Nii-san! part.3

Previous?

//Kisah kakak beradik yang sebenarnya bukan saudara kandung. Tak heran jika perasaan muncul diantara mereka berdua.\\

Gendre : School, Romance

Pairing : SasuHina, SasuKarin, KibaHina

Warning!! OOC, Rate T,  Fic Gaje, Alur acak-acakan, Typo, FanFic Bergambar

Selamat membaca ^^

Nii-san! 


     "Apa? jadi Karin dan Sasuke pacaran?" tanya Sakura tak percaya, Hinata menunduk, "I-iya, kata nii-san sih begitu." jawab Hinata, "Dan lagi, kemarin malam nii-san pergi keluar dan aku t-tidak tau nii-san pulang pukul berapa." lanjut Hinata, Sakura mengangguk-angguk pelan, "Saranku, kau sebaiknya tunggu Sasuke pulang, selarut apapun dia pulang." saran Sasuke, Hinata tersenyum dan mengangguk, "Kamu benar, terima kasih sarannya, Sakura." jawab Hinata dan di balas senyuman dari Sakura.

Malam...

     "N-nii-san?" tanya Hinata ketika melihat Sasuke kembali mengenakan jaket dan seperti akan keluar, "Apa?" jawab Sasuke, "N-nii-san mau keluar lagi?" tanya Hinata, "Ya." jawab Sasuke singkat, "Tapi kenapa? i-ini sudah malam, a-angin malam tidak sehat untuk kesehatan." kata Hinata, "Kalau begitu, kau yang diam di rumah." jawab Sasuke sambil melangkah keluar rumah, "K-kumohon, nii-san. Jangan melakukan hal yang buruk." kata Hinata sambil menatap kepergian Sasuke dengan tatapan cemas, "N-nii-san." kata Hinata lirih.

     Hinata terus mondar mandir di depan pintu masuk sambil sesekali menengok sebuah jam yang menempel di dinding rumahnya, "Su-sudah pukul 12 malam, tapi nii-san belum pulang juga." kata Hinata dengan nada khawatir, "Nii-san di mana? cepatlah pulang, nii-san." kata Hinata lirih. Tiba-tiba...

Tap tap tap

Hinata langsung tersenyum, "Nii-san." katanya sambil membuka pintu, tapi betapa terkejutnya ia ketika melihat Sasuke dalam keadaan yang tak seperti biasanya, "Nii-san?" tanya Hinata, "Hey Hinata, hik.. Kenapa belum tidur?" tanya Sasuke dengan langkah gontai menghampirinya. Hinata menutup mulutnya dan air mata menggenang di pelupuk matanya melihat keadaan Sasuke, "N-n-ni-nii-san ma-mabuk?" tanya Hinata dengan suara bergetar, "Mabuk? hik, tidak. Aku hanya minum sedikit saja hik. Oh iya, itu kan bukan urusanmu." jawab Sasuke sambil tertawa-tawa, "Hik, aku akan masuk ke kamarku." kata Sasuke dan berjalan melewati Hinata yang masih menatapnya tidak percaya.
     "I-ini tidak benar!" kata Hinata sambil berlari ke depan Sasuke dan membuat Sasuke menghentikan langkahnya, "Mengapa nii-san melakukan ini? a-aku tau nii-san marah padaku, tapi to-tolong, jangan rusak diri nii-san sendiri." kata Hinata sambil mendongak menatap Sasuke yang tersenyum. "Kau tau? minum seperti ini sangat menenangkan pikiranku yang terus-terusan memikirkanmu." balas Sasuke sebelum kepalanya menyentuh pundak Hinata. Hinata tak terlalu memikirkan apa yang Sasuke katakan, kalau orang tidak sadar pasti apapun di katakan, bahkan hal yang mustahil, dan ia tau kalau nii-sannya ini sudah tertidur, tanpa kata ia langsung mengalungkan tangan Sasuke dan membawa tubuh Sasuke yang lebih besar darinya menuju kamar Sasuke.

Keesokan harinya...

     "Bagaimana? kau sudah melakukannya?" tanya Sakura dan dijawab anggukan dari Hinata, "I-iya, ta-tapi sayangnya aku tak bisa menahan kantukku, ja-jadinya aku ketiduran." jawab Hinata bohong, ia terpaksa berbohong karena kalau ia jujur, entah apa yang akan dipikirkan Sakura tentang nii-sannya. Sakura menghela nafas panjang, "Ha..ah kau ini, apa perlu aku menginap di rumahmu untuk menemanimu menunggu Sasuke pulang, huh?" tanya Sakura, dengan cepat Hinata menggoyangkan kedua tangannya di depan Sakura, "Eh ti-tidak, tidak, tidak, jangan, tidak perlu Sakura." jawab Hinata. Sakura memutar matanya bosan, "Aku akan tanyakan pada Sasuke, sebenarnya apa yang dia lakukan setiap malam?" kata Sakura, Hinata tak bisa mencegah Sakura karena sahabatnya itu telah pergi menuju Sasuke yang sedang berduaan dengan Karin. Hinata memilih untuk membaca buku dan tidak melihat mereka.
     "Sasuke, aku perlu bicara denganmu." kata Sakura di depan Sasuke dan Karin, Sasuke hanya menutup matanya sebentar lalu membukanya lagi dan berdiri, "Eh, di sini saja bicaranya." kata Karin sambil menarik tangan Sasuke dan membuat Sasuke duduk lagi, Sakura hanya menghela nafas dan Sasuke mendengus.


     "Katakan." kata Sasuke pada Sakura. "Aku hanya mau tanya saja, kemana kau setiap malam?" tanya Sakura, Sasuke mendengus pelan dan melirik kearah Hinata yang menundukkan kepalanya, "Tidak kemana-mana kok, Sasuke bersama denganku." jawab Karin, Sakura menatap Karin tajam, "Aku tidak bertanya padamu." balas Sakura dingin. "Tapi yang ku katakan benar kan, Sasuke?" kata Karin sambil memeluk tangan Sasuke dengan manja, "Hn." jawab Sasuke singkat. Sakura mendelik kearah mereka berdua, "Baiklah kalau begitu, terima kasih." ujar Sakura menekankan kata akhirnya dan pergi kembali ke tempat Hinata. 
     "Dia bersama dengan Karin." kata Sakura, Hinata kemudian menunduk, "K-kalau nii-san bersama Karin, apa itu artinya Karin juga mabuk?" batin Hinata.

     "Hinata?"

Hinata langsung terlonjak, "E-eh? i-iya?" tanya Hinata, Sakura menyentuh pundak Hinata, "Aku tau ini sulit bagimu." kata Sakura. Hinata mengangguk pelan dan tersenyum lemah, "Aku tidak apa-apa kok." kata Hinata.
     "Eh, Hinata." kata Kiba dari belakang, Hinata lalu menoleh, "I-iya, Kiba. Ke-kenapa?" tanya Hinata. Kiba lalu menggaruk belakang kepalanya, "Anu, Hinata. Ada sesuatu yang ingin ku tanyakan padamu." jawab Kiba, Hinata tersenyum, "Tanyakan saja." balas Hinata. "Tidak bisa, ada     ."
     "Baik, baik aku mengerti." potong Sakura sambil bangkit dari duduknya, "E-eh, Sakura?" kata Hinata, Sakura menoleh kearah Hinata, "Aku mau bertemu dengan Naruto, kau duduk saja di sini." jawab Sakura kemudian menunjuk Kiba. "Baiklah kalau begitu, Sakura." balas Hinata, "Ah! kau ini sangat pengertian." timpal Kiba.
     "Apa yang mau kamu ta-tanyakan?" tanya Hinata, Kiba mengalihkan pandangannya ke jendela, "Ah, bagaimana ya cara mengatakannya, aku jadi bingung." jawab Kiba, "La-langsung saja, Kiba." kata Hinata sambil tersenyum, Kiba lalu menatap Hinata dan membalas senyuman Hinata, "Sebenarnya begini, anu, apa kau menganggapku lebih dari sekedar teman?" tanya Kiba, Hinata tampak berfikir dan tersenyum lagi, "Y-ya! A-aku merasa nyaman di dekatmu, dan ka-karena usiamu sedikit lebih tua dariku aku menganggapmu seperti kakakku." jawab Hinata dengan polosnya. Kiba lalu tersenyum simpul, "Hm, kakak ya?" ujar Kiba lirih. "Ya, me-memangnya kenapa?" tanya Hinata membuat Kiba tertawa garing, "Tidak, tidak, aku hanya merasa kau menganggapku lebih dari teman, makanya aku tanyakan dan ternyata benar, kau menganggapku sebagai kakakmu." jawab Kiba. Hinata hanya mengangguk-angguk sambol ber-oh.

Beberapa hari kemudian...

     Hinata merasa khawatir pada Sasuke, setiap hari ia selalu keluar malam dan pulang larut dengan keadaan mabuk, dan setiap malamnya ia harus membawa tubuh Sasuke yang lebih besar ke dalam kamar Sasuke. Dan malam ini, tampaknya Sasuke akan keluar lagi.
     "N-nii-san, jangan pergi lagi." kata Hinata sambil memegang tangan Sasuke yang hendak membuka pintu. "Kenapa? apa urusanmu?" tanya Sasuke dingin. Hinata menunduk, "J-jangan pergi, a-aku tidak mau nii-san pergi dan ma-mabuk lagi." jawab Hinata sambil mempererat pegangannya pada Sasuke.
Sasuke dengan tak kasarnya menghempaskan tangannya yang dipegang oleh Hinata, otomatis Hinata melepaskan tangannya dari Sasuke dan makin menunduk, "Bukan urusanmu." balas Sasuke.


Ia lalu berjalan melewati Hinata yang ia tau kalau tubuh Hinata bergetar menahan tangis. "Jangan menungguku seperti biasanya, tak ada gunanya menungguku pulang, tidurlah." kata Sasuke sebelum menutup pintunya, Hinata berbalik menatap pintu yang baru saja ditutup Sasuke. "Hiks, nii-san." kata Hinata lirih di sela tangisannya.

Pukul 1 malam, dan Sasuke masih belum juga kembali, tidak biasanya Sasuke pulang pukul segini. Kemana dulu Sasuke pergi? Hinata masih setia menunggu di depan pintu sambil sesekali membukanya untuk mencari Sasuke. Dan tak lama kemudian...

Tap tap tap

     "Nii-san." kata Hinata sambil membuka pintunya, dan benar saja, Sasuke telah kembali. Hinata langsung mendekati Sasuke dan mengalungkan tangan Sasuke dan membawanya ke kamar Sasuke.
Setelah sampai di kamar Sasuke, Hinata segera membaringkan tubuh Sasuke di kasur. Tapi entah kenapa, kali ini ia seolah tak bisa lagi menahan tubuh Sasuke dan alhasil, tubuhnya jatuh tepat di atas tubuh Sasuke. "A-ah!" kata Hinata, ia sadar posisinya kini dan berniat menegakkan tubuhnya, tapi tunggu! kenapa tidak bisa? ada sebuah tangan di punggungnya, tangan siapa? Sasuke? kalau itu Sasuke, berarti...Sasuke sedang memeluknya? hah?
     "N-ni-nii-san, lepaskan." kata Hinata lirih sambil berusaha melepaskan pelukan Sasuke, walaupun ia tau Sasuke tak akan mendengarnya karena Sasuke sedang tak sadarkan diri, ditambah suara yang Hinata keluarkan sangat kecil. Aneh sekali, walaupun Sasuke sedang tak sadarkan diri, tenaganya masih sangat besar dan itu membuat Hinata menyerah. "Na-nanti juga lepas sendiri, mungkin." batin Hinata.
     "N-nii-san, kenapa nii-san jadi begini? maafkan aku nii-san, aku salah. Aku tidak sadar sa-saat aku mengatakan aku tidak mau nii-san mencampurinya! dan itupun dengan nada bicara yang sangat tinggi. Ku-kumohon maafkan aku, nii-san. J-jangan marah lagi padaku. A-aku tidak bisa mengatakan ini jika nii-san sedang sadar, aku terlalu takut bahkan untuk menatap mata nii-san." kata Hinata lirih, "Dan, aku tidak b-bisa melihat nii-san mabuk seperti ini. A-aku tidak ingin melihat nii-san sakit jika terus begini." lanjut Hinata lagi disertai air mata yang menetes mengenai baju Sasuke. "Dan satu lagi, k-kalau aku boleh meminta, a-aku tak ingin nii-san dekat dengan Karin, hiks, hatiku sa-sakit melihatnya, hiks." suara tangisan keluar dari mulut Hinata dengan tubuh bergetar. Sungguh, ia tak bisa menahan tangisannya sekarang. Namun tiba-tiba sebuah tangan berada di belakang kepala Hinata dan mengelusnya pelan, "Sudah, berhenti menangis." kata Sasuke. Hinata membulatkan matanya dan mengangkat kepalanya menatap Sasuke yang ternyata membuka matanya.
     "N-nii-san, k-kamu mendengar semuanya?" tanya Hinata terkejut, Sasuke hanya tersenyum kecil, "Ya, aku mendengarnya, dan aku selalu ingat bagaimana tubuh kecilmu memindahkanku kesini. Tak ku sangka kau kuat juga." jawab Sasuke, Hinata tersenyum dan menenggelamkan wajahnya pada dada Sasuke. Kedua tangan Sasuke berpindah pada pipi Hinata dan mengangkatnya membuat wajah Hinata berhadapan dengan wajah Sasuke. "Kau tau? ini yang selalu membuat hatiku sakit." ujar Sasuke seraya mengelap air mata di pipi Hinata. Tapi Hinata kembali murung dan menghindari kontak mata dengan Sasuke, "A-apa nii-san memaafkan aku?" tanya Hinata, Sasuke mengerutkan keningnya, "Aku tidak ingat kapan kau minta maaf padaku." balas Sasuke bohong dan membuat Hinata menghela nafasnya, "Ma-maafkan aku, nii-san." kata Hinata, tapi Sasuke malah menggeleng pelan, "Lakukan dengan benar." kata Sasuke. Hinata menarik nafasnya pelan dan perlahan matanya menatap mata Sasuke, "M-maafkan aku, nii-san, aku salah. S-sungguh aku tidak sadar sa-saat aku mengatakannya. A-aku menyesal, jangan ma-marah lagi padaku." kata Hinata lalu menunduk lagi, Sasuke tersenyum, "Ya." jawab Sasuke singkat. Hinata membulatkan matanya dan menatap Sasuke lagi, "Su-sungguh?" tanya Hinata dan dijawab anggukan dari Sasuke. Hinata langsung tersenyum dan menenggelamkan wajahnya pada dada Sasuke lagi.
     "Oh ya, sepertinya tadi aku mendengar aku tak ingin nii-san dekat dengan Karin, hatiku sakit melihatnya," kata Sasuke, membuat Hinata mendongakkan kepalanya yang merona dan menunduk lagi, "Benarkah kau yang mengatakannya?" tanya Sasuke, Hinata makin menunduk dan perlahan menganggukkan kepalanya, "Kau tau apa artinya?" tanya Sasuke, Hinata mengangguk lagi, "Sa-sakura bilang, i-itu artinya aku menyukai nii-san, bu-bukan suka seorang adik pada kakaknya, tapi suka seseorang pada lawan jenisnya, ci-cinta." jawab Hinata dengan rona merah makin jelas di pipinya. Tiba-tiba Sasuke menempatkan tangannya di punggung dan di belakang kepala Hinata sehingga wajah Hinata kembali bertemu dengan dada bidang Sasuke, "Aku juga merasakan hal yang sama saat kau bersama Kiba." balas Sasuke lirih.

     "Eh?"

.
Keesokan harinya...

     Karena ini hari minggu, seperi biasa Hinata bangun lebih siang dari biasanya. Tapi entah kenapa pagi ini terasa sangat berbeda, perlahan ia membuka matanya dan mengumpulkan kesadarannya. Seketika mata Hinata membulat menyadari posisinya, ruangan ini bukan kamarnya! ini...
Ia menoleh ke sebelah kirinya dan melihat Sasuke tertidur dengan memeluk erat pinggangnya, "N-n-n-nii-san?" ucap Hinata pelan berharap Sasuke bangun     mana bisa dibangunin pake suara yang pelan, hadeuh :v     namun Sasuke tidak bangun juga, dan Hinata makin merinding ketika nafas Sasuke mengenai lehernya.

     Hinata sedang membaca sebuah buku, namun ia tak fokus membacanya karena terus teringat kejadian kemarin malam dan tadi pagi, sesekali ia tersenyum dan pipinya merona tipis. Ini pertama kalinya ia merona dan berdebar ketika memikirkan Sasuke. "Kenapa pipimu merona begitu?" tanya Sasuke yang sudah duduk di sampingnya, Hinata menjadi salah tingkah dan berusaha menyembunyikan pipi merahnya menggunakan buku, tapi sayangnya Sasuke menahannya, "Jangan ditutup, aku menyukainya, jadi biarkan aku melihatnya." ujar Sasuke dengan nada menggoda sambil menjauhkan buku dari wajah Hinata.
     "K-kenapa nii-san selalu menggodaku?" tanya Hinata pelan, Sasuke lalu terkekeh, "Karena kalau aku menggodamu, pipimu akan merona dan aku menyukainya." jawab Sasuke yang membuat Hinata merona, lagi.


Malam...

     "N-nii-san? nii-san mau kemana? a-apa nii-san akan keluar dan ma-mabuk lagi?" tanya Hinata sambil menatap Sasuke yang sedang merapikan jaketnya. "Ya, aku akan keluar, tapi tidak mabuk lagi. Aku akan bertemu dengan Karin dan mengakhiri hubungan kami. Setelah itu aku kembali pulang." jawab Sasuke, Hinata menggigit bibir bawahnya. "U-um, ba-baiklah nii-san." timpal Hinata. Sasuke tersenyum sambil mengelus puncak kepala Hinata.

Beberapa jam kemudian...

Kret..

     Hinata menoleh, "I-itu pasti nii-san." ujar Hinata sambil melangkah kearah pintu. Namun sayang, perkiraannya salah, bukan Sasuke yang datang tapi...

     "P-pencuri!!"

Sang pencuri lalu menoleh kearah Hinata yang bergetar menahan takut, "He? kukira tak ada orang di sini." kata pencuri itu sambil mendekat kearah Hinata yang memundurkan langkahnya. "B-be-b-berhenti di sana! j-j-j-jangan mendekat!" ucap Hinata lalu membalikkan badannya dan berlari menuju kamarnya, sang pencuri berambut oranye dengan tindikan itu hanya terkekeh sambil mengikuti Hinata.

Brak!

Hinata menutup pintu kamarnya dan cepat-cepat berniat menguncinya, tapi sayang, Pein     pencuri tadi     nampaknya sudah sampai di depan pintu dan menggebrak-gebrak pintunya, "Buka! ayo cepat buka!" teriak Pein sambil mendobrak-dobrak pintu tersebut dan alhasil Hinata ikut terpental-pental bersama pintunya, "Buka pintunya!" teriak Pein lagi. Hinata menutup matanya, air mata mengucur dari sudut matanya. "N-nii-san cepatlah pulang, t-tolong aku, nii-san." batin Hinata

     "Apa? kau mau kita akhiri hubungan ini?" tanya Karin tak percaya, "Hn." jawab Sasuke singkat dan langsung beranjak dari tempat duduknya, "Tunggu! tapi kenapa?" tanya Karin lagi meminta penjelasan, "Aku tak suka kau." jawab Sasuke singkat     lagi     sambil melangkah pergi dari sana meninggalkan Karin yang menatap kepergiannya dengan air mata.
     Di tengah jalan menuju pulang, seseorang menepuk pundak Sasuke dan membuat Sasuke menoleh, "Apa?" tanya Sasuke pada Kiba, orang yang menepuknya tadi. "Kulihat belakangan ini kau sering keluar malam dan selalu pulang tengah malam. Kenapa sekarang pukul 9 malam saja kau sudah pulang?" tanya Kiba dan melangkah di samping Sasuke, "Aku hanya berfikir kalau itu adalah sebuah kesalahan. Makanya aku rasa aku harus hentikan kebiasaan itu. Dan karena aku sering pulang larut, aku selalu membuat Hinata menunggu sampai larut juga." jawab Sasuke, Kiba hanya mengangguk-angguk, "Kau sudah baikkan dengannya?" tanya Kiba lagi, "Hn." jawab Sasuke.

Hening

"Eh, Sasuke. Bolehkah aku ikut ke rumahmu untuk menemui Hinata?" tanya Kiba, dan dijawab anggukan pelan dari Sasuke.

     "Aku pulang." kata Sasuke sambil melepas sepatu yang ia pakai, sementara Kiba masih terdiam sambil memperhatikan sekelilingnya, "Kenapa?" tanya Sasuke. Kiba lalu menjawab dengan mata yang masih memperhatikan setiap sudut rumah yang berantakan. "Rumahmu, kenapa berantakan begini? dan, dimana Hinata?" tanya Kiba sekaligus sebagai jawaban. Sasuke memandang Kiba heran lalu ikut melihat sekelilingnya dan langsung ikut terdiam. "Aku rasa ada yang tidak beres di sini. Kiba, ikut aku." kata Sasuke sambil berlari kearah kamar Hinata dan diikuti Kiba dari belakang.

Brak!

Sasuke mendobrak dengan paksa pintu kamar Hinata yang terkunci, dan apa yang dia lihat...
     "Hinata." kata Sasuke lirih dengan amarah yang memenuhi matanya, "Berani sekali kau!" teriak Sasuke sambil mendekat kearah Pein dan menariknya lalu meninjunya dengan penuh emosi. Sementara Kiba mematung ketika melihat Hinata yang sangat rapuh dan makin rapuh berada di pojok ruangan dengan bagian pundak yang sudah terbuka dan beberapa bercak merah di sana, tak lupa air mata yang membasahi pelupuk mata dan pipinya.

 "Hiks, hiks." suara isakan tangis Hinata membuat Sasuke makin marah dan juga menyadarkan Kiba yang mematung, tanpa kata lagi Kiba mendekat kearah Hinata sambil melepas jaket yang ia kenakan dan memakainya untuk menutupi bagian tubuh Hinata yang terbuka. "Hiks, k-k-k-ki-ki..." kata Hinata tergagap, Kiba menggeleng pelan dan memeluk tubuh Hinata yang bergetar, "Kau aman sekarang, Hinata. Kami sudah di sini." kata Kiba.
Ia lalu teringat sesuatu dan melepaskan pelukannya pada tubuh Hinata, "Tunggu di sini." kata Kiba sambil melangkah keluar. Entah apa yang akan dia lakukan. Sementara Hinata menatap Sasuke yang masih memukuli Pein, belum pernah ia melihan Sasuke sampai semarah itu. "Hiks, nii-san." kata Hinata lirih.
     "Dasar pria tidak berguna! berani sekali kau menyentuh adikku! berani sekali kau menyentuh Hinata!" teriak Sasuke dan tak henti-hentinya ia masih memukuli Pein yang wajahnya sudah membiru dan darah dari sudut bibirnya. "A-a-ampuni aku, ugh!" ujar Pein.
     "S-su-sudah nii-san, he-hentikan. Hiks." ujar Hinata sambil memegang satu tangan Sasuke. Sejenak Sasuke menghentikan pukulannya dan menatap Hinata yang membuatnya makin marah saja. "Tidak bisa, Hinata. Lihat apa yang sudah pria brengsek ini lakukan padamu!" Sasuke melepaskan tangan Hinata dan kembali memukuli Pein yang sudah tak berdaya itu.

     "Hentikan Sasuke."

Sasuke dan Hinata lalu menoleh ke arah suara dan mendapati Kiba bersama beberapa orang polisi. Polisi tadi lalu mendekat ke arah mereka dan mengangkat tubuh Pein yang telah babak belur oleh Sasuke. "Hukum orang ini dengan berat, pak." ujar Kiba dan dijawab anggukan dari sang polisi.
     "Kau pulanglah, Kiba." kata Sasuke, Kiba lalu menoleh, "Eh? apanya?" tanya Kiba tak mengerti. "Kau pulang saja." jawab Sasuke. "Tapi Hinata..."
     "Aku kakaknya, aku bisa mengurusnya." potong Sasuke, Kiba mengangguk pelan, "Baiklah aku akan pulang." balas Kiba. "Oh ya satu lagi. Jangan katakan apapun pada siapapun tentang kejadian ini." kata Sasuke sambil melempar jaket Kiba yang digunakan untuk menutup tubuh Hinata. Kiba mengangguk pelan dan berbalik, "K-k-k-ki-kiba, te-terima kasih ya." ujar Hinata. "Ya, aku senang melakukannya." jawab Kiba sebelum melangkah pergi.

     "Maaf tak bisa melindungimu." kata Sasuke, "Aku tidak pantas disebut kakak." lanjut Sasuke sambil menunduk merasa bersalah. Hinata tersenyum kecil, "Nii-san datangpun a-aku sudah senang, a-aku merasa sudah aman bila nii-san ada di depan mataku. A-aku senang punya kakak seperti nii-san." jawab Hinata. Sasuke hanya tersenyum simpul dan menyelimuti Hinata lalu mengelus puncak kepala Hinata. "Tidur." kata Sasuke sebelum melangkah keluar kamar Hinata.

Keesokan harinya...

     "Kau baik-baik saja, Hinata?" tanya Kiba khawatir dan dijawab anggukan pelan dari Hinata, "Aku baik-baik saja, kok." Kiba tersenyum mendengar jawaban dari Hinata. "Hinata, ke kantin yuk!" kata Sakura tiba-tiba sambil menarik tangan Hinata tanpa persetujuan dari pemiliknya, dan Kiba hanya menatap kepergian mereka sambil menghela nafas.
     "Kau mencintai Hinata ya?" tanya Sasuke, Kiba tertawa hambar, "Tidak kok, kalaupun aku memang mencintainya aku tak akan bisa memilikinya karena dia menganggapku sebagai kakaknya." jawab Kiba, Sasuke hanya diam menanggapi jawaban Kiba. Dari nada bicaranya, terdengar jelas kalau dia mencintai Hinata.

      "Kakak ya?"
.
.
.
2 tahun kemudian...
     "Nona Hinata, apakah anda bersedia untuk menjadi isteri dari Tuan Sasuke?" tanya seorang pendeta yang berada di antara Sasuke dan Hinata, "I-iya." jawab Hinata sambil melihat wajah Sasuke yang tersenyum, "Dan Tuan Sasuke, apakah anda bersedia untuk menjaga dan melindungi Nona Hinata sebagai suaminya?" tanya pendeta lagi, "Aku bersedia." jawab Sasuke dengan menatap Hinata yang merona. "Baiklah kalau begitu, kalian resmi menjadi pasangan mulai sekarang." ujar pendeta disusul dengan tepuk tangan dan teriakan dari para tamu undangan.
     "Aku tidak menyangka Sasuke benar-benar menikahi adiknya." kata Lee, Sakura menghela napas, "Memangnya salah? Hinata kan bukan adik kandung Sasuke." timpal Sakura, "Ya memang tidak salah, tapi bagaimana nasib orang yang menyukai Hinata ya saat melihat ini?" jawab Lee sambil melirik ke arah Kiba, "Apa kau?" kata Kiba tajam. Shino terkekeh kecil, "Kapan kau akan menyusul, Kiba?" tanya Shino dengan nada mengejek, Kiba mendengus, "Setelah aku punya pasangan nanti, aku pasti menyusul." jawab Kiba dilanjut dengan helaan napas berat. Mereka lalu tertawa-tawa sambil menikmati acara pernikahan tersebut.

Malam hari...

     "N-nii-san, aku tidak menyangka hari ini a-akan terjadi." ujar Hinata sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Sasuke menyerigai jahil kemudian mendekat ke arah Hinata dan memeluk pinggangnya dari belakang, membuat Hinata merona. "A-a-ano, n-ni-nii-san, ano..."


     "Kau masih memanggilku 'nii-san', aku suamimu sekarang." bisik Sasuke tepat di telinga Hinata, "Panggil aku 'Sasuke'." lanjutnya kemudian menjilat kuping Hinata dan membuat Hinata merinding. "A-a-a-aa, ba-baiklah. Sa-sa-suke." jawab Hinata makin gagap. Sasuke menyerigai evil, "Hn bagus. Sebut nama itu nanti dengan suara indahmu." ujar Sasuke, Hinata membulatkan matanya.

     "KYA!"

.
.
Hehehe, ini endingnya nih. Kalo kelanjutannya kalian bayangin aja sendiri deh, aku masih polos XD

Kirim kritik dan saran supaya aku menjadi lebih baik lagi ^^

Jangan lupa kunjungi ff aku yang lainnya ^^

Arigatou^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wolf : Mine

Nii-san! part.1

Vampire : Sorry