Just One Day

//Uchiha Sasuke, murid baru yang terkenal dengan kenakalannya di KHS, dia sangat sombong dan juga angkuh. Banyak yang membenci Sasuke, bahkan dia hanya punya sedikit teman. Namun bagaimana jadinya kalau Sasuke disuruh oleh kepala sekolah belajar bersama seorang gadis yang merupakan juara kelas dan akhirnya hatinya luluh oleh gadis itu tapi berakhir tragis? Simak ceritanya disini...\\

Gendre : Romance, School

Pairing : SasuHina

 Warning!! OOC, Rate T, Fic Gaje, Alur acak-acakan, Typo, FanFic Bergambar.

Selamat membaca ^^

Just One Day


Pukul 08.30 am.

Bel masuk sudah berbunyi dan gerbang sekolah juga sudah ditutup. Semua murid sudah masuk kelas, kecuali seorang pemuda nakal yang berada di ruang kepala sekolah.
  "Uchiha Sasuke! Baru saja kau masuk ke sekolah ini, sudah 7 kali kau terlambat! Dan juga nilai ujianmu selalu jelek! Padahal baru beberapa hari kita ujian! Mau sampai kapan?" tanya Kepala Sekolah, Tsunade dengan kesal pada pemuda itu, Sasuke. "Aku sudah berusaha untuk tidak terlambat." Jawab Sasuke.
  "Alasan saja! Apa hukuman yang pantas untukmu,ya?"
  "Di keluarkan dari sekolah?"
  "Tidak. Hm Shizune, panggilkan Hyuga Hinata dari kelas XI-H." kata Tsunade pada asistennya, Shizune. Shizune lalu mengangguk dan pergi menuju kelas Hinata, XI-H.

Beberapa menit kemudian...

Tok...Tok...
  "Masuk."
Pintu pun terbuka, menampakkan seorang gadis berambut Indigo.
  "Ah! Hinata, duduklah." kata Tsunade. Gadis bernama Hinata itu lalu duduk disamping Sasuke.
  "Maksudku memanggilmu adalah, aku ingin memberikan hukuman pada Sasuke." kata Tsunade. Sasuke mengangkat sebelah alisnya.
  "Jadi? Kenapa memanggilnya?" tanya Sasuke. "Hukumanmu adalah belajar bersama dengan Hinata. Dan Hinata, awasi dia belajar." kata Tsunade. Sasuke dan Hinata sama-sama tercengang dengan perkataan Tsunade.
  "Tapi..."
  "Sudah, jangan banyak bicara! Kau akan mulai belajar hari ini." potong Tsunade, Sasuke mendengus kesal.
.
.
  "Tch, menyebalkan sekali dia itu. Memangnya dia siapa berani memerintah ini itu padaku?" kata Sasuke kesal. "Su-sudah, jangan banyak bicara. A-ayo belajar, se-setelah jam istirahat berakhir, ki-kita akan ujian lagi." balas Hinata.
  "Hn."
Sasuke lalu merobek bukunya lalu mengambil selembar kertas, dan mulai meyalin sesuatu dalam buku di kertas itu. Hinata terus memperhatikan Sasuke.
  "A-apa yang kamu lakukan?"
  "Membuat contekan."
  "A-apa? Ke-kenapa?"
  "Tch, agar aku mendapat nilai bagus tanpa harus belajar." jawab Sasuke dengan enteng. Hinata mengerucutkan bibirnya dan merebut buku yang sedang Sasuke salin.
  "Hey! Hey! Apa yang kau lakukan?!"
  "Ke-kepala sekolah meminta mu untuk belajar, bu-bukan untuk membuat contekkan!" jawab Hinata dengan kesal. Sasuke menatap Hinata dengan bosan. "Ayo kembalikan!" kata Sasuke sambil berusaha merebut buku itu, namun Hinata malah menjauhkan bukunya dan membuat Sasuke kesal.
  "Tch, kembalikan!"
  "Ka-kamu harus belajar, bu-bukannya membuat contekan..."
  "Ku bilang kembalikan!"
Sasuke lalu menarik tangan Hinata hingga membuat Hinata mendekatinya. Hinata terbelalak dan pipinya merona kala wajahnya dan wajah Sasuke berdekatan. Sasuke masih dengan wajah datar dan menatap mata cerah milik Hinata.


.
.
Kriiiing...
 Bel tanda waktu istirahat telah berakhir, dan seluruh murid masuk ke kelas masing-masing tak terkecuali Sasuke dan Hinata. Hinata masuk ke kelasnya XI-H dan Sasuke juga masuk kelasnya XI-D. Mereka akan memasuki pelajaran ke-2 ujian.

80 menit kemudian...

Kriiiing... 
 Bel tanda pelajaran berakhir dan waktunya pulang, murid-murid lalu berhambur keluar kelas.
Hinata berjalan menuju kelas Sasuke, XI-D untuk mengawasi Sasuke belajar. Belum sampai ia dikelas Sasuke, tiba-tiba seseorang memanggilnya. Hinata pun menoleh, dan ternyata itu Sasuke. Sasuke sedang duduk dibangku taman. Hinata lalu berjalan mendekati Sasuke dan duduk disampingnya. 
  "Be-berapa nilai ujianmu?" tanya Hinata. Sasuke mendelik kearah Hinata dan menghela nafasnya lalu memberikan kertas ujiannya pada Hinata.
  "Hah? Da-dapat nilai 4?!" kata Hinata sambil membulatkan matanya. Sasuke mendecih.
  "Semua ini karena kau!"
  "Ke-kenapa aku?"
  "Yah, kalau saja kau tidak menghalangiku membuat contekan, aku tak akan mendapat nilai seburuk ini!!"
  "I-ini jelas salahmu, Ha-harusnya kamu belajar, bu-bukannya membuat contekan!"
  "Terserah kau saja."
Hinata menatap Sasuke dengan kesal, dan Sasuke menatap Hinata dengan bosan.


  "Su-sudahlah, sekarang kita belajar." kata Hinata sambil memberikan sebuah buku pada Sasuke. Sasuke lalu mengambil buku itu tanpa menatap Hinata, dan Hinata pun sama.
.
.
 Rumah Sasuke...
  "Berapa nilai ujianmu, Sasuke?" tanya Fugaku, ayah Sasuke. ''4" jawab Sasuke singkat. "Apa?! 4? kenapa kau bisa mendapat nilai seperti itu?! kenapa kau tidak belajar?! hobimu hanya bermain-main saja! kapan kau akan dewasa?!'' tanya Fugaku dengan kesal. Sasuke mendengus pelan dan pergi menuju kamarnya, Fugaku hanya menghela nafas melihat kelakuan putra bungsu nya itu.
.
  "Sasuke?" tanya ibu Sasuke, Mikoto. Sasuke lalu menoleh kearah suara.
  "Ibu?"
Mikoto lalu mendekati Sasuke. "Apa kamu marah pada ayahmu?" tanya Mikoto. "Tentu saja bu. Dia sangat berisik, apa urusannya nilai ujianku dengannya?"
Mikoto lalu tersenyum lembut dan mengelus puncak kepala Sasuke.
  "Sasuke, menurut ibu apa yang di katakan oleh ayahmu itu benar. Kamu jangan terus bermain, jangan lupa belajar." kata Mikoto, Sasuke terdiam. Mana bisa ia membantah perkataan ibu nya tersayang. "Baiklah ibu, aku akan perbaiki nilaiku dengan belajar." balas Sasuke.
  "Baiklah, ayo belajar."
Sasuke mengangguk patuh.
.
.
 Keesokan harinya, jam istirahat...

  "Ba-bagaimana nilaimu?" tanya Hinata. "Lebih baik." jawab Sasuke. Hinata menatap Sasuke tidak percaya "Be-benarkah?" tanya Hinata, Hinata lalu tersenyum senang. Sasuke menatap Hinata dan matanya membulat kala menyadari senyuman Hinata mirip dengan senyuman ibunya.




  "Sa-Sasuke?" kata Hinata sambil memperhatikan Sasuke yang melamun sambil memandangi wajahnya. Sasuke tak bergeming. Merasa tak ada yang berubah, Hinata menyentuh pundak Sasuke. Dan Sasuke terlonjak.
  "Apa?"
  "K-kamu kenapa?"
  "Tidak apa-apa, ayo belajar lagi." kata Sasuke sambil membuka bukunya dan membacanya. Hinata tersenyum simpul sambil memandangi wajah Sasuke. Sasuke lalu mengalihkan pandangannya pada Hinata yang masih tersenyum simpul. ''Ada apa? Ayo belajar!" kata Sasuke, Hinata lalu tersadar dan ikut membaca bukunya. Sasuke tersenyum kecil.
.
.
Pulang sekolah...
   
  "Bagaimana nilai ujianmu tadi?" tanya Sasuke. Kini giliran Sasuke yang bertanya. Hinata tersenyum kecil.
  "Ni-nilaiku sangat me-memuaskan. Ka-kamu bagaimana?"
  "Nih." jawab Sasuke sambil memberikan kertas ujiannya. Hinata lalu menerimanya dan melihat hasil ujian Sasuke. Hinata kemudian tersenyum lalu menatap Sasuke.
  "Ni-nilainya sangat jauh berbeda de-dengan yang kemarin. I-ini sangat baik, Sasuke." kata Hinata. sambil kembali memberikan kertas ujian milik Sasuke. Sasuke tersenyum kecil.
  "Semua ini berkat dirimu."
  "A-aku? ti-tidak, ini semua berkat usahamu sendiri. Ka-karena kamu mau belajar, jadinya kamu mendapat nilai yang baik."
  "Ya, tapi kalau kau tidak berisik untuk mengingatkan ku belajar, maka aku tidak akan berhasil."
  "A-apa kamu bilang?! Be-berisik??!" kata Hinata sambil memukul-mukul Sasuke dengan buku. Sasuke terkekeh, ia lalu berlari sementara Hinata mengejarnya dengan kesal.
.
.
Rumah Hinata...

Tok...Tok...Tok...Tok...

  "Hinata?" kata ayah Hinata, Hiashi. Merasa tak ada jawaban dari dalam kamar Hinata, Hiashi membuka pintu kamarnya. Mata Hiashi membulat ketika melihat puterinya terbaring lemah dengan darah di telapak tangannya.
  "Hinata!!"
.
.
 Keesokan harinya...

Sasuke telah tiba di gerbang sekolahnya. Aneh memang, biasanya Hinata akan langsung menghampirinya kalau ia sudah sampai di gerbang sekolah. Tapi kini berbeda, Hinata tak kunjung menghampirinya. Hm, mungkin saja Hinata lelah kan kalau harus menunggu Sasuke? dengan buku yang ia pegang, ia mencari-cari sosok Hinata mulai dari kelas Hinata, taman, perpustakaan bahkan sampai atap sekolah. Ia lalu menemukan dan menghampiri salah seorang temannya, Naruto.
  "Naruto, apa kau melihat Hinata?"
  "Hm... Hinata ya? aku masih belum melihatnya hari ini. Mungkin dia masih belum datang."
  "Begitu ya?"
Sasuke lalu berbalik dan menuju taman untuk belajar sambil menunggu Hinata.

Kriiing...

 Bel tanda masuk telah berbunyi, pertanda bahwa semua murid harus masuk dan ujian akan segera dimulai. Tapi Sasuke belum melihat Hinata sejak tadi. Apa mungkin Hinata tidak masuk? ah tidak! tidak! mungkin Hinata sudah masuk ke kelasnya dan Sasuke tidak melihatnya.

80 menit kemudian...

Kriiing...
 Bel tanda pelajaran pertama berakhir, waktunya istirahat. Sasuke segera mengambil bukunya dan segera pergi ke kelas Hinata, XI-H. Tapi lagi-lagi, dia tidak menemukan Hinata. Ia lalu mendekati seorang gadis yang merupakan teman Hinata, Tenten.
  "Tenten, apa Hinata ada dikelasnya?"
  "Hinata? dia tidak sekolah hari ini."
  "Tidak sekolah? kenapa?''
  ''Katanya sih, penyakitnya kumat."
  "Kumat? maksudnya?"
  "Iya, dia sakit. Tapi aku tidak tahu dengan jelas. Coba saja nanti kau pergi ke rumahnya."
  "Dimana rumahnya?"
Tenten lalu menarik sebelah tangan Sasuke dan menuliskan sesuatu di tangannya.
  "Apa ini?"
  "Alamat Hinata. Coba kau datangi."
  "Baiklah, terima kasih."
.
.

Rumah Hinata...

Tok..Tok..Tok..

  "Eh? anda siapa?" tanya seseorang pada Sasuke.
  "Aku temannya Hinata. Apa Hinata ada dirumah?"
  "Nona Hinata tidak ada disini, sejak kemarin malam seluruh keluarga ini pergi ke rumah sakit." jawab orang itu. "Maaf, anda siapa nya keluarga ini?" tanya Sasuke. "Saya adalah pembantu rumah ini." jawab orang itu.
  "Eh. Kenapa seluruh keluarga ini ke rumah sakit?" tanya Sasuke. Pembantu itu lalu menunduk "Nona Hinata, penyakitnya menyerang lagi..." jawab pembantu itu.
  "Apa?! penyakit? di-dirumah sakit mana Hinata dirawat?"
  "Rumah sakit dekat taman."
  ''Baiklah, aku akan kesana sekarang juga. Terima kasih." kata Sasuke. Sasuke lalu berlari dengan cepat menuju rumah sakit itu.
.
Di rumah sakit..

Dengan cepat Sasuke menuju ke resepsionis.
  ''Perawat, dimana? dimana kamarnya pasien yang bernama Hyuuga Hinata?" tanya Sasuke dengan nafas ngos-ngosan.
  "Sebentar.''
Perawat itu lalu membuka-buka bukunya.
  "Ah! ini dia, kamarnya Hyuuga Hinata adalah nomor 231, di lantai 2." jawab perawat itu. Sasuke lalu segera berlari menuju lift rumah sakit itu. Dilihatnya nomor lantai, masih berada di lantai 6.
  "Tidak ada waktu!" kata Sasuke sambil menuju tangga. Ia lalu menaiki tangga itu sambil berlari-lari.

 "Hinata."


Ia telah sampai di lantai 2 dan didepan pintu kamar nomor 231. Ia lalu membuka pintu kamar itu. terlihatlah gadis yang ia cari-cari sedang terbaring tak sadarkan diri, dengan raut wajah keluarganya yang sedih.

  "Hinata..."

Semua yang ada di kamar itu menoleh ke arah suara.
  "Siapa kau?" tanya Neji, kakak Hinata. "Aku Sasuke, temannya Hinata." jawab Sasuke sambil mendekat. "Aku adalah murid yang nakal dan bodoh. Hinata di suruh oleh kepala sekolah untuk mengawasiku belajar. Dan selama itu nilaiku terus meningkat. Tapi hari ini aku tak melihat Hinata di sekolah. Karena itu lah aku datang kesini." lanjut Sasuke. Seluruh keluarga mengangguk paham. Sasuke menatap tubuh Hinata yang tak berdaya itu.
  "Apa yang sebenarnya terjadi pada Hinata?" tanya Sasuke. Hiashi mendekat dan menyentuh pundak Sasuke. "Sasuke, Hinata terkena penyakit kanker otak, kemarin malam Hinata telah sampai pada puncaknya, darah mengucur dari hidungnya dan ia batuk darah, dari kemarin malam itu Hinata belum sadar entah sampai kapan Hinata akan tetap bertahan. Sampai sekarang dia masih hidup pun itu adalah sebuah keajaiban. Tuhan bisa mengambilnya kapan saja." jawab Hiashi. Sasuke membulatkan matanya. "Kanker otak?" tanya Sasuke lirih. Hiashi tersenyum kecil dan mengangguk. Sasuke menatap lagi Hinata. Berharap ia akan bangun.
  "Hinata." batin Sasuke.


.
.
Keesokan harinya...

  Sasuke membuka matanya dengan bosan, ia melirik jam dinding dan waktu masih menunjukkan pukul 06.37 sementara kelas akan dimulai pukul 08.55 masih ada banyak waktu untuk dirinya bermalasan belajar di rumahnya.

Drrt.. Drrt..

Suara ponsel Sasuke bergetar. Sasuke melirik dan mengambil ponselnya lalu mengangkat telponnya.
  "Moshi moshi?"
  "Mo-moshi moshi."
Mata Sasuke membulat ketika tau siapa yang meneleponnya.
  "Hinata, kau sudah sadar?"
  "Haha, i-iya. A-aku baru sadar. Ma-maaf kemarin dan sekarang aku ti-tidak bisa mengawasimu belajar, Sasuke.''
  "Tak apa, jangan fikirkan aku, fikirkan dirimu sendiri agar kau bisa cepat sembuh."
  "Uhm, i-iya. Bagaimana hasil ulangan kamu kemarin?"
  "Sangat baik Hinata, sangat..."
  "Ba-baguslah, Sasuke. Se-sebaiknya kamu cepat bersiap, sekolah akan se-segera dimulai."
  "Iya, iya akan ku lakukan."
  "Baiklah, Sa-sayonara..."
  "Sayonara."
.
.
 Siang hari... Sepulang Sekolah di Rumah Sakit...
   
  "Ayah, ka-kapan aku bisa sembuh?" tanya Hinata. Hiashi mengelus puncak kepala Hinata. "Segera, nak." jawab Hiashi. Hinata terisak. Hiashi lalu memandang kearah pintu lalu Hiashi tersenyum. "Lihat siapa yang datang." kata Hiashi. Hinata menoleh dan mendapati seseorang tersenyum padanya.


  "Sa-sasuke?"
Sasuke mendekat kearah Hinata. "Kau cengeng, Hinata." kata Sasuke. Hinata mengerucutkan bibirnya. "A-aku tidak cengeng tau!" balas Hinata. "Benarkah? lalu apa itu kalau bukan air mata, huh?" tanya Sasuke menggoda. Hinata membulatkan matanya dan segera menghapus air matanya tadi. "I-ini..." Sasuke dan Hiashi terkekeh kecil. "Um, aku akan segera kembali." kata Hiashi lalu ia berjalan keluar. Hinata memandang kepergian ayahnya itu.
  "Oh ya, Hinata. Lihat ini." kata Sasuke sambil memberikan hasil ulangannya. Hinata lalu menerimanya dan tak lama kemudian ia tersenyum. "Ni-nilai 98? wah.. kamu hebat! a-aku saja belum pernah mendapat ni-nilai seperti ini." kata Hinata. Sasuke tersenyum tipis dan mengalihkan pandangannya keluar jendela.
  "Bi-bisa-bisa kamu yang akan menggantikan a-aku nanti menjadi juara kelas."
Refleks Sasuke langsung menatap Hinata.
  "Apa maksudmu 'menggantikan' mu?"
  "Iya, a-aku kan sebentar lagi akan tiada. Ja-jadi..."
  "Cukup Hinata. Jangan katakan itu, kau akan sembuh."
Hinata tersenyum lemah dan air mata kembali mengucur dari ujung matanya.
  "Su-sudah tidak ada harapan lagi u-untukku hidup. Se-semua akan hancur, da-dan aku akan pergi."
  ''Hinata...''
  "Da-dan, hiks do-dokter bilang aku tak akan hidup le-lebih dari 1 minggu lagi hiks." kata Hinata sesegukan. "Hentikan Hinata!" kata Sasuke agak keras yang membuat Hinata terdiam.
  "Jika memang benar kau tak akan hidup lebih dari 1 minggu, katakan padaku apa permintaan terakhirmu padaku, akan aku lakukan." kata Sasuke melembut sambil menatap Hinata dalam. Hinata tersenyum lembut. "Aku tak i-ingin apapun.'' jawab Hinata. Sasuke terdiam.
.
.
Hari Minggu...
  ''Tuan Hiashi, bisakah aku mengajak Hinata jalan-jalan?" kata Sasuke, Hiashi terdiam. "Tapi, usianya..."
   "Ya, aku tau. Karena itulah aku ingin menghabiskan waktu dengannya di detik-detik terakhir hidupnya." jawab Sasuke. Hiashi kembali diam. "Baiklah. Minta izin pada dokter." balas Hiashi kemudian. Sasuke mengangguk.
.
  ''Dokter, aku akan membawa Hinata berjalan-jalan. Izinkan aku."kata Sasuke pada seorang dokter. "Tapi, Hinata kan..."
  "Iya aku tau, keadaannya tidak memungkinkan. Aku ingin dia menghabiskan waktu 1 hari terakhirnya bersamaku." kata Sasuke. Dokter itu lalu terdiam. "Baiklah. Tapi aku tidak bisa jamin Hinata bisa kembali dalam keadaan hidup atau tidak." balas sang dokter. Sasuke mengangguk paham. "Terima kasih."
.
  "Hinata, aku ingin mengajakmu pergi ke suatu tempat dan udah ku izinkan pada ayahmu dan dokternya."
  "Ke-kemana?"
Sasuke lalu mengulurkan satu tangannya ke belakang kepala Hinata dan satu tangan lagi ke bawah kaki Hinata dan menggendongnya ala bridal style. Hinata sangat terkejut dengan perlakuan Sasuke dan pipinya merona.
  "He-hey? ka-kamu mau membawaku kemana?"
Sasuke tak menjawab dan hanya tersenyum tipis. Lalu Sasuke melangkah keluar     sambil menggendong Hinata     menuju mobilnya. Setelah sampai di mobil, Sasuke mendudukkan Hinata di kursi depan dan ia melangkah memutar menuju kursi supir.
  "Siap, Hinata?" tanya Sasuke. Hinata tersenyum tipis dan mengangguk. Sasuke lalu melajukan mobilnya.
.
.
  "Kita sampai." kata Sasuke, Hinata melihat ke sekelilingnya dan tersenyum. "Sa-sasuke, i-ini kan..."
  "Ya, taman hiburan. Kita akan menghabiskan waktu satu hari disini."
Hinata menatap Sasuke dan Sasuke juga menatap Hinata. "Ma-maksudmu a-apa?" tanya Hinata. Sasuke tersenyum lemah. "Aku ingin menghabiskan 1 hari terakhir bersamamu, disini..." jawab Sasuke. Hinata membalas senyuman Sasuke dengan senyuman lemah dan ia lalu menunduk.
  "Sudahlah, ayo kita bermain." kata Sasuke sambil memegang tangan Hinata. Hinata melirik Sasuke dan tersenyum lembut.
.
 Ditaman bermain, mereka banyak menaiki wahana, mulai dari yang romantis sampai yang ekstrim. Baru kali ini Sasuke melihat Hinata seperti sekarang ini, tersenyum gembira.


Dan mereka sampai pada tempat terakhir ditaman itu, rumah hantu... Dimana semua pemuda mengajak pasangannya untuk mencari kesempatan dalam kesempitan. Dan benar saja, selama diperjalanan Hinata tak melepaskan genggaman tangannya dari Sasuke, dan saat ditengah jalan dalam rumah hantu itu, Hinata berteriak ketakutan sambil memeluk tangan Sasuke, sementara Sasuke menyerigai.
.
 Acara bermain sudah selesai, sekarang mereka sedang makan Sasuke makan dengan lahapnya sementara Hinata terus terdiam sambil menunduk. Sasuke yang menyadari itu langsung mendekat.
  "Kenapa Hinata?" tanya Sasuke khawatir. Hinata masih terus terdiam dan menunduk. 'Jangan-jangan...' batin Sasuke. Sasuke segera menarik tangan Hinata dan membawa Hinata menuju mobilnya dan segera melajukan mobil itu.
  "Hinata, kau baik-baik saja kan? bertahanlah." kata Sasuke sementara Hinata duduk dengan lemas. Tubuhnya kini tak berdaya dan penglihatannya mulai kabur.
  "UHUK!!"
Mendengar suara itu, Sasuke segera menghentikan mobilnya lalu menoleh ke arah Hinata dan...

 Darah

Yang ia lihat adalah darah. Darah dari sudut bibir Hinata, darah dari hidung Hinata, dan darah yang ada di tangan Hinata. Sasuke segera memegang tangan Hinata.
  "Hinata..."
 Hinata lalu bersandar pada kursi mobil dan matanya perlahan menutup.
  "Hinata? Hinata?! bertahanlah!" kata Sasuke, Hinata tersenyum lembut.
  "Sa-sasuke? a-aku rasa, aku akan pergi se-sekarang. Da-dan ya, a-aku tak akan melupakan 1 hari terakhir paling berharga dalam hidupku ini.''
  "Tidak, jangan bilang begitu, Hinata kau..."
  "To-tolong, bi-biarkan aku bicara untuk terakhir kalinya." kata Hinata, Sasuke terdiam.
  "A-aku, aku sangat i-ingin kamu rajin belajar, da-dan men-men-ja-jadi juara kelas. Bu-buktikan pada mereka ka-kalau orang yang nakal da-dan payah ini bisa menjadi mu-murid terpintar." kata Hinata sambil terkekeh kecil.
  "Hinata...''
  "A-aku pergi." kata Hinata. Hinata lalu perlahan menutup matanya dan tidak bergeming.
  "Hinata?? Hinata?! HINATA!!''
.
.

Beberapa bulan kemudian...

  "Dan, juara tahun ini adalah... Uchiha Sasuke..!" kata kepala sekolah. Dengan bangga Sasuke melangkah kedepan dan menerima piala itu dengan senang hati. "Silahkan katakan sesuatu." kata kepala sekolah. Sasuke lalu mengambil pengeras suaranya.
  "Piala ini, aku persembahkan kepada seseorang yang telah membuatku menjadi seperi ini, dia adalah seseorang yang sangat hebat karena dia sudah bertahan melawan penyakitnya sampai selama ini." kata Sasuke. "Terima kasih. Hinata." lanjut Sasuke, semua yang ada disana tersenyum dan memberi tepuk tangan pada Sasuke, dan Sasuke tersenyum, "Kau adalah perempuan terhebat setelah ibuku di dunia ini, Hinata." batin Sasuke sambil menatap sebuah bayangan yang tersenyum padanya.
.
.

The End

   Gak Sad amat ya? haah aku menyerah..! endingnya nggak bagus! bikin fic yang endingnya sad itu susah, karena berhubungannya dengan hati. Kirim masukan agar aku bisa buat fic yang endingnya sad lainnya menjadi lebih baik.

Jangan lupa kunjungi entri-entri saya yang lainnya ^^

 Arigatou...



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wolf : Mine

Nii-san! part.1

Vampire : Sorry