih." kata Hinata lalu masuk dalam rumahnya. Namun Naruto tak segera pulang karena melihat satu mobil terparkir di depan rumah Sakura.
Hinata melihat kesana kemari, "Kemana Sakura?" tanyanya dalam hati.
"Hinata."
Hinata menoleh dan ia terkejut karena ada seseorang dihadapannya.
"Naori?"
Hinata berjalan cepat memeluk Naori, "Naori, aku merindukanmu." kata Hinata. "Aku juga merindukanmu. Aku melihat kau jatuh dari tebing. Aku kesini untuk memeriksanya." balas Naori, Hinata melepas pelukannya. "Naruto menolong aku." jawab Hinata, "Naruto? tapi aku tidak melihatnya di bayangan. Lagipula, Naruto itu bukannya werewolf?" tanya Naori, "Iya, memang." jawab Hinata.
Drrt...Drrt...
Suara ponsel Naori menandakan ada telpon masuk. Naori lalu mengangkatnya.
"Apa? jangan bercanda, Hikaku!"
"Baiklah baik, aku datang."
"Ada apa, Naori?" tanya Hinata khawatir, "Sasuke, dia pergi ke istana Otsutsuki untuk menyerahkan nyawanya, dia kira kau benar-benar sudah mati. Kau harus ikut denganku." jawab Naori dan segera menarik tangan Hinata keluar.
"Hinata, mau kemana kau?" tanya Naruto, "Aku akan ikut bersama Naori menyusul Sasuke." jawab Hinata sambil masuk ke dalam mobil Naori. Naruto berlari menghampiri Hinata, "Tunggu! untuk apa?" tanya Naruto lagi.
"Sasuke pergi ke istana Otsutsuki untuk menyerahkan nyawanya, dia mengira Hinata sudah mati." jawab Naori, Naruto menunduk. "Jangan pergi. Kau pilih aku atau vampir itu?" tanya Naruto, Hinata menunduk. "Maaf, Naruto. Saat ini Sasuke lebih penting.'' jawab Hinata, Naori melajukan mobilnya meninggalkan Naruto yang menatap kepergian mereka.
"Hinata."
.
.
Sasuke berjalan dengan langkah gontai menuju ruangan ketua otsutsuki. Dia membuka pintu ruangannya dan terlihatlah Hagoromo, Hamura, dan Indra. Mereka menatap kearah Sasuke.
"Sungguh, vampir yang menyedihkan, Sasuke." kata Indra, di sambut dengan tawa mengejek dari Hagoromo dan Hamura. Sasuke dengan tatapan kosong dan langkah gontai itu mendekat kearah mereka dan menjatuhkan tubuhnya menjadikan kakinya sebagai tumpuan. "Aku Uchiha Sasuke berlutut di hadapan kalian." kata Sasuke, Hamura tertawa, "Kenapa kau ingin menyerahkan dirimu begini?" tanya Hamura mengejek. Sasuke menunduk. "Tak ada gunanya aku hidup. Orang yang sangat aku sayangi dan cintai telah meninggalkanku." jawab Sasuke lirih.
"Kalau begitu, gunakan jubah ini dan perlihatkan dirimu yang sebenarnya dihadapan orang-orang." kata Indra. Hagoromo melempar sebuah jubah merah kearah Sasuke. "Cepat." kata Hagoromo. Sasuke mengambil jubah itu dan berdiri dengan badan tegap. Ia lalu berbalik dan berjalan kearah luar.
.
"Dimana istana Otsutsuki itu?" tanya Hinata, "Sedikit lagi kita sampai." jawab Naori, ia melajukan mobilnya dengan sangat cepat sampai-sampai menabrak penjual dan orang.Namun ia tak peduli, yang penting Sasuke selamat. Tapi tiba-tiba seorang pengawas menghentikan mobilnya dan mau tak mau Naori meng-rem mobilnya. Naori lalu keluar bersama Hinata.
"Ada apa? aku buru-buru." kata Naori, "Maaf nona. Sedang ada upacara pemusnahan makhluk jahat disini, kendaraan tidak bisa lewat." kata petugas itu. Naori mendecih, "Dari sini kemana arah istananya?" tanya Hinata, "Dari sini kau lurus saja. Lalu setelah kau melihat menara jam belok ke kanan. Disanalah istananya, Hinata." jawab Naori, tanpa aba-aba Hinata berlari sekencang mungkin menuju istana Otsutsuki.
Dijalan, ia banyak menabrak orang-orang dan banyak berkata maaf. Didepannya sudah ia temukan menara jam, ia segera berbelok ke kanan dan berlari sekencang-kencangnya.
"Sasuke."
Dan, ia sampai di depan istana Otsutsuki tujuannya. Dengan nafas terengah-engah ia mencari-cari sosok Sasuke. 'Dimana kamu, Sasuke?' batin Hinata.
.
Sasuke membuka bajunya dan mengenakan jubah merah tadi, ia melangkah ke depan dan banyak orang di depannya. Orang-orang menatapnya heran, sementara Sasuke tak peduli. Ia maju perlahan-lahan sampai tubuhnya terkena sinar matahari dan berkilau bagai berlian. Ia membuka jubah itu sambil menutup matanya. 'Aku akan menemuimu, Hinata.' batin Sasuke.
"Tidak, Sasuke."
Sasuke membuka matanya ketika merasakan seseorang memeluk tubuhnya. Tubuh orang itu sangat hangat seperti...
"Hinata."
Sasuke tersenyum bahagia dan dengan cepat merangkum wajah Hinata dan menciumnya. Ia merindukan Hinatanya.
"Kau masih hidup, Hinata." kata Sasuke, Hinata tersenyum sambil menghapus air mata dari sudut matanya. Hinata lalu tersadar dan mendorong tubuh Sasuke kembali masuk kedalam meninggalkan orang-orang yang menatap mereka.
Hinata menatap Sasuke sambil tersenyum dan memeluknya, "Aku merindukanmu, Sasuke.'' kata Hinata, dibalas pelukan dari Sasuke. "Hosh, aku lega." kata seseorang dibelakang, mereka menoleh. "Naori." kata Hinata sambil tersenyum. Sasuke lalu melepaskan pelukan mereka. "Kau bilang, Hinata telah mati." kata Sasuke dingin, "Aku tidak tau kalau Naruto menyelamatkannya. Lagipula aku tidak melihatnya di bayanganku." jawab Naori.
"Sasuke, ketua memanggilmu."
Mereka menoleh, ada Kaguya disana. Sasuke mengangguk dan mengikuti Kaguya bersama Hinata dan Naori.
.
"Aku kira kau akan datang sendiri." kata Hagoromo, Indra lalu berkata. "Aku mencium bau darah disini." katanya, Hinata lalu segera bersembunyi dibalik badan Sasuke. "Kau membawa manusia kesini, Sasuke?" tanya Indra. "Ayo kemari, nona manusia." kata Hamura, Hinata mendongak menatap Sasuke yang menganggukan kepala padanya. Hinata lalu mendekat kearah Hamura. Hamura dengan cepat berpindah kebalakang Hinata dan menghirup aroma darahnya. "Oh... Darah yang nikmat." kata Hamura. Sasuke lalu menarik Hinata kearahnya dan menyembunyikannya dibelakang punggungnya. "Jangan macam-macam padanya!" kata Sasuke.
"Aaargh!!!!"
Hinata terkejut melihat Sasuke berteriak kesakitan. "Sa-sasuke!" kata Hinata. "Hentikan, nona Kaguya. Kumohon." kata Naori, Hinata menoleh kearah Kaguya yang sedang menatap tubuh Sasuke dengan mata yang memerah. Mereka menyebutnya tatapan mematikan.
"Kalau kau ingin Kaguya berhenti, serahkan gadis itu padaku." kata Hamura. "Aku datang, tuan." kata Hinata. "Jangan, Hinata! argh!" kata Sasuke sambil meringis kesakitan. "J-jangan! hentikan! a-aku akan datang kesana." kata Hinata, ia lalu langsung mendekat kearah Hamura. Hamura tersenyum bangga. "Aku akan menjadikanmu bagian dari kami, nona manusia." kata Hamura, membuat Hinata mundur satu langkah dan dengan cepat Hamura berada dibelakangnya dan memegangi Hinata sambil menghirup aroma darah dilehernya.
"Hinata!" kata Naori, ia mencoba mendekat kearah mereka namun teriakan sakit tiba-tiba keluar dari mulutnya, ya Kaguya memberikan tatapan mematikannya pada Naori.
"Argh! jangan lakukan apapun pada Hinata!" teriak Sasuke, Hinata menatap Sasuke dan Naori dengan nanar. "Aku bisa melihatnya! ah! dia akan jadi salah satu dari kita!" kata Naori, Hamura menoleh kearah Naori, "Benarkah?" tanya Hamura. "Ya, aku berkata benar! ah! Sasuke sendiri yang mengubahnya!" kata Naori, Hamura tersenyum kecut dan melepaskan Hinata. Kaguya lalu melepaskan tatapan mematikannya dari mereka berdua. Hinata lalu segera berlari kearah Sasuke dan Naori yang sudah terkulai tak berdaya. "Sa-sasuke, Na-naori.." kata Hinata.
.
.
"Kau bersungguh-sungguh melihatnya, Naori?" tanya Hikaku, "Ya, aku memang melihatnya." jawan Naori, "Lalu bagaimana?" tanya Izuna. "Entahlah." jawab Naori, "Aku tak ingin menggigit dan menjadikan Hinata vampir." kata Sasuke, membuat semua yang ada disana terdiam.
"Aku ingin menjadi vampir." kata Hinata tiba-tiba, membuat semua menoleh kearahnya. "Apa? aku salah, ya?" tanya Hinata. "Tidak, Hinata. Jangan." kata Sasuke. "Kenapa? aku mencintaimu dan ingin selamanya bersamamu." tanya Hinata. Sasuke menatap Hinata dan menunduk, "Menjadi vampir sangat menyedihkan." timpal Fugaku. "Tapi aku mau." kata Hinata, "Kau takkan menjadi apapun. Kau hanya akan menjadi manusia, dan akan terus seperti itu." kata Sasuke lirih. "Tidak, Sasuke. Aku ingin menjadi vampir." jawab Hinata. "JANGAN KERAS KEPALA!" bentak Sasuke, semua menoleh kearah Sasuke."Aku memang keras kepala. Tapi aku tidak peduli. Aku, aku menginginkannya, Sasuke." balas Hinata. "TAK ADA YANG INGIN HIDUP MENJADI VAMPIR! TAPI KAU! AKU TAK INGIN HIDUPMU HANCUR DENGAN MENJADI VAMPIR SEPERTIKU!" jawab Sasuke.
"Kau boleh minta apapun dariku kecuali itu."
Sasuke bangkit dari duduknya dan berjalan dengan langkah cepat menuju keluar. Hinata dan yang lainnya menatap kepergian Sasuke. Naori berjalan mendekati Hinata dan menyentuh pundaknya. "Tenanglah, kalau jadi vampir adalah pilihanmu. Aku akan membuatmu menjadi vampir, tapi nanti setelah kau lulus." kata Naori. Hinata menatap Naori, "Tapi, hari kelulusanku masih beberapa bulan lagi." jawab Hinata. Mikoto mendekati mereka dan menyentuh pundak Hinata yang lainnya. "Bersabarlah, nak. Bibi akan coba menjelaskannya pada Sasuke." kata Mikoto. Hinata tersenyum simpul.
.
"APA? KAU INGIN MENJADI VAMPIR?" tanya Naruto kaget, Hinata mengangguk sambil tersenyum. "Iya, aku mencintai Sasuke. Kalau aku menjadi vampir, aku akan hidup abadi bersamanya." jawab Hinata. Naruto menatap Hinata dalam, "Aku berharap kau tidak sungguh-sungguh dengan perkataanmu, Hinata." kata Naruto. "Aku serius." jawab Hinata. Naruto lalu menggebrak meja yang ada di depannya dan berdiri. "Vampir adalah makhluk yang paling menyedihkan yang pernah ada!" kata Naruto. Hinata ikut berdiri sambil menatap Naruto, "Aku tau, tapi aku sudah memikirkannya dan aku ingin tetap menjadi vampir." jawab Hinata. Naruto menatap Hinata dengan tajam. "Lebih baik kau mati untuk selamanya daripada menjadi makhluk yang menyedihkan itu." kata Naruto sambil berjalan mendekati Hinata. Ia lalu mengambil tangan Hinata dan meletakannya di dadanya. "Kau merasakannya? darah, daging, detak jantung, dan kehangatan?" kata Naruto lirih, Hinata menunduk. "Aku ingin kau memilihku daripada memilihnya." kata Naruto lagi. "Jika kau bersamaku, kau tak perlu berubah menjadi apapun." lanjut Naruto. Ia mengangkat dagu Hinata dan mencium bibirnya dengan ganas, "Hentikan!" kata Hinata disela-sela ciumannya. Naruto tak kunjung menghentikannya, sekuat tenaga Hinata mendorong dada Naruto menjauhkan tubuhnya dari tubuh Naruto. Naruto menatap Hinata yang menatapnya dengan horor, ia lalu terkekeh.
"Aku bersumpah setelah ini aku tak akan menciummu sebelum kau memintanya." kata Naruto, Hinata menatap Naruto dengan kesal lalu membalikkan tubuhnya dan pergi dari sana. "Aku tau kau akan memintanya dariku, Hinata." kata Naruto.
.
"Kita akan mendapatkan darah yang sangat berbeda dari biasanya! darah ini istimewa!" kata Karin pada vampir-vampir anak buahnya. "Karin! kapan kita akan mengambilnya?" tanya Juugo, Karin menyerigai sambil memperlihatkan taringnya. "2 hari lagi setelah pasukan kita benar-benar banyak untuk melawan keluarga Uchiha." jawab Karin, ia lalu tertawa bersama anak buahnya yang lain.
.
Naori terkesiap, matanya membulat memandakan ada yang tidak beres. "Kenapa, Naori?" tanya Izuna, "Karin... Karin dan anak buahnya akan datang untuk mengambil Hinata." kata Naori, Hinata menunduk, "Kenapa selalu aku?" tanya Hinata lirih, "Karena kau istimewa, Hinata." jawab Sasuke. "Istimewa apanya?" tanya Hinata tak mengerti. "Aku pun tak tau, aku tak bisa membaca fikiranmu, mungkin kau kebal." jawab Sasuke. "Hm, benar.'' kata Izuna.
"Pasukan mereka, sangat banyak, mereka para vampir ganas." kata Naori, "Mereka akan bertarung dengan kita." lanjut Naori.
"Kita harus minta bantuan werewolf." kata Fugaku, "Ya, kau benar. Vampir ganas sangat diburu oleh mereka." timpal Mikoto. "Tapi, apa mereka akan mau membantu kita?" tanya Sarada. "Kita coba saja." jawab Fugaku. "Naori, kapan mereka menyerang?" tanya Hikaku, "2 hari lagi." jawab Naori.
.
"Maukah?" tanya Fugaku pada Minato, ayah Naruto. Minato mengangguk-angguk. "Kami pasti akan ikut membantu. Selain vampir ganas adalah buruan kami, Hinata merupakan sahabat dekat Naruto, putera kami." jawab Minato, Naruto dan Kushina mengangguk setuju. "Kita susun rencana kita." kata Hikaku. "Hm, yang penting, kita jauhkan Hinata dari mereka." kata Naruto. "Bau tubuh Hinata akan tertutup oleh bauku. Hinata akan pergi bersamaku." lanjut Naruto sambil menatap Sasuke penuh kemenangan. "Aku akan menjaga Hinata." timpal Sasuke sambil menatap Naruto tajam.
"Begini saja, bagaimana kalau Naruto membawa Hinata pergi ke tempat yang tinggi, Sasuke membangun tenda di tempat tinggi itu untuk mereka tidur. Bau tubuh kami para werewolf akan bisa menutupi bau apa saja. Sementara yang lainnya mengalihkan perhatian vampir ganas itu, bagaimana?" tanya Kushina. Mereka mengangguk-angguk dan setuju. "Ide bagus, bibi Kushina." kata Sasuke. "Aku akan mengajak teman-temanku.'' kata Naruto. "Kita harus berlatih menghadapi mereka." kata Sarada, semuanya mengangguk.
.
.
Keesokan harinya...
Hinata menusuk tangannya sampai mengeluarkan darah. Ia lalu menempelkan darahnya itu pada pohon dan daun disana. "Kau berlebihan, Hinata." kata Naruto, "Diamlah." jawab Hinata.
"Siap?" tanya Naruto, Hinata mengangguk dan membiarkan dirinya digendong Naruto. Naruto hendak berlari sebelum suara Hinata menghentikannya. "Ada apa?" tanya Naruto. Hinata menatap Naruto.
"Naruto, jangan terlalu cepat ya larinya."
Naruto dan Hinata lalu tertawa.
.
Naruto dan Hinata telah sampai di tempat yang dimaksudkan. Dan Sasuke bersama tendanya sudah ada disana. Naruto lalu menurunkan Hinata, dan Hinata langsung berlari kearah Sasuke dan memeluknya. Sasuke membalas pelukannya sementara Naruto terdiam sambil melihat Hinata dan Sasuke berpelukan.
.
Malam...
Hinata mengigil kedinginan, walau sudah memakai pakaian hangat, tetap saja dia merasa kedinginan. Sasuke menatap Hinata, "Maaf, Hinata. Mungkin aku memilih tempat yang salah." kata Sasuke, Hinata tersenyum kecil. "K-k-ka-kamu tidak salah. I-ini sudah cukup. Aku, akan baik-baik saja." jawab Hinata dengan suara bergetar. "K-kamu kenapa belum tidur?" tanya Hinata. Sasuke terkekeh, "Kau lupa ya? aku kan vampir, aku takkan tidur." jawab Sasuke.
"Hu..uh aku tidak bisa tidur karena suara gigimu." kata Naruto tiba-tiba masuk, Sasuke dan Hinata menoleh kearah Naruto. Harusnya Naruto tidur di luar tenda. "Dia kedinginan." kata Sasuke, "Oh... Biar ku hangatkan." kata Naruto lalu mendekat, dengan cepat Sasuke memegang tangan Naruto, "Jangan berani-berani." kata Sasuke dingin. "Oh ayolah, dia akan sakit kalau terus begini. Dan itu semua karenamu." jawab Naruto, ia lalu berbaring bersama Hinata lalu memeluk Hinata. "Tidurlah, kau hangat sekarang." kata Naruto, Hinata tersenyum kecil dan perlahan memejamkan matanya. Sasuke menatap Hinata yang telah tertidur di pelukan Naruto.
"Akui saja, vampir. Kau takkan bisa melakukan ini. Tubuhku lebih hangat dari tubuhmu yang sedingin es." kata Naruto sambil menyerigai penuh kemenangan sementara Sasuke terdiam. "Apa aku bisa tanyakan sesuatu?" kata Naruto, Sasuke mengangguk. "Kalau Hinata berpaling darimu dan memilihku, apa kau akan membunuhku?" tanya Naruto, Sasuke menyerigai. "Itu ide yang bagus." jawabnya. Naruto mendecih, "Tapi aku tak akan melakukan itu dan menyakitinya." lanjut Sasuke, "Kau tau? kalau lah kita bukan musuh alami, mungkin aku akan menyukaimu.'' kata Sasuke, Naruto menyerigai, "Aku juga...tidak." balas Naruto.
"Besok pagi, Kushina akan kesini dan menggantikanku." kata Naruto, Sasuke mengangguk paham.
.
Keesokan harinya...
Vampir-vampir ganas telah berada dipinggir laut, mereka mulai melangkah menuju lapangan besar jalan ke rumah keluarga Uchiha.
"Mereka sedang menuju kesini." kata Naori. Ia, keluarga Uchiha, dan para werewolf itu segera bersiap. "Mereka datang!" kata Naori, beberapa detik kemudian puluhan vampir ganas berlari kearah mereka. Minato dan werewolf lainnya langsung menerjang mereka. Keluarga Uchiha pun tak mau kalah, mereka juga menerjang vampir-vampir ganas.
"Mereka sudah bertarung dengan vampir ganas." kata Sasuke, "Setelah ini kita bisa menikah dengan tenang." lanjut Sasuke, Naruto menatap Sasuke dan Hinata, "Kau akan menikahinya?" tanya Naruto, Hinata menatap Sasuke, "Sasuke." katanya. "Dia berhak tau." jawab Sasuke. Naruto berbalik melangkah. "Naruto!" kata Hinata, namun Naruto tak bergeming dan terus melangkah. Hinata mengejar Naruto namun ditahan oleh Sasuke. "Hinata." katanya. Hinata menoleh kearah Sasuke, "Lepaskan, Sasuke." kata Hinata sambil memaksa melepas tangannya dan mengejar Naruto.
Mereka sampai di sebuah tebing yang tak jauh dari sana, Naruto sudah berada di pinggir tebing dan siap melompat. "Naruto, jangan." kata Hinata. Naruto berbalik, "Kenapa jangan? berikan aku alasan." kata Naruto. Hinata menunduk, "Aku membutuhkanmu, Naruto." jawab Hinata. Naruto mendecih, "Itu bukan alasan yang bagus." kata Naruto. "Aku tidak mau kehilanganmu, sungguh." kata Hinata, "Masih belum bagus." balas Naruto, Naruto berbalik dan memajukan langkahnya.
"Naruto."
Naruto menghela nafasnya dan menunggu Hinata melanjutkan kata-katanya.
"Cium aku."
Naruto menoleh kearah Hinata dan menatap Hinata yang menunduk. "A-aku m-m-me-mintamu, untuk mencium aku." kata Hinata. Naruto tersenyum kecil dan menghampiri Hinata lalu memeluknya. Ia mendekatkan bibirnya pada bibir Hinata dan menciumnya.
Naruto lalu menyudahi ciumannya dan melepaskan tubuh Hinata. "Sampai nanti." kata Naruto sambil pergi melompat dan merubah dirinya menjadi serigala. Hinata masih mematung sambil menatap kepergian Naruto.
"Hinata."
Hinata menoleh, ternyata Sasuke ada disana. Hinata menunduk, "Kamu melihatnya." katanya, Sasuke terdiam, "Tidak. Tapi fikiran Naruto itu sangat jelas. Aku menahanmu tadi karena tau dia akan melakukannya." jawab Sasuke, Hinata terdiam.
"Maaf."
Sasuke membalikan badannya dengan cepat ketika ia mencium bau vampir lain disekitar mereka. "Hinata, kesini! sembunyi dibelakangku!" suruh Sasuke. "Kenapa?" tanya Hinata, "Vampir lain datang kesini.'' jawab Sasuke, Hinata lalu segera berlari dan sembunyi di belakang Sasuke. Sasuke menyerigai tipis, "Tak ku sangka kau akan sampai datang kesini." kata Sasuke.
Keluarlah seorang vampir ganas, "Karin.. Sudah ku duga." kata Sasuke, Karin lalu menyerigai dan menatap Hinata sangat tajam. "Serahkan dia." kata Karin. "Tidak." jawab Sasuke. Karin lalu menghilang dan muncul di belakang Sasuke dan Hinata. Ia lalu mendorong tubuh Sasuke dan menarik Hinata.
"Kau!" teriak Sasuke, "Apa? aku akan menggigitnya." kata Karin. Sasuke bergerak dengan cepat dan mendorong Karin dengan keras sampai ia menabrak batu besar disana. "UCHIHA SASUKE~!" teriak Karin, Karin lalu menerjang Sasuke dan Sasuke melawannya. Hinata memundurkan langkahnya melihat mereka bertarung. Lalu tak lama kemudian muncul Juugo dan ia pun langsung menyerang Sasuke. Dan Sasuke pun akhirnya tumbang. Juugo memegangi Sasuke dan Karin berusaha menarik kepala Sasuke. "Jangan! hentikan itu semua!" teriak Hinata. Namun mereka seakan tuli dan tak mendengarkan Hinata. Hinata menoleh kesana kemari dan mengambil sebuah batu.
Juugo dan Karin menghentikan aktifitasnya karena mencium bau darah. Sasuke membulatkan matanya dan menoleh kearah Hinata. Ia melihat tangan Hinata terluka dan darah mengucur dari tangannya, banyak sekali. Juugo dan Karin langsung berlari menghampiri Hinata.
Bugh...
Sasuke sudah ada di depan Hinata, Kushina dengan wujud serigalanya muncul dari balik semak, "Maaf terlambat." kata Kushina, ia langsung berlari menuju Juugo dan menarik Juugo, ia mengoyak tubuh Juugo sampai tubuhnya terpisah dengan kepalanya. Sementara Karin, Sasuke memegangi tubuh Karin dengan satu tangan, dan tangan lainnya menarik kepala Karin sampai terputus. Sasuke lalu mengambil korek api dan menyalakannya. Ia lalu melempar korek api menyala itu kearah Juugo dan Karin. Hinata menutup mulutnya dan matanya berkaca-kaca. "Me-mengerikan." katanya. Sasuke lalu berbalik menghadap Hinata dan mengambil tangannya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Sasuke sambil melihat luka dan darah itu. "Tak ada yang bisa aku lakukan, jadi aku lakukan ini." jawab Hinata. Sasuke hanya diam, ia lalu merobek sedikit pakaiannya dan menalikannya pada lengan Hinata. Sementara Kushina tersenyum menyaksikannya.
.
Sasuke dan Hinata kembali ke lapangan dan terlihat ada keluarga Uchiha, para werewolf, dan banyak api dimana-mana. "Kalian menang?" tanya Sasuke sambil melihat api yang masih menyala, dibalas anggukan dari semuanya.
"Tapi, kami tidak melihat Karin dan Juugo." kata Kushina. "Mereka sudah ku lenyapkan." jawab Sasuke, "Maksudmu?" tanya Naruto. "Tadi mereka datang ke tempat kami dan mereka ingin menggigit Hinata." jawab Sasuke. Naruto mendekat kearah Hinata dan mengambil tangannya.
"Apa ini? sebelumku pergi, ini tidak ada." tanya Naruto sambil melihat tangan Hinata yang diikat kain dan noda merah disana. "Entah apa yang Hinata lakukan." kata Sasuke sambil menatap Hinata yang juga menatapnya. Hinata menunduk, "Iya iya, aku salah. Maafkan aku." kata Hinata.
"Apa Sasuke menyakitimu?" bisik Naruto, "Bahkan dia tidak marah padaku." jawab Hinata pelan. Naruto lalu terdiam. Disisi lain Sasuke menyerigai sambil menatap mereka berdua.
.
Beberapa bulan kemudian...
"Inilah, hari kelulusan siswa dan siswi di KHS...~dan bla bla bla~" kata kepala sekolah, Jiraiya. Satu persatu siswa dan siswi naik keatas panggung dan memberikan masing-masing pidatonya. Dan kini, giliran Hinata yang naik keatas panggung. Hiashi-ayah Hinata- bertepuk tangan dengan bangganya melihat putri kesayangannya telah lulus.
"Aku Hyuuga Hinata. Ucapan terima kasih tak henti-hentinya aku ucapkan untuk orang-orang yang sangat berharga untukku. Dari mulai aku kecil sampai aku dewasa seperti ini.. Saat kecil, ketika aku ditanya oleh ibu guruku kalau sudah besar, kalian mau jadi apa? teman-temanku yang lain menjawab ingin menjadi guru, polisi, koki, dan lainnya. Hanya jawabanku saja yang berbeda, aku menjawab kalau sudah besar nanti, aku ingin menjadi seorang puteri." kata Hinata menyampaikan pidatonya, membuat semuanya terkekeh kecil.
"Tapi setelah aku masuk di Junior High School aku berfikir kalau aku ingin menjadi seorang guru karena aku melihat guru sangat hebat. Setelah semakin besar sampai sekarang, ketika ada yang bertanya akan jadi apa kamu, Hinata? maka aku akan menjawab dengan acuh, Siapa yang tau." lanjut Hinata, membuat semuanya tertawa dan memberikan tepuk tangan padanya.
"Itulah, Hyuuga Hinata. Kita lanjutkan ke...~bla bla bla~"
.
.
"Jadi? kau masih tetap ingin menjadi vampir, huh?" tanya Sasuke, Hinata mengangguk dan berkata iya dengan mantap. "Kau ingin aku yang mengigitmu?" tanya Sasuke sambil menyerigai, dan lagi-lagi, Hinata mengangguk dan berkata iya. "Tapi ada satu syarat, Hinata." kata Sasuke, "Syarat apa?" tanya Hinata. Sasuke tersenyum sambil merangkum wajah Hinata dan mengecup bibirnya.
"Menikahlah denganku."
.
.
"Ayah, aku tak percaya hari ini akan datang secepat ini." kata Hinata sambil menatap dirinya di cermin. Ia tersenyum melihat dirinya mengenakan gaun pernikahan berwarna putih.
"Ayah juga berfikir demikian. Tapi kau menemukan Sasuke terlalu cepat sehingga ayah harus cepat melepasmu pergi. Namamu juga akan berganti menjadi Uchiha Hinata." kata Hiashi. Hiashi lalu menggandeng tangah putrinya itu dan melangkah keluar.
Hinata tersenyum ketika melihat Sasuke sudah tersenyum padanya dengan mengenakan jas Hitam di altar pernikahan. Hiashi dan Hinata berjalan mendekat kearah Sasuke. "Aku serahkan putriku Hinata padamu." kata Hiashi, Sasuke tersenyum dan mengangguk. "Aku berjanji akan menjaga dan melindungi putrimu, tuan Hiashi." jawab Sasuke, Hiashi tersenyum sambil mengelus kepala Sasuke dan Hinata.
"Apa menurutmu Hinata sedang mengandung?" tanya Ino. "Ih kau ini! tentu tidak! Hinata adalah gadis yang baik, mana mungkin dia begitu." jawab Sakura. "Tapi, siapa yang menikah di usia 17 tahun?" tanya Ino. Membuat semua teman-temannya mengangkat bahu mereka.
"Baiklah tuan Uchiha, ulangi setelah aku." kata pendeta setelah mereka -Sasuke dan Hinata- berukar cincin. Sasuke mengangguk pelan. "Aku, Uchiha Sasuke berjanji akan menjaga dan melindungi Hinata, Isteriku. Dan aku akan selalu mencintainya." kata pendeta.
"Aku, Uchiha Sasuke berjanji akan menjaga dan melindungi Hinata, Istriku. Dan aku akan selalu mencintainya."
Hinata tersenyum sambil menatap Sasuke yang juga menatapnya. "Dan nyonya Hyuuga, ulangi setelah aku." kata pendeta lagi. Hinata mengangguk. "Dan aku Hyuuga Hinata akan selalu mencintai Sasuke, suamiku." kata pendeta.
"Dan aku Hyuuga Hinata akan selalu mencintai Sasuke, suamiku."
Sasuke tersenyum, "Sekarang kalian sudah resmi menjadi pasangan." kata pendeta. Seluruh tamu undangan berdiri dan bertepuk tangan dengan meriah untuk Sasuke dan Hinata. Sasuke lalu memeluk Hinata. "Aishiteru. Uchiha Hinata." bisik Sasuke yang membuat Hinata merona.
.
"Selamat ya, Hinata." kata Naruto. Hinata menatap Naruto, "Aku melihat keluargamu, tapi aku tidak melihatmu tadi. Kenapa kamu tidak datang?" tanya Hinata. Naruto tersenyum kecil, "Aku ada urusan sebentar tadi." jawab Naruto. Hinata hanya beroh.
Flashback
Naruto terdiam di pojok kamarnya dan menatap lantai dengan tatapan kosong. "Hinata." katanya lirih.
Tok.. Tok.. Tok..
"Naruto! Kau tak ingin datang ke pernikahannya Hinata?" tanya Kushina dari balik pintu. Naruto menghela nafasnya dan menjawab setengah berteriak. "Iya! ibu dan ayah duluan saja. Aku akan menyusul. Aku sedang sibuk." jawab Naruto. "Baiklah! jangan lupa datang, ya?" kata Kushina, "Ya." jawab Naruto.
Naruto lalu menjatuhkan dirinya pada kasur, "Hinata, tak ku sangka." katanya lirih. "Sebenarnya aku bukan sibuk. Tapi aku malas melihatmu tersenyum bahagia bersama vampir itu." lanjut Naruto. Ia lalu menutup matanya dan terlelap.
End Flashback
"Kau terlihat cantik, Hinata." kata Naruto, Hinata tersenyum dan berterima kasih padanya. "Andai aku yang menikah denganmu." kata Naruto membuat Hinata terkekeh. "Lucu sekali." balas Hinata.
"Bisakah aku berdansa denganmu?" tanya Naruto, Hinata tersenyum kecil. "Tentu." jawab Hinata. Naruto lalu mengulurkan tangannya dan langsung diterima oleh Hinata. Mereka lalu berdansa sambil tertawa-tawa. Sementara disisi lain, Sasuke menatap mereka sambil tersenyum kecut. "Bahkan saat Hinata telah menjadi istriku dia tetap mendekatinya." kata Sasuke lirih.
.
.
"Dimana Hinata?" tanya Naruto sambil menoleh kesana kemari mencari Hinata. "Tidak ada." jawab Izuna, "Kemana?" tanya Naruto lagi. "Dia dan Sasuke pergi untuk berbulan madu." jawab Hikaku. Naruto terdiam.
"Kapan mereka kembali?" tanya Naruto, "Entahlah, mereka bilang hanya beberapa hari." jawab Sarada. "Tenang saja, Naruto. Hinata takkan hamil. Para vampir tak akan mungkin mengandung." kata Fugaku. Naruto mengangguk pelan, "Aku pulang dulu." katanya sambil berlalu.
.
"Aku tidak menyangka kalau kita ditakdirkan." kata Hinata, Sasuke tersenyum sambil memeluk Hinata dan mereka bertatapan. "Lepaskan aku, vampir." kata Hinata. Sasuke terkekeh, ia lalu mengecup lembut bibir Hinata dan akhirnya Hinata berhenti bicara.
"Aku jadi teringat saat pertama kali kita bertemu, di tengah jalan." kata Sasuke sambil tertawa, Hinata membalas tertawa bersama Sasuke. "Untung saat itu aku datang. Kalau tidak..."
"Kalau tidak apa?"
"Aku takkan bisa memelukmu begini." jawab Sasuke sambil mempererat pelukannya. Hinata tertawa geli. Ia merangkum pipi Sasuke dan mengecup bibirnya. "Kita sudah menikah, kapan kamu jadikan aku vampir?" tanya Hinata, Sasuke menatap Hinata dalam dan menghela nafasnya. "Aku tidak tau apa aku tega melakukannya." jawab Sasuke dan Hinata lalu terdiam.
.
"HUEK!"
Sasuke berlari kearah kamar mandi setelah mendengar suara Hinata dari sana.
"HUEK!"
Sasuke membuka pintu kamar mandi dengan keras dan mendapati Hinata sedang menurunkan tubuhnya menghadap wastafel. Sasuke segera menghampiri Hinata dan menyentuh pundaknya.
"Kenapa Hinata?" tanya Sasuke khawatir. "A-a-aku tidak tau. A-aku, merasa mual." jawab Hinata. Sasuke membulatkan matanya, "Mu-mungkinkan? ti-tidak mungkin." kata Sasuke, Hinata menatap Sasuke sambil mengelap mulutnya, "Kenapa?" tanya Hinata. Sasuke balas menatap Hinata dan menarik tangannya.
"Kita pulang sekarang."
.
1 minggu kemudian...
Naruto melangkah kedalam rumah Uchiha dan melihat ke sekelilingnya.
"Hinata?"
"Hinata belum datang." jawab Hikaku, "Benarkah? tapi ini sudah 1 minggu." tanya Naruto.
"Na-naruto.."
Naruto mendongak menatap lantai kedua. "Itu suara Hinata." kata Naruto, ia langsung berlari menaiki tangga sementara Hikaku menghela nafas.
"Hinata?" kata Naruto, ia terkejut melihat Hinata terbaring dengan wajah sangat pucat dan menutupi perutnya dengan selimut sambil dielus Naori. "Kau kenapa Hinata?" tanya Naruto khawatir. "Hinata tidak apa-apa, dia baik." jawab Sarada. Naruto melirik Sasuke, Fugaku, Mikoto, Sarada, Naori, Izuna dan Hikaku yang menunduk. "Dan kalian kenapa?" tanya Naruto.
"Na-naruto..."
Naruto menoleh kearah Hinata, ia lalu membuka selimut yang menutupinya. Naruto terbelalak ketika melihat perut Hinata telah membesar. "Hinata, a-apa? apa yang terjadi?" tanya Naruto kaget. "A-aku, aku hamil, Naruto." jawab Hinata. Naruto membulatkan matanya, ia mengepal tangannya dan mendekati Fugaku. "Kau! kau bilang Hinata tak akan hamil! tapi apa!!" kata Naruto penuh emosi, ia lalu mendekati Sasuke yang sama tertunduk. "Kau! vampir menyedihkan! kau menghamili Hinata!" kata Naruto sambil menarik kerah baju Sasuke.
"Maaf, Naruto. Ini diluar perkiraan kami. Harusnya Hinata tidak hamil." kata Mikoto. "Kami sudah meminta izin untuk menggugurkan kandungannya. Tapi dia tidak mau. Janin itu akan membahayakan nyawa Hinata." kata Naori. Naruto lalu berjalan perlahan dan berlutut dihadapan Hinata.
"Jangan lakukan ini." kata Naruto, Hinata menatap Naruto. "Gugurkan kandungannya, kau tak akan kuat dan nyawamu akan hilang." lanjut Naruto. Hinata melirik ke arah semuanya. "Aku tidak akan menggugurkan kandungan ini. Aku pasti kuat sampai bayinya lahir." jawab Hinata. Sasuke menoleh kearah Hinata. "Tapi bayi itu berbahaya untuk hidupmu." kata Sasuke, Hinata tersenyum lembut. "Aku akan baik-baik saja, Sasuke." jawab Hinata.
.
"Kandungannya makin membesar, padahal ini baru 2 hari." kata Sarada. Semuanya menatap Hinata yang sangat pucat itu dengan cemas. "Kau yakin ingin mempertahankan janin itu?" tanya Naori, Hinata mengangguk mantap. "Iya, aku akan bertahan untuk ini." jawab Hinata. "Tapi bagaimana kalau kau..."
"Aku akan baik-baik saja."
Semuanya terdiam membisu ketika Hinata menjawabnya dengan senyuman yang manis andalannya.
.
Sasuke mendekat kearah Hinata dan duduk di sampingnya. "Kau yakin baik-baik saja?" tanya Sasuke khawatir. "Iya, aku akan baik. Kamu jangan khawatir." jawab Hinata. Sasuke terkesiap.
"Kenapa?" tanya Hinata, Sasuke menatap Hinata dan mengelus perutnya. "Katakan sesuatu." kata Sasuke, "Katakan apa?" tanya Hinata bingung. Sasuke lalu tersenyum. "Anak ini, dia menyukai suaramu." kata Sasuke, "Aku fikir anak ini akan menjadi seperti aku tapi ternyata tidak. Dia sepertimu, baik dan lembut." lanjut Sasuke, Hinata tersenyum bahagia. "Dia juga menyukai ku." kata Sasuke, ia lalu mencium perut Hinata dan Hinata mengelus puncak kepala Sasuke sambil tersenyum. Disisi lain Naruto menatap sepasang suami istri itu sambil mengepal tangannya. "Harusnya aku yang ada disana. Harusnya keadaanmu tidak begitu. Seharusnya itu anakku." kata Naruto lirih.
.
"Hinata, apa nama yang akan kau pakai untuk anakmu dan Sasuke?" tanya Naori, Hinata melirik kearah Sasuke yang tersenyum padanya. "Kami fikir akan memberi nama Utakata kalau bayinya laki-laki dan Hanabi kalau bayinya perempuan." jawab Hinata. "Utakata dan Hanabi? nama yang indah." balas Hikaku. Hinata membalasnya dengan senyuman, "Terima kasih." jawab Hinata.
.
"AYO, HINATA!" kata Naori setengah berteriak, Sasuke, Naruto, dan Naori sedang panik sekarang ini. Hinata sedang melahirkan anak itu, anak mereka.
"A-aku tidak..."
"Ayo, Hinata! sedikit lagi!" teriak Naori, Hinata menutup matanya dan mengerahkan seluruh tenaganya.
"AH~!"
"Eeeee~ hiks aaaa~"
Hinata membukan matanya ketika mendengar suara itu, suara tangisan bayi. Bayinya telah lahir! Hinata lalu tersenyum ketika Sasuke tersenyum sambil menatap bayinya. "Ini Hanabi." kata Sasuke, Hinata tersenyum. "Ha-hanabi.." kata Hinata, "Ya, anak kita perempuan. Lihatlah dia cantik sepertimu." jawab Sasuke, Naruto tersenyum kecut. Ia menatap Hinata yang menutup matanya dengan perlahan.
"Hinata!"
Naori dan Sasuke menoleh kearah Hinata. "Naori, bawa Hanabi keluar!" kata Sasuke sambil memberikan Hanabi pada Naori, Naori mengengguk patuh sambil menggendong Hanabi keluar. Sasuke menekan-nekan dada Hinata. "Bertahanlah..." kata Sasuke, "Kau akan selamat." lanjutnya. Naruto menatap tubuh Hinata, tak ada kehidupan tercium di hidung tajamnya. "Dia tiada." kata Naruto lirih. Ia lalu melangkah keluar dengan perasaan hampa. Sasuke menatap kepergian Naruto dan menunduk menatap Hinata.
"Tidak, Hinata! jangan pergi." kata Sasuke lirih sambil memeluk tubuh Hinata. "Jangan, jangan tinggalkan aku." lanjut Sasuke, ia lalu menghirup bau dari leher Hinata. Tanpa sadar ia pun menggigitnya.
"Hinata... Mengapa ini terjadi padamu?" kata Naruto, ia menghapus air mata dari sudut matanya. "Semuanya karena bayi itu! aku harus melenyapkannya. Ya, harus!" kata Naruto. Ia lalu berjalan menuju balkon tempat Naori bersama bayi Hinata dengan mata memerah menahan tangis dan amarah.
Naruto telah sampai di balkon, terlihat Naori sedang menggendong bayinya Hinata. Naruto mengepal tangannya sambil berjalan mendekati Naori yang membelakanginya. Ia menatap bayi itu dengan penuh kebencian. Bayi itu menatap Naruto dan Naruto membulatkan matanya ketika melihat seorang gadis yang memakai kimono menari-nari sambil melambaikan tangannya pada Naruto dalam bayangannya. Naruto mematung, ia lalu menjatuhkan tubuhnya dan terlihat tak berdaya disana.
.
Hinata telah dipindahkan ke sebuah ruangan terbuka yang terpapar langsung sinar matahari. Keluarga Uchiha menunduk dan menyesali apa yang terjadi. Suara tangisan Hanabi tak berhenti, bayi itu tetap menangis walau ada dalam pelukan ayahnya. Mereka menutup ruangan itu dan meninggalkan Hinata yang sudah tak bernyawa itu.
Hehe, gimana? ini part 2 lho^_^ Saya harap kalian nggak kecewa. Rencananya tinggal 1 part lagi, -HOREEE- terima kasih pada kalian karena sudah mau menunggu lanjutannya #bungkuk..
"Kandungannya makin membesar, padahal ini baru 2 hari." kata Sarada. Semuanya menatap Hinata yang sangat pucat itu dengan cemas. "Kau yakin ingin mempertahankan janin itu?" tanya Naori, Hinata mengangguk mantap. "Iya, aku akan bertahan untuk ini." jawab Hinata. "Tapi bagaimana kalau kau..."
"Aku akan baik-baik saja."
Semuanya terdiam membisu ketika Hinata menjawabnya dengan senyuman yang manis andalannya.
.
Sasuke mendekat kearah Hinata dan duduk di sampingnya. "Kau yakin baik-baik saja?" tanya Sasuke khawatir. "Iya, aku akan baik. Kamu jangan khawatir." jawab Hinata. Sasuke terkesiap.
"Kenapa?" tanya Hinata, Sasuke menatap Hinata dan mengelus perutnya. "Katakan sesuatu." kata Sasuke, "Katakan apa?" tanya Hinata bingung. Sasuke lalu tersenyum. "Anak ini, dia menyukai suaramu." kata Sasuke, "Aku fikir anak ini akan menjadi seperti aku tapi ternyata tidak. Dia sepertimu, baik dan lembut." lanjut Sasuke, Hinata tersenyum bahagia. "Dia juga menyukai ku." kata Sasuke, ia lalu mencium perut Hinata dan Hinata mengelus puncak kepala Sasuke sambil tersenyum. Disisi lain Naruto menatap sepasang suami istri itu sambil mengepal tangannya. "Harusnya aku yang ada disana. Harusnya keadaanmu tidak begitu. Seharusnya itu anakku." kata Naruto lirih.
.
"Hinata, apa nama yang akan kau pakai untuk anakmu dan Sasuke?" tanya Naori, Hinata melirik kearah Sasuke yang tersenyum padanya. "Kami fikir akan memberi nama Utakata kalau bayinya laki-laki dan Hanabi kalau bayinya perempuan." jawab Hinata. "Utakata dan Hanabi? nama yang indah." balas Hikaku. Hinata membalasnya dengan senyuman, "Terima kasih." jawab Hinata.
.
"AYO, HINATA!" kata Naori setengah berteriak, Sasuke, Naruto, dan Naori sedang panik sekarang ini. Hinata sedang melahirkan anak itu, anak mereka.
"A-aku tidak..."
"Ayo, Hinata! sedikit lagi!" teriak Naori, Hinata menutup matanya dan mengerahkan seluruh tenaganya.
"AH~!"
"Eeeee~ hiks aaaa~"
Hinata membukan matanya ketika mendengar suara itu, suara tangisan bayi. Bayinya telah lahir! Hinata lalu tersenyum ketika Sasuke tersenyum sambil menatap bayinya. "Ini Hanabi." kata Sasuke, Hinata tersenyum. "Ha-hanabi.." kata Hinata, "Ya, anak kita perempuan. Lihatlah dia cantik sepertimu." jawab Sasuke, Naruto tersenyum kecut. Ia menatap Hinata yang menutup matanya dengan perlahan.
"Hinata!"
Naori dan Sasuke menoleh kearah Hinata. "Naori, bawa Hanabi keluar!" kata Sasuke sambil memberikan Hanabi pada Naori, Naori mengengguk patuh sambil menggendong Hanabi keluar. Sasuke menekan-nekan dada Hinata. "Bertahanlah..." kata Sasuke, "Kau akan selamat." lanjutnya. Naruto menatap tubuh Hinata, tak ada kehidupan tercium di hidung tajamnya. "Dia tiada." kata Naruto lirih. Ia lalu melangkah keluar dengan perasaan hampa. Sasuke menatap kepergian Naruto dan menunduk menatap Hinata.
"Tidak, Hinata! jangan pergi." kata Sasuke lirih sambil memeluk tubuh Hinata. "Jangan, jangan tinggalkan aku." lanjut Sasuke, ia lalu menghirup bau dari leher Hinata. Tanpa sadar ia pun menggigitnya.
"Hinata... Mengapa ini terjadi padamu?" kata Naruto, ia menghapus air mata dari sudut matanya. "Semuanya karena bayi itu! aku harus melenyapkannya. Ya, harus!" kata Naruto. Ia lalu berjalan menuju balkon tempat Naori bersama bayi Hinata dengan mata memerah menahan tangis dan amarah.
Naruto telah sampai di balkon, terlihat Naori sedang menggendong bayinya Hinata. Naruto mengepal tangannya sambil berjalan mendekati Naori yang membelakanginya. Ia menatap bayi itu dengan penuh kebencian. Bayi itu menatap Naruto dan Naruto membulatkan matanya ketika melihat seorang gadis yang memakai kimono menari-nari sambil melambaikan tangannya pada Naruto dalam bayangannya. Naruto mematung, ia lalu menjatuhkan tubuhnya dan terlihat tak berdaya disana.
.
Hinata telah dipindahkan ke sebuah ruangan terbuka yang terpapar langsung sinar matahari. Keluarga Uchiha menunduk dan menyesali apa yang terjadi. Suara tangisan Hanabi tak berhenti, bayi itu tetap menangis walau ada dalam pelukan ayahnya. Mereka menutup ruangan itu dan meninggalkan Hinata yang sudah tak bernyawa itu.
Beberapa menit kemudian...
"Nghh..."
Mengejutkan!!
Tubuh
Hinata bergerak-gerak menandakan ada yang tidak benar. Matanya terpejam
dengan sangat erat. Nafasnya terengah-engah, keringat mengucur dari
pelipisnya. Dan Hinata membuka matanya dengan cepat. Cahaya
kemerah-merahan muncul dari matanya.
"AARGH!!!!"
.
Tunggu part yang lainnya ya ^_^
Kirim kritik dan saran lewat komentar, oh ya komentarnya yang wajar-wajar aja. Jangan spam, ok?^^
Makasih..! tunggu ya, minna-san...
Link part selanjutnya klik disini
Komentar
Posting Komentar